SURABAYA (global-news.co.id) – Setiap bulan Oktober, umat seluruh dunia diingatkan kembali untuk peduli pada kanker payudara. Di Indonesia, mendasarkan studi Globocan 2018, jumlah penderita kanker payudara menempati peringkat pertama dari seluruh pengidap kanker, disusul kanker serviks dan lainnya. Sementara angka kematiannya pun tertinggi kedua setelah kanker paru-paru.
Tingginya angka kanker payudara itu salah satunya karena terlambatnya pencegahan dini akibat minimnya pengetahuan.
Terkait bulan kanker payudara dan dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara, Can Care Indonesia dan Adi Husada Cancer Center menggelar sosialisasi Sadari di Grand City, Sabtu (17/10/2020).
Virgie Keen dari Can Care mengatakan, pengecekan payudara secara teratur merupakan hal yang terpenting. Tindakan ini tentu saja tidak dapat mencegah kanker payudara, namun dapat mendeteksinya pada stadium awal.
Hingga kini tak ada satu pun hal khusus yang dapat menjadi penyebab terjadinya kanker payudara, tidak ada faktor tunggal yang dapat didaulat sebagai penyebab utamanya. Walaupun beberapa faktor risiko telah diketengahkan oleh para ahli, seperti riwayat kanker payudara di keluarga, belum pernah hamil, menstruasi awal, menopause terlambat, obesitas, pemakaian kontrasepsi hormonal, dan makanan berlemak.
Sebagai hal yang tak dapat diprediksi dan dicegah secara total, maka yang dapat dilakukan adalah mengurangi atau meniadakan faktor risiko. Misalnya makan makanan 4 sehat 5 sempurna, memastikan indeks masa tubuh tubuh kurang dari 25, tidur cukup dan berkualitas, menghindari polusi serta selalu berpikir positif dan melakukan olahraga teratur 5 kali dalam seminggu selama 30 menit hingga 60 menit.
Sadari, lanjut Virgie, adalah suatu tindakan pemeriksaan payudara yang rutin, sederhana, dan dapat dilakukan sendiri kapan dan di mana pun. “Dilakukan sekitar 7-10 hari setelah hari pertama haid atau pada tanggal yang sama setiap bulan,” ujarnya sembari mencontohkan gerakan-gerakan Sadari yang menggunakan tiga jari dalam acara bertajuk Breast Cancer with Zumba Party tersebut.
Sadari (periksa payudara sendiri) merupakan metode deteksi kanker yang cukup efektif. Ketika ditemukan benjolan yang mencurigakan, lanjutkan dengan Sadanis (periksa payudara secara klinis) atau skrining medis yang meliputi USG dan mamografi. Mamografi disarankan untuk perempuan yang telah mencapai usia 40 tahun. “Karena pada perempuan muda sering terlihat putih pada mammografi. Karena kanker juga terlihat putih, sehingga mammografi kurang akurat,” terang Virgie.
Marketing Manager AHCC, Luluk Widyasari, menambahkan, kegiatan sosialisasi ini sengaja diadakan di mal dan digabung dengan zumba agar masyarakat umum dapat mengetahui faktor-faktor penyebab kanker payudara, pencegahan, dan bagaimana cara pemeriksaan dini lewat Sadari dan mamografi. “Kegiatan ini juga sebagai bentuk dukungan kepada para penyandang dan penyintas kanker payudara,” ujarnya.ret