SOLO (Global News)-Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, Kamis (21/4/2016) pagi mengundang sebanyak 90 siswa lulusan SMA dan SMK yang ijazahnya tertahan di sekolah akibat mereka tidak mampu membayar uang SPP dan kewajiban lainnya. Bahkan, di antara siswa tersebut ada yang ijazahnya tertahan bertahun-tahun, meskipun mereka sudah bekerja di perusahaan swata.
Para siswa tersebut bersama orangtuanya dikumpulkan di Bale Tawangarum Balai Kota Solo. Di tempat itu, Wali Kota Rudy melunasi uang sekolah yang menunggak dan menyerahkan ijazah dari berbagai sekolah negeri maupun swasta.
Bantuan dana yang dikeluarkan Wali Kota Solo dari kantong pribadi untuk menebus ijazah para siswa, mencapai jumlah Rp 57,5 juta. “Sementara yang dapat dibiayai 90 orang dulu, karena pemerintah belum punya anggaran,” katanya.
Di antara 90 siswa yang ijazahnya tertahan, sebanyak 62 orang berasal dari SMK negeri dan sisanya, sebanyak 28 siswa berasal dari sekolah-sekolah negeri dan swasta.
“Bagi siswa dari sekolah negeri sebenarnya tidak ada masalah. Pemerintah Kota (Pemkot) bisa campur tangan dengan bantuan APBD, karena sekolah tersebut milik negara. Tapi untuk siswa sekolah swasta pemerintah tidak bisa membantu dari APBD, karena statusnya milik swasta,” jelas Wali Kota Solo.
Hadi Rudyatmo yang didampingi Wakil Wali Kota, Achmad Purnomo dan Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, Etty Retnowati, memperkirakan masih banyak siswa sekolah swasta yang ijazahnya tertahan akibat tunggakan SPP dan biaya sekolah lain. Sebab, sebagian besar siswa sekolah swasta berasal dari kalangan masyarakat menengah ke bawah.
“Masalah ini akan kita bicarakan dengan sekolah-sekolah swasta untuk mencari solusinya,” sambungnya.
Salah satu orang tua siswa yang menerima ijazah, Wigati, menyatakan, bantuan Wali Kota Rudy sangat meringankan bebannya. Sebab, sejak anaknya duduk di bangku kelas 2 SMK, dia kesulitan membayar biaya pendidikan karena suaminya jatuh sakit dan tidak bisa bekerja.
Sebagian di antara para siswa yang tidak mengambil ijazah, mengemukakan, karena mereka sudah bekerja menggunakan tanda lulus dari sekolah. Sedangkan petugas sekolah yang melayani pembagian ijazah menyebutkan, di antara siswa banyak yang belum membubuhkan tanda tangan dan cap tiga jari. (Tok Suwarto)