JAKARTA-Innalillahi wa innailaihi roji’un. Legenda tinju dunia Muhammad Ali akhirnya ditakdirkan meninggal dunia pada usia 74 tahun, Jumat (3/6/2016) atau Sabtu (4/6/2016) hari ini waktu Indonesia.
“Setelah 32 tahun berjuang melawan penyakit Parkinson, Muhammad Ali meninggal dunia pada usia 74 tahun,” ujar juru bicara keluarga, Bob Gunnel kepada NBC News, Sabtu (4/6/2016).
Sebelumnya, mantan juara tinju kelas berat itu dilaporkan dalam kondisi kritis di sebuah rumah sakit di wilayah Phoenix. Tiga kali juara dunia kelas berat tersebut dilarikan ke rumah sakit di Phoenix, Amerika Serikat, Kamis (2/6/2016) malam waktu setempat karena mengalami masalah pernapasan.
Ali telah menderita penyakit Parkinson selama lebih dari tiga dekade. Salah satu figur paling terkenal abad ke-20 itu, tak banyak muncul ke publik beberapa tahun terakhir.
Penampilan terakhir di depan publik adalah pada April lalu saat “Celebrity Fight Night” di Arizona, acara amal yang dananya disalurkan untuk organisasi Muhammad Ali Parkinson Center. Ali dilahirkan di Louisville, Kentucky, dengan nama Cassius Marcellus Clay Jr. Dia kemudian berganti nama pada tahun 1964 setelah memeluk agama Islam.
Bagi orang Indonesia, Ali memiliki cukup kedekatan emosional. Ali tercatat pernah tiga kali mengunjungi Indonesia. Pertama kali menginjakkan kaki di bumi Indonesia pada tahun 1973. Pada 20 Oktober 1973, Ali ‘membantai’ lawannya, Rudi Lubbers, selama 12 ronde dalam pertandingan kelas berat tanpa gelar di Istora Senayan, Jakarta. Oleh publik dan pers Indonesia, pertandingan Ali vs Lubbers disebutkan sebagai pertandingan eksibisi, namun nyatanya ini adalah pertandingan resmi, walau tidak memperebutkan gelar.
Dalam kunjungan pertamanya ke Indonesia, Ali mengaku sangat terkesan pada keramahan orang Indonesia. “Sebuah negara yang unik, di mana penduduknya sangat bersahabat, dan selalu tersenyum kepada siapapun,” ujar Ali kepada media waktu itu.
Setelah beberapa kali kunjungan ke negara ini, Ali yang sudah pensiun dari dunia tinju terakhir menginjakkan kaki di bumi Indonesia pada 23 Oktober 1996. Kala itu, Ali bertemu dengan mantan Menteri Penerangan era Pemerintahan Orde Baru, Harmoko.