JAKARTA (global-news.co.id)-Teka teki calon gubenur dan wakil gubernur Jawa Timur yang diusung PDI Perjuangan akhirnya terjawab. Pilihan partai banteng moncong putih tersebut untuk gubernur jatuh pada H. Saifullah Yusuf yang saat ini masih menjabat sebagai wakil gubernur Jatim dan wakilnya Ir Abdullah Azwar Anas yang sekarang masih aktif sebagai Bupati Banyuwangi.
Pengumuman keduanya sebagai pasangan calon gubernur dan wakil gubenur Jatim dalampemilihan kepala daerah 2018 yang dijagokan PDI Perjuangan seperti biasanya langsung dilakukan sendiri oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Dalam sambutannya, Megawati Soekarnoputri menceritakan histori kedekatannya dengan Saifulah Yusuf yang sempat sesaat menjadi politisi PDI Perjuangan. “Yang ini saya kenal sudah lama buanget, dari saya masih dengan Gusdur […] Dia bahkan dijadikan anak angkat saya. Saya disuruh ngajarin oleh Gus Dur biar pinter. Eh, taunya beneran pinter,” cerita Mega sebelum mengumumkan nama pasangan calon gubernur yang akan diusung, di Jakarta, Minggu (15/10/2017).
Mega mengungkapkan kedekatan dengan Gus Ipul tak hanya menyebutnya sebagai anak angkat. Namun, Mega juga menyebut Gus Ipul sebagai anak yang hilang. Tak berlebihan kalau Mega mengungkapkan hal demikian. Setelah sempat menjadi anggota PDIP, Gus Ipul melanjutkan karir politiknya lewat PKB selepas 2001. Gus Ipul pun mengundurkan diri sebagai anggota PDIP Perjuangan dan anggota DPR. Setelah belasan tahun berpisah, Gus Ipul dikabarkan semakin mesra dengan PDIP sejak 2016.
Sedangkan pasangan Gus Ipul, Abdullah Azwar Anas disebut Megawati sebagai representasi generasi millenial. Mega bahkan memuji salah satu anggota MPR termuda periode 1997-1999 ini sebagai pemimpin yang menjalankan Trisakti Bung Karno. “Dulu saya bolak-balik Banyuwangi gitu-gitu saja tidak ada kemajuan. Sekarang sudah ada enam flight ke sana,” ujar Mega.
Tak hanya itu, satu hal yang membuat Mega kagum terhadap sosok Azwar, selama pemerintahannya, jaringan toko kelontong di Banyuwangi tak pernah diberikan izin. Bahkan sejumlah gerai toko modern dipaksa tutup.
Megawati menyebutkan pelarangan ini dilakukan agar pasar rakyat bisa berkembang dan tidak kalah bersaing digilas oleh toko ritel berjejaring ini. Azwar juga tercatat berhasil menurunkan kemiskinan Banyuwangi menjadi 8,7 persen.
Melihat sederet prestasi Azwar itu, Megawati pun mengungkap kalau pria ini bisa menjadi pasangan yang tepat untuk Gus Ipul. “Bagus ini anak nih, buat bareng Syaiful untuk bangun Jawa Timur,” ungkap Mega.
Sebelumnya, ketika maju sebagai calon Bupati Banyuwangi 2010, Azwar masih diusung Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Ini karena Azwar memulai karir politiknya lewat PKB. Begitupun ketika ia maju sebagai calon Bupati Banyuwangi 2010, ia masih dibawah payung PKB. Namun pada Pilkada Bupati Banyuwangi 2015, Azwar diketahui sudah diusung oleh PDIP.
Sementara itu seusai resmi diusung PDIP, pasangan Saifullah Yusuf-Abdullah Azwar Anas sowan kepada pengurus DPP PKB.
PKB telah mantap mengusung Gus Ipul dalam Pilgub Jawa Timur 2018. Surat rekomendasi untuk mengusung Gus Ipul dari Dewan Pimpinan Pusat PKB dibacakan Rabu, 11 Oktober 2017.
Ketua Desk Pilkada DPP PKB Faisol Reza membacakan surat rekomendasi bernomor 23947/DPP-03/VIIA.1/X/2017 tentang penetapan Gus Ipul tersebut. “Setelah menimbang, memutuskan, dan mengesahkan Gus Ipul sebagai cagub di pilkada Jawa Timur, surat itu ditandatangani Ketua Umum dan Sekjen PKB,” katanya dalam sarasehan verifikasi partai politik sebagai peserta pemilu 2019 di Hotel Novotel, Surabaya, Rabu lalu.
Gus Ipul sendiri mengaku merasa terhormat diusung PDIP sebagai calon gubernur Jawa Timur. Dalam sambutannya, ia pun mengaku bersyukur dipasangkan dengan Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas. Menurut dia, Azwar Anas adalah salah satu bupati berprestasi di Jawa Timur karena berhasil memajukan Banyuwangi, baik dari sisi infrastruktur maupun perekonomian rakyat. “Azwar Anas berhasil menguranghi jumlah penduduk miskin, memajukan ekonomi rakyat, dan meningkatkan frekuensi penerbangan ke Banyuwangi,” katanya.
Sebaliknya, Abdullah Azwar Anas juga mengucapkan terima kasih kepada PDIP. Menurut Azwar Anas, proses seleksi bakal calon kepala daerah di PDIP dilakukan secara fair dan konsisten. “Saya mendapat kehormatan diusung sebagai calon wakil gubernur mendampingi Gus Ipul,” katanya.
Sebagian menyebut pasangan Gus Ipul-Azwar Anas sebagai duet maut. Ini karena kalau berdasarkan perolehan kursi di DPRD Jawa Timur, dua partai pengusung utama PKB dan PDIP total memiliki 39. PDIP saat memiliki 19 kursi dan PKB sebanyak 20 kursi.
Duet Gus Ipul dan Azwar Anas bakal semakin kuat jika pernyataan Wakil Sekjen Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera, terbukti menjadi kenyataan. Mardani mengungkapkan sinyal dukungan Gus Ipul. “PKS dengan Gus Ipul di antara yang sangat intens pembahasannya,” tutur Mardani di Jakarta Pusat, Minggu (15/10/2017).
Meski begitu, kata Mardani, peluang mengusung tokoh lain tidak sepenuhnya tertutup. Masih ada kemungkinan PKS membangun poros koalisi dengan partai lainnya. “Peluangnya kan masih sangat terbuka ya. Kalau sampai saat ini interaksi terdekat dengan Gus Ipul. Tetapi bahwa kemungkinan nanti ada perubahan bisa saja. Tapi sampai kemarin Gus Ipul yang terdekat,” tandas Mardani.
Bahas Pendamping
Sementara itu, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengadakan pertemuan dengan para kiai se-Jawa Timur di Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang. Pertemuan itu untuk membahas pencalonannya sebagai calon Gubernur . “Ini tadi pertemuan para kiai dengan Ibu Khofifah tertutup. Membahas Pilkada Jatim ke depan,” kata Asnawi, salah seorang pengurus Pondok Pesanten Tebuireng, Kabupaten Jombang, Minggu 15 Oktober 2017. Ia mengatakan, pertemuan itu diikuti sekitar 300 perwakilan kiai se-Jatim. Kegiatan dilakukan di lantai tiga pesantren tersebut.
Sementara itu, KH Asep Saifuddin Chalim, perwakilan dari para kiai mengakui jika pertemuan tersebut membahas tentang Pilkada Jatim. Para kiai mendukung Khofifah Indar Parawansa maju mengikuti Pilkada Jatim 2018. Salah satu alasannya, sampai saat ini belum merasakan kemerdekaan, perkembangan yang baik. Padahal, Indonesia sudah lama merdeka.
“Sudah sekian lama merdeka dan kemerdekaan kita perjuangan. Dititipkan pesan masyarakat Indonesia adil dan makmur, tapi sampai hari ini belum terasa. Perkembangan yang lebih dari itu tujuan akhir terbentuknya Indonesia menjadi makmur,” kata dia seperti dikutip dari Antara.
Para kiai di Jatim, kata dia, ingin menjadikan daerah ini sebagai provinsi yang adil dan makmur dan bisa menjadi referensi bagi provinsi lainnya. Dengan itu, secara keseluruhan untuk menjadi adil makmur adalah menjadi tanggung jawab bersama. Sosok Khofifah Indar Parawansa, dinilai mempunyai kemampuan untuk hal tersebut.
“Sosok Khofifah ada kemampuan untuk hal tersebut. Bahwa beliau itu terampil menyampaikan gagasannya, jadi shiddiq, amanah, tablihg, fathanah. Ini akan menjadi karakter yang mampu membangun masyarakat adil dan makmur,” ujarnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah, Pacet, Kabupaten Mojokerto itu juga menambahkan, para kiai juga sangat antusias. Bahkan, para kiai Jatim juga bersedia melakukan gerakan tanpa pamrih, tidak harus menunggu pendanaan.
Saat ini, para kiai sedang menyiapkan pembahasan memilih 7-9 ulama yang akan dilibatkan untuk memikirkan sosok yang pantas mendampingi Khofifah Indar Parawansa di Pilkada Jatim 2018. Sosok yang dinilai pantas mendampingi juga harus mempunyai sifat sama dengan Khofifah.
Untuk nama-nama dari ulama tersebut saat ini masih dibahas. Salah satu kiai yang pasti akan dilibatkan adalah KH Sholahudin Wahid yang juga pengasuh Pondok Pesantren Tebuuireng, Kabupaten Jombang.
“Sekarang sedang membahas siapa 7-9 ulama yang dilibatkan untuk memikirkan siapa yang pantas mendampingi Bu Khofifah. Tapi, kriteria mereka itu memiliki sifat sebagaimana yang saya sampaikan, punya kredibilitas, kapabilitas, sehingga kemudian bisa berjalan bersama dengan baik,” katanya.
Ia juga menyebut jika tim dari ulama itu tidak akan dominan melainkan hanya memberikan sharing yang nanti dimusyawarahkan dengan partai pengusung. Dengan itu, diharapkan ke depan bisa mewujudkan Jawa Timur adil dan makmur. “Kami tidak akan dominan apapun kriteria kami sharingkan dengan partai pengusung, sehingga semua legowo dan semua mendukung hasilnya, tidak ada alasan kecewa,” kata dia.
Pertemuan berlangsung sekitar 2,5 jam. Setelah pertemuan itu, Khofifah meninggalkan pondok pesantren. Sebelumnya, ia dengan rombongan berziarah ke makam mantan Presiden Sukarno di Kota Blitar, dan menghadiri acara wisuda di STIS Faqih Asyari, Kabupaten Kediri. (sir/faz)