MOJOKERTO–Tekad Pemkot dan masyarakat di Kota Mojokerto mewujudkan Pulorejo sebagai Kampung Bahasa Inggris, dan Kampung Pendidikan terus dilakukan. Selain mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM)nya, Pemkot juga menyiapkan dana miliaran rupiah untuk mensukseskan dua program tersebut.
Seperti keseriusan Pemkot Mojokerto yang ingin memiliki Kampung Bahasa Inggris ini. Untuk mewujudkan itu, Pemkot Mojokerto tidak segan-segan mendatangkan dua warga Amerika. Yakni Joseph dan Merry ke Pulorejo Kec. Prajuritkulon.
Walikota Mojokerto, Drs KH Mas’ud Yunus mengatakan, kehadiran dua WNA untuk bertemu, berdiskusi sampai bertukar pikiran dengan para anggota, dan pengurus English Club bertempat di Kantor Kelurahan Pulorejo. Kedatangan native speaker itu untuk memberikan semangat dan wawasan secara rutin kepada warga Pulorejo, agar mereka cepat bisa menguasai Bahasa Inggris. Dan mereka bisa cepat mendirikan kampung Pendidikan di wilayah itu.
Dalam kesempatan itu, lanjut Kiai Ud, panggilan Walikota Mojokerto Drs KH Mas’ud Yunus, kedatangan teman WNA di kelurahan mendapat sambutan positif ratusan pemuda dan anak-anak. Mereka berkumpul, mendengarkan arahan dari kedua WNA itu dalam acara bertajuk The Paradise of English tersebut. Mereka sangat antusias mendengar, dan mempraktikkan beberapa contoh penggunaan bahasa Inggris sehari-hari.
Di Kelurahan Pulorejo terdapat empat tempat yang menjadi pusat belajar bahasa Inggris. Yaitu English Cottage di lingkungan Pulokulon, English Corner di lingkungan Blongkrai, English Juice di lingkungan Balongcangkring dan English Talks di lingkungan Pulowetan.
Keempat tutor yang merupakan warga asli Pulorejo pada masing-masing tempat tersebut, mendapatkan waktu tambahan untuk bertukar pikiran dengan native speaker tersebut, bagaimana memberikan pelajaran bahasa Inggris yang efektif.
Walikota Mojokerto Mas’ud Yunus menanggapi, upaya warga Pulorejo untuk mendukung Pulorejo sebagai kampung Inggris. Adanya upaya tersebut, artinya semangat warga masih sangat tinggi. Dan Pulorejo saat ini sedang berproses menuju kampung Inggris. “Saya berharap upaya ini dapat terwujud dengan lancar,” tutur Walikota.
Walikota juga ingin Kota Mojokerto memiliki kawasanan pendidikan. Kelurahan yang dipilih dijadikan kawasan itu yakni Pulorejo. Kawasan Pendididkan itu yang dimaksud Walikota, yakni suatu kelurahan yang didalamnya ada berbagai tingkat pendidikan formal dan non formal. Untuk pendidikan Formalnya mulai dari SD, SLTP, SLTA sampai perguruan tinggi negeri. Jenjang SD, SMPN. SMAN sudah ada, dan sekarang dipersiapkan jenjang perguruan tinggi negerinya.
Untuk menciptakan adanya perguruan tinggi negeri itu, lanjut Walikota Mojokerto ini, telah menjalian kerjasama dengan PTN di di Surabaya dan Kemendikbud. Pihak Kemendikbud menyambut baik niat baik Pemkot Mojokerto mendirikan PTN. Asalkan Pemkot Mojokerto menyiapkan aset penunjang kelancaran proses belajar yang berlaku di PTN. Yakni tentang pebangun fisik gedung dll.
Untuk memuluskan program itu, tambah Abah Ud, Pemkot Mojokerto mulai tahun 2016 mengalokasikan dana dari APBD Kota Mojokerto sekitar Rp 6,8 miliar. Dana itu untuk biaya pembangunan fisik kampus PTN. Untuk pengembangan pembangunan PTN yang rencananya akan didirikan di Pulorejo pada tahun 2017 oleh Dikti yang bekerjasama dengan PTN dari Surabaya.
Gedung PTN berlatai dua nanti akan berdiri di atas lahan milik Pemkot seluas 4,2 hektar. Keberdaan PTN di lokasi itu sekaligus melengkapi, dan memajukan pembangunan di kawasan Mojokerto Kota bagian Barat.
Selain itu, keberadaan PTN tersebut, bisa meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) warga kota Mojokerto. Sehingga, diharapkan dengan hadirnya PTN dikawasan tersebut bisa dimanfaatkan generasi muda Kota Mojokerto, untuk mendapatkan pendidikan normal lebih tinggi.
Karena, dengan menjadi sarjana peluang mendapatkan pekerjaan semakin lebar dan mudah. Sehingga, dengan bekal ijazah sarjana, sekaligus meningkatkan ekonomi keluarga mereka juga. Karena lembaga pemerintah sudah bertahun–tahun ini tidak ada rekrutmen CPNS di Pemkot Mojokerto dari kalangan SLTA. “Sekarang minimal rekrutmen CPNS ijazahnya S1,” katanya.
Dengan hadirnya PTN di Kota Mojokerto ini, diharapkan warga Kota Mojokerto bisa mendapatkan ijazah sarjana. “Kalau ada PTN di Kota Mojokerto, dan mereka bisa diterima jadi mahasiswa di PTN itu kan biayanya untuk menjadi sarjana tidak terlalu banyak. Paling tidak, mereka tidak mengeluarkan biaya kos, dan bisa tetap berkumpul dengan keluarganya,” tandasnya.
Walikota juga menjelaskan keberadaan PTN dan Kampung Inggris sesuai dengan program pengembangan wilayah Mojokerto Kota bagian barat. Sekarang ini, Pemkot sedangkan berupaya mengembangkan wilayah Barat meliputi, Kelurahan Pulorejo, dan Blooto.
Untuk mengembangkan wilayah itu, Pemkot Mojokerto selain melebarkan berbagai ruas jalan, membuat jalan lingkar barat, membangun jembatan dan memplot kawasan pertanian dan industri ke wilayah tersebut. Dengan harapan, pembangunan infrastruktur di wilayah tersebut, sama dengan diwilayah Mojokerto bagian tengah dan Timur. Sehingga program pembangunan di Kota Mojokerto menjadi merata.
Ketua Komisi III DPRD Kota Mojokerto, yang membidangi pembangunan, Junaedi Malik berharap pembangunan wilayah barat harus bisa membawa manfaat, dan peningkatan SDM dan ekonomi masyarakat di wilayah itu. Apalagi dana yang digunakan mengembangkan wilayah tersebut dari uang APBD Kota Mojokerto.
Khusus untuk hadirnya PTN di Pulorejo, Junaedi Malik berharap, ekskutif bisa membuat perjanjian tertulis dengan lembaga lain yang diajak kerjasama. Ini dilakukan supaya dikemudian hari tidak ada masalah baru yang muncul setelah PTN itu berdiri.
“Utamanya soal aset, harus dibahas yang matang, jangan sampai setelah PTN berdiri dan maju dan berkembang pesat masalah aset jadi problem baru,” tandasnya.
Sedangkan Sony Basuki Rahardjo Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD Kota Mojokerto, mendukung langkah eksekutif dalam mengembangkan wilayah barat. Asalkan, pengembangan itu tidak menyalahi aturan dan tepat saran.
Agar perencanaan itu berjalan mulus, tambah Sony, Pemkot harus getol mensosialisasikan program itu ke masyarakat. Dengan memanfaatkan berbagai kegiatan, baik di tingkat RT, RW sampai ke kelurahan. “Jangan sampai program ini menimbulkan masalah baru dan berurusan dengan penegak hukum. Terutama jika dalam program itu ada pembebasan tanah milik warga,” katanya.
Akhmad warga Kelurahan Blooto, Kec. Prajuritkulon, Kota Mojokerto menilai sudah saatnya Pemkot Mojokerto mengembangkan pembangunan di wilayah barat. Pasalnya, selama ini, pembangunan di Kota Mojokerto banyak dilakukan di kawasan tengah dan Timur.
“Sampeyan lihat wilayah kami begini kondisinya, beda sekali dengan kondisi wilayah tengah dan timur. Lihat Benteng Pancasila, Gunung Gedangan yang ada di wilayah timur cukup bagus. Kami, berharap wilayah kami juga bisa dikembangnya seperti wilayah tengah dan timur seperti itu juga,” katanya.
Supardi, warga Pulorejo mendesak supaya Pemkot Mojokerto bisa secepatnya membangun jalan lingkar barat dan jembatan. “Agar warga Pulorejo jika ingin ke kantor kecamatan naik mobil bisa cepat sampai tidak harus lebih dulu melalui wilayah dalam Kota Mojokerto yang jaraknya lebih jauh jika ditempuh melalui jalan lingkar barat,” katanya.
Sementara Hj Siti Amsah Mas’ud Yunus istri Walikota Mojokerto mengatakan, untuk mewujudkan berdirinya kampung pendidikan, dia bersama pengurus dan kader PKK serta Dharma Wanita Kota Mojokerto menggalakkan program kesehatan, wajib belajar 1 jam pada malam hari, program wajib belajar 12 tahun, serta program angkutan umum gratis ke masyarakat maupun kalangan pelajar.
Menurut bu Nyai ini, dengan memastikan masyarakat mendapatkan pelayanan 4 poin itu secara nyata, nantinya menjadikan masyarakat hidup sejahtera, dan ekonomi berkecukupan. Karena, badannya sehat, pendidikannya layak, dan mereka bisa dengan mudah mendapatkan pekerjaan. Dengan itu, maka ekonomi mereka akan terdongkrak naik. * bas/adv