MOJOKERTO (global-news.co.id)–Wilayah Kabupaten Mojokerto berpotensi terjadi 6 ancaman bencana alam yakni bencana serangan angin puting beliung (APB), banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, serta erupsi gunung berapi.
Untuk itu, masyarakat di Mojokerto harus meningkatkan kewaspadaan terhadap kondisi lingkungannya agar mereka tidak menjadi korban. Ancaman itu diketahui dari data Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2019. Karena, Kab. Mojokerto memiliki indeks risiko bencana sebesar 164 atau masuk dalam kategori tinggi.
Kepala Pelaksanan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab. Mojokerto, Muhammad Zaini dikonfirmasi, Rabu (25/12/2019) mengatakan, penanggulangan bencana saat ini sistemnya tidak cukup dengan reaktif namun harus diubah menjadi proaktif.
Artinya, lanjut Zaini, kebencanaan saat ini menjadi urusan bersama dan melibatkan semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat. Hampir 50 persen warga yang bisa menghindari bencana itu berasal dari diri sendiri. Sehingga BPBD sekarang ini berupaya membekali masyarakat bagaimana cara menanggulangi bencana.
“Kita juga telah melakukan pembekalan di sekolah-sekolah maupun rumah sakit, guna meningkatkan kapasitas penanggulangan bencana. Kita juga gencar mensosialisasikan penanggulangan bencana musim hujan kepada masyarakat,” katanya.
Sementara itu, Plt Bupati Mojokerto, Pungkasiadi berpesan untuk tetap selalu memperhatikan korban bencana. “Pada saat tanggap darurat, kita juga telah bahu-membahu menolong dan melayani saudara-saudara kita yang menjadi korban,” katanya.
Pungkasiadi bangga dengan sikap ringan tangan dan kepedulian para relawan penanggulangan bencana, anggota Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD serta semua pelaku penanggulangan bencana di Kab. Mojokerto selama ini.
Pemkab Mojokerto, lanjut Pungkasiadi kini menyiapkan langkah penanggulangan bencana mulai dari Desa Tangguh, juga Keluarga Tangguh. Pemkab Mojokerto telah memploting anggaran kebencanaan dengan strategis. “Saya sudah berpikir panjang. Dari mulai bencana, hingga pasca bencana. Selain itu,” tambah Pungkasiadi. Pemkab Mojokerto juga mengalokasikan anggaran terkait dampak dari bencana itu.
Di Pemkab Mojokerto kini ada dua jenis bantuan sosial tak terduga. Yakni bansos direncanakan dan bansos tak terduga yang ada di Dinas Sosial (Dinsos) Kab. Mojokerto. Pemkab Mojokerto kini bekerjasama dengan LPH Pasuruan, TNI, Polri dan berbagai lapisan masyarakat mencoba memulai sebuah inovasi baru yang pertama kali dilakukan di Jatim. Yakni mitigasi penguatan lereng–lereng gunung guna mencegah bencana tanah longsor.
Aksi riilnya melakukan penanaman rumput vetiver sebanyak 31.800 batang vetiver di lahan seluas 1590 meter persegi, di wilayah Kecamatan Trawas dan Kec. Pacet. Tanaman vetiver atau akar rumput wangi adalah sejenis rumput yang memiliki akar sepanjang 2-5 m di bawah tanah.
Tanaman ini mempunyai banyak manfaat antara lain dapat memperbaiki kualitas tanah dan air sehingga dapat mencegah tanah longsor, banjir dan erosi. Vetiver dapat di tanam di tebing-tinggi yang berada di samping pemukiman warga desa yang dimaksudkan untuk mengurangi tingkat rawan longsor.
Kegiatan rakor ini dilanjutkan dengan penyerahan piagam Lomba Desa Tangguh Bencana Tingkat provinsi Jatim kategori Pertama yang diraih Desa Kalikatir. Dilanjutkan penyerahan mobil operasional rescue dan truk tangki air bersih BPBD Kab. Mojokerto tahun anggaran 2019. bas