MELBOURNE (global-news.co.id)-Juru masak (chef) asal Indonesia banyak diminati Australia yang kekurangan tenaga juru masak dalam jumlah cukup besar. Persoalannya adalah banyak ahli masak Indonesia tidak bisa berbahasa Inggris.
Ash Jurberg, direktur salah satu perusahaan penyalur tenaga kerja di Australia, mengungkapkan dari sekitar 300 chef asal Indonesia yang dicari Australia per tahun, hanya sekitar 10 persen yang terpenuhi.
“Dengan pariwisata Australia yang berkembang pesat, semakin banyak bermunculan restoran dan tempat makan baru. Namun tidak cukup memiliki orang yang ahli masak,” ujar Ash Jurberg dalam ‘Tips and Opportunity To Commence Working in Australia’ yang diselenggarakan oleh Indonesia Business Center (IBC) dan KJRI di Kantor KJRI Melbourne, seperti dikutip dari detik, Sabtu (26/8/2017).
Ash mengatakan, untuk mengatasi kekurangan tenaga ahli memasak ini, perusahaannya, Alliance Abroad Internasional yang beroperasi di Melbourne, mencari warga Indonesia yang ingin bekerja di industri kuliner Australia.
Pada bulan Oktober 2016 lalu, Ash pergi ke Jakarta dan Bali untuk merekrut juru masak bagi sejumlah perusahaan dan restoran di Australia yang telah menghubunginya.
“Kami melakukan wawancara dan tes di dapur secara langsung. Ada sekitar 80 orang yang mengikuti tes ini,” ujar Ash.
30 orang beruntung mendapatkan tawaran kerja di Australia, kebanyakan di kota Sydney. Mereka dibantu untuk mendapatkan jenis Visa 457 untuk bekerja. “Yang menjadi kendala terbesar adalah bahasa Inggris. Banyak yang sangat jago memasak, tetapi tidak bisa berbahasa Inggris,” ungkapnya.
Ash menjelaskan untuk mendapatkan visa kerja di Australia dibutuhkan minimal nilai 5 untuk test bahasa Inggris IELTS. Sayang, tidak banyak juru masak asal Indonesia yang bisa memenuhi persyaratan ini.
“Kebanyakan di Indonesia meninggalkan sekolah, mereka langsung bekerja menjadi juru masak, dan tidak menggunakan bahasa Inggris. Ini jadi alasan mengapa sedikit yang berhasil mendapat visa kerja,” jelasnya.
“Jika kita lihat, setiap tahunnya ada permintaan dari Australia hingga 300 orang Indonesia untuk menjadi chef, tapi tahun lalu baru 30 orang yang terserap,” kata Banga Malewa, Konsul Muda Urusan Ekonomi di Kantor Konsulat Jenderal RI (KJRI) di Melbourne.
Banga pun mengatakan kemampuan berbahasa Inggris menjadi tantangan besar untuk memenuhi permintaan tersebut. “Sekarang Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenga Kerja Indonesia (BNP2TKI) telah menyediakan kursus bahasa Inggris gratis kepada calon-calon juru masak yang berprestasi,” jelasnya.
Banga mengaku jika KJRI Melbourne menjadi penggagas untuk mencari peluang kerja bagi juru masak bagi warga negara Indonesia, baik yang ada di Indonesia dan di Australia. “Kami menghubungkan penyalur kerja di Indonesia, yakni Sukamulia Mandiri Agung, dengan Ash dari Alliance Abroad International,” tambahnya. “Kami kemudian membantu mereka menyusun nota kesepahaman dengan nilai lebih dari AU$ 27 juta per tahun.”
Dari informasi, gaji pokok yang diterima juru masak asal Indonesia di Australia lewat program yang digagas ini mencapai AU$ 55.000, atau sekitar Rp 550 juta per tahun. Dalam kontrak kerja selama tiga tahun, mereka bekerja lima hari seminggu dengan total tidak lebih dari 60 jam seminggu.
Mereka juga boleh membawa istri dan anak ke Australia, dan baru setelah dua tahun bisa mengajukan visa izin tinggal permanen atau Permanent Resident (PR).(det)