SURABAYA (global-news.co.id) – Pesantren memiliki andil yang besar terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia. Melihat potensinya yang besar, yaitu 25.938 pesantren dengan 3.962.700 santri, diharapkan santri dan pesantren dapat berperan sebagai agen perubahan baik bagi keluarga maupun untuk masyarakat.
Menteri Kesehatan RI, Prof Dr dr Nila F. Moeloek, SpM (K) mengatakan hal tersebut dalam seminar bertajuk “Peran Pesantren dalam Pembangunan Kesehatan” di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Sabtu (9/3).
Pesantren sehat menjadi salah satu upaya dalam mengkampanyekan kepada masyarakat pesantren agar hidup sehat. Harapannya, masyarakat pesantren mampu mandiri dan berperan aktif dalam mencegah penyakit, memelihara lingkungan sehat, mewujudkan kebijakan berwawasan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal.
Menteri mencontohkan cuci tangan sebelum makan. Kalau dari 2,4 juta murid di pesantren semuanya mengerti dan bisa menularkan ke yang lainnya, berapa kuman yang bisa dihilangkan, kita tidak diare, berapa obat diare tidak dipakai, dan berapa devisa yang bisa disimpan. “Saya kok tidak setuju dengan pernyataan, orang pesantren kalau nggak kudisan (berarti) nggak khatam,” ungkapnya.
Nila mengatakan, pesantren sehat adalah pesantren yang melakukan upaya pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan kemampuan masyarakat pesantren secara terus menerus tentang kesehatan. “Tujuan dari pesantren sehat adalah untuk mewujudkan masyarakat pesantren dapat mandiri dan berperan aktif dalam meningkatkan status kesehatannya,” tambahnya.
Menteri berharap, seluruh pesantren di seluruh Indonesia, khususnya di Jawa Timur berkomitmen dalam mewujudkan Pesantren Sehat. “Saya minta secara khusus pada Pesantren Tebuireng dan pemangku kepentingan terkait untuk berkomitmen dalam mewujudkan Pesantren Sehat yang mampu memenangkan persaingan industri generasi ke empat (Industri 4.0),” ujarnya.
Salah satu upaya untuk mewujudkan Pesantren Sehat adalah dengan mendirikan Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren). Poskestren menjadi salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat pesantren dalam meningkatkan status kesehatan. Kegiatan rutin Poskestren diselenggarakan dan dimotori oleh kader Poskestren dengan bimbingan teknis dari Puskesmas setempat.
Sementara Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menegaskan, pihaknya terus berupaya agar setiap Poskestren di Jatim bisa terfasilitasi dengan tenaga dokter. Selain itu, Pemprov Jatim juga siap menyebar sebanyak 3.000 perawat untuk bisa membantu di Poskestren dan Pondok Bersalin Desa (Polindes) di Jatim.
Dia menyebut, peningkatan layanan kesehatan di desa dan juga di pesantren harus terus ditingkatkan. Agar bisa memberikan layanan yang maksimal dan mudah dijangkau masyarakat. Salah satu yang harus dipenuhi adalah tersedianya tenaga dokter untuk bisa melakukan tindakan pelayanan kesehatan, tentu saja dengan perawat yang membantu tenaga dokter. “Harus ada dokter yang dipastikan setiap hari berada di Poskestren itu, nanti kita akan petakan,” kata Khofifah.
Saat ini, lanjut gubernur, ada sekitar 3.000 tenaga perawat yang setiap bulan mendapat mendapat honor dari Pemprov Jatim. Para perawat itu ditugaskan untuk berjaga di Polindes. “Jadi mereka bisa kita sebar untuk membantu berjaga di sana. Sehingga mereka bisa memberikan pelayanan maksimal pada masyarakat,” ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Jatim, Dr dr Kohar Hari Santoso SpAn, menilai seminar ini bagus dan sinkron dengan program dari Gubernur Jatim. “Ini sangat sinkron dengan program Bu Gubernur. Kita punya program pendampingan di Poskestren, namanya Sajadah (Santri Jawa Timur yang Sehat dan Sejahtera). Kita berharap para santri bisa menjadi agen perubahan dalam pembangunan kesehatan di lingkungan pesantren.” pungkasnya.ret