Global-News.co.id
Tapal Kuda

Pelabuhan Tanjung Tembaga Diserang Ubur-ubur

 

 

GN/IKHSAN MAHMUDI SERANGAN UBUR-UBUR: Ribuan ubur-ubur “menyerbu” kawasan Pelabuhan Tanjung Tembaga, Kota Probolinggo.
GN/IKHSAN MAHMUDI
SERANGAN UBUR-UBUR: Ribuan ubur-ubur “menyerbu” kawasan Pelabuhan Tanjung Tembaga, Kota Probolinggo.

PROBOLINGGO (Global News)-Beberapa hari terakhir, ribuan ubur-ubur memenuhi kawasan Pelabuhan Tanjung Tembaga, Kota Probolinggo. melimpahnya binatang laut tersebut belum bisa dimanfaatkan oleh warga setempat.

Memang ada warga yang menangkap dan mengolah ubur-ubur, tetapi bukan jenis ubur-ubur yang “menyerbu” perairan pantai. Ubur-ubur yang ditangkap kemudian diolah dan diekspor ke China itu, jenis cendol dan kikir yang ditangkap di lepas pantai.

Yang jelas, fenomena tahunan yang terjadi di masa pergantian musim, dari penghujan ke kemarau, itu menjadi daya tarik tersendiri bagi warga Probolinggo. “Perairan pantai terutama di pelabuhan berubah menjadi kolam ubur-ubur. Lumayan buat hiburan saat jalan-jalan ke pelabuhan,” ujar Wawan Setyawan, warga Jl. Ikan Tongkol, Kota Probolinggo, Senin (18/4/2016).

Tak pelak, kemunculan ubur-ubur mengundang warga untuk datang ke tepi pantai. Sebagian bocah bahkan mencoba menangkap hewan lunak, tidak bercangkang itu. “Ubur-ubur itu lucu, mirip di film Sponge Bob,” ujar Zakka, siswa SD di Kota Probolinggo.

Di sisi lain, bagi kalangan pemancing, kawanan ubur-ubur itu dianggap mengganggu. Soalnya, ikan-ikan pada kabur karena diserbu hewan yang hidup berkelompok besar ini. Bahkan ubur-ubur juga menganggu lalu lintas kapal dan perahu nelayan di pesisir Mayangan.  Sebab, ribuan ubur-ubur itu juga memenuhi pintu masuk kolam pelabuhan.

Yang jelas, ubur-ubur berwarna-warni, putih, biru dan bintik-bintik kecoklatan ini, meski tidak berbahaya namun lendir ubur-ubur jika mengenai kulit akan menimbulkan alergi dan demam. Warga pun diimbau agar tidak berenang di sekitar kerumunan ubur-ubur. “Kalau mengenai kulit bisa alergi,” ujar Herman, pemancing di pelabuhan.

Sementara itu Kabid Pengembangan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan pada Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Probolinggo Fitriawati mengatakan, ubur-ubur bisa hidup dengan nyaman pada air laut yang hangat, jernih dan berkarang.

Fitri menduga, kemunculan ubur-ubur di pinggir laut karena pergantian musim yang saat ini sering hujan, sehingga air laut di tengah menjadi dingin. “Ubur-ubur mencari tempat di pinggir yang airnya lebih hangat,” ujarnya.

Selain itu, lanjutnya, bisa juga karena air laut tidak jernih sehingga mereka mencari tempat yang lebih baik.

Sementara itu, Kasi Pengembangan Usaha Perikanan pada Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Probolinggo, Khoirul Arifin mengatakan, selama ini stok ubur-ubur yang melimpah belum termanfaatkan dengan baik. “Di Probolinggo, belum ada usaha pengolahan ubur-ubur menjadi aneka makanan siap saji. Menjadi salad misalnya. Ini menjadi tantangan ke depan,” ujarnya. isa

baca juga :

Peringati HUT ke-59, Pertamina Bersihkan Kampung Nelayan dan Lepas Tukik

Redaksi Global News

Satgas Covid-19 Kab Pasuruan Ingatkan Warga Tak Euforia dan Lepas Masker

Redaksi Global News

Juragan Tas Pasuruan Bagi-bagi Nasi Bungkus Isi Uang Rp 1 Juta

Redaksi Global News