SURABAYA (global-news.co.id)–Moechtar (92), mantan Pemred Panjebar Semangat yang pernah mendapat penghargaan sebagai Tetua Wartawan oleh pemerintah pada 1998, berpulang ke Rahmatullah, Jumat (16/3/2017).
Jenazah wartawan yang sudah puluhan malang melintang di dunia jurnalistik tersebut dimakamkan beberapa meter dari pendiri surat kabar bersejarah Surabaya Post, almarhum Abdul Azis dan Toety Azis di TPU Ngagel, Surabaya.
Menurut Retno Asri, salah satu putri almarhum, Moechtar diketahui meninggal Jumat dini hari pukul 02.15 WIB. “Kondisi kesehatan bapak memang belakang sangat menurun,” ujar Retno ditemui sela pemakaman.
Menekuni profesi wartawan sejak 1950, sebagai wartawan koran Espres, Moechtar terus bergelut dengan dunia jurnalistik. Bahkan, dalam kondisi masih terbaring di atas tempat tidur, sedikit pun tidak pernah tidak melewatkan berita-berita terhangat.
Salah satu kelebihan Moechtar adalah kepiawaiannya dalam menulis dalam bahasa Jawa. Inilah yang membuatnya akhirnya diajak bergabung dengan majalah Panjebar Semangat sejak 1982. Keahliannya pula yang membuat pria kelahiran Pacitan ini menjadi satu satu-satunya orang luar yang menempati posisi kunci di majalah yang didirikan almarhum dr Soetomo, yang juga pendiri Boedi Oetomo, pada 1933.
Sebagai informasi, majalah Panjebar Semangat juga turut menjadi saksi gigihnya perjuangan arek-arek Suroboyo yang dikomandani Bung Tomo dalam melawan penjajah.
Moechtar sendiri didapuk sebagai pemimpin redaksi majalah berbahasa Jawa berkantor di Surabaya pada tahun 2000, sebelumnya ia bekerja sebagai redaktur di harian Bhirawa.
Tak hanya bergelut di dunia jurnalistik, pria kelahiran 22 Februari 1925 ini juga jago menerjemahkan karya sejumlah pengarang dunia antara lain Honore de Balzac (Prancis), Ignazio Silone (Italia), Saki (Myanmar), Edgar Allan Poe (Amerika Serikat), Ernest Hemmingway (Amerika Serikat), dan Arturo Barea (Argentina). Cerpen-cerpen itu diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa. (faz)