
SIDOARJO (Global–News.co.id) — Di tengah derasnya arus informasi digital yang tak terbendung, kolaborasi antara media dan generasi muda menjadi semakin penting.
Topik ini mengemuka dalam sosialisasi bertajuk “Optimalisasi Media dan Pemuda di Era Digital untuk Mewujudkan Jawa Timur Gerbang Indonesia Emas”, yang digelar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sidoarjo bersama DPRD Jawa Timur.
Sarasehan ini menghadirkan Ketua Komisi C DPRD Jawa Timur, Adam Rusydi, sebagai narasumber utama di Ashton Hotel Sidoarjo, Jumat (26/9/2025). Peserta yang hadir terdiri dari anggota PWI serta kader Gerakan Pemuda (GP) Ansor Sidoarjo, yang antusias menyimak dinamika sarasehan seputar peran media dan pemuda dalam menghadapi tantangan era digital.
Adam Rusydi menegaskan bahwa media bukan sekadar penyampai informasi, melainkan juga pembentuk opini publik. Namun, di era media sosial, kekuatan informasi justru bisa disalahgunakan.
“Kejadian kemarin saat demo Agustus harus jadi bahan evaluasi. Banyak kata provokatif tersebar di siaran langsung media sosial. Ini bisa memicu keresahan,” ujar politisi Partai Golkar itu.
Adam menyebut, Kabupaten Sidoarjo sangat dipengaruhi oleh peran media. “Ramai atau tidaknya Sidoarjo, opo jare arek-arek media. Betul tidak? Masyarakat tahu segala informasi juga dari media,” ungkapnya, disambut tawa kecil peserta.
Meski begitu, ia juga menyoroti fenomena judul berita yang kerap tak sesuai dengan isinya. “Di sinilah peran PWI sangat dibutuhkan. Sebagai organisasi profesi, PWI harus menjaga marwah dan integritas jurnalistik,” tegasnya.
Ketua PWI Sidoarjo, Mustain, memperkuat narasi pentingnya literasi informasi, khususnya bagi generasi muda. Di tengah banjirnya konten yang berseliweran setiap detik, kemampuan memilah, memverifikasi, dan mengkritisi informasi menjadi keahlian wajib.
“Prinsip jurnalistik seperti akurasi, verifikasi, dan keseimbangan juga harus diterapkan dalam bermedia sosial. Kita tidak bisa lagi asal ‘share’ tanpa validasi,” ujar Mustain yang juga jurnalis Harian Bangsa.
Ia mendorong agar pemuda tak hanya menjadi konsumen, tapi juga produsen konten yang memberi nilai tambah bagi masyarakat. Menurutnya, ekosistem digital yang sehat hanya bisa terwujud lewat kolaborasi lintas sektor, komunitas kreatif, dan program pendampingan.
Sementara, Ketua PC GP Ansor Sidoarjo, Choirul Mu’minin, membawa sudut pandang yang lebih luas. Ia menyinggung tantangan besar menjelang Indonesia Emas 2045 yakni bonus demografi.
“Kalau pemuda tidak aktualisasi diri, ya akan tergilas zaman. Potensinya besar, tapi perhatian dari pemerintah daerah masih setengah-setengah,” kritiknya, sembari menyebut minimnya fasilitas seperti Youth Center di Sidoarjo.
Choirul juga menekankan pentingnya pengelolaan potensi strategis daerah. “Sidoarjo ini punya bandara, dekat pelabuhan, punya terminal bus. Tapi penganggurannya tinggi. Ini ironi. Pemuda harus jadi arus utama pembangunan, bukan hanya penonton,” ujar dia.
Sosialisasi malam itu menjadi refleksi penting bahwa di era digital, media dan pemuda tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Media harus terus menjaga akurasi dan etika, sementara pemuda harus terus diberdayakan agar tak sekadar mengonsumsi, tetapi menciptakan dampak positif dari informasi.
Kolaborasi ini, seperti yang ditegaskan para narasumber, bukan hanya penting untuk hari ini, tapi menjadi pondasi penting menuju cita-cita besar yakni Indonesia Emas 2045. (anto)