Dr Natarianto Indrawan lahir di Pulau Belitung, dan menghabiskan sebagian masa kecilnya di sana sebelum melanjutkan pendidikan awalnya di Pulau Singkep. Di Singkep, ia belajar banyak dari ayahnya, seorang ahli di perusahaan tambang timah, tentang ketekunan, disiplin, dan pentingnya ilmu pengetahuan. Pelajaran ini menumbuhkan motivasi besar dalam dirinya sejak dini.
Oleh Gatot Susanto
SEJAK bangku SMP, Natarianto sudah menghadapi tantangan ekonomi keluarga. Untuk membantu bertahan dan mendukung pendidikan hingga SMA, ia membantu orang tuanya menjalankan warung kecil, belajar nilai kerja keras, pelayanan, dan tanggung jawab.
Ketika memasuki perguruan tinggi, ia tidak ingin membebani keluarganya dengan biaya kuliah. Ia terus-menerus mendaftar beasiswa, meski sering gagal. Berkat kegigihannya, sejak semester kedua hingga lulus, ia berhasil memperoleh beasiswa penuh untuk menyelesaikan sarjana tekniknya.
Tahun 2006 menjadi masa sulit bagi Natarianto karena kepergian ayahnya. Namun, motivasinya untuk melanjutkan studi ke luar negeri tidak berkurang. Sebaliknya, Natarianto berusaha sebaik mungkin untuk mendukung ibunya, tiga saudara, dan keluarga, dengan mengambil pekerjaan tambahan di akhir pekan. Semangatnya untuk belajar dan bekerja keras semakin terpupuk dari tanggung jawab yang ia pikul demi keluarga.
Setelah lulus pada tahun 2002, perjalanan kariernya tidak mudah. Hampir semua lamaran kerja ditolak oleh perusahaan BUMN maupun swasta. Kesempatan pertamanya datang ketika diterima sebagai Technical Support di sebuah kilang minyak (refinery). Di sini, ia belajar disiplin, kerja keras, dan memahami industri energi.
Antara tahun 2006–2014, Natarianto terlibat langsung dalam pembangunan pembangkit listrik komersial, mulai dari studi pasar, pembebasan lahan, hingga kegiatan tanggung jawab sosial masyarakat. Ia akhirnya dipercaya menjadi Plant Manager, pengalaman yang menajamkan keahlian teknis, manajerial, dan kepemimpinannya.
Ia melanjutkan studi S2 di Korea Selatan pada tahun 2011, dan PhD di Amerika Serikat pada 2014. Saat meneliti gasifikasi di PhD-nya, ia menerima tawaran langsung dari U.S. Department of Energy, National Energy Technology Laboratory, tanpa melamar, karena keahlian dan pengalamannya sangat dibutuhkan. Di sana, ia menjadi satu-satunya peneliti asal Indonesia, memperdalam teknologi konversi energi dan sistem tenaga hibrid.
Selanjutnya awal tahun 2023, Natarianto mendirikan FlexiH LLC, yang baru-baru ini bertransformasi menjadi FlexiH Incorporation. Perusahaan ini membangun E-Refinery pertama di Oklahoma, Amerika Serikat, yang dipandang sebagai proyek pertama di tingkat regional, nasional, bahkan berpotensi global.
Kilang masa depan ini mengubah bahan baku terbarukan seperti udara, steam, hingga sampah biomassa dan ban kendaraan usang, selain gas alam menjadi hidrogen bersih, amonia, dan e-fuels ramah lingkungan, serta mendapat dukungan penuh dari pemerintah lokal dan otoritas terkait.
Kini, Natarianto juga menjabat sebagai anggota dewan penasihat (Advisory Board) untuk beberapa perusahaan di sektor energi bersih, serta saat ini berkesempatan merekrut talenta-top dari perusahaan global dari jenjang S1 hingga S3 untuk mendukung perkembangan FlexiH — sesuatu yang dulu tak pernah ia bayangkan.
Ia selalu menegaskan bahwa pencapaiannya bukan semata hasil kerja keras sendiri, tetapi berkat dukungan keluarga dan pembelajaran dari pengusaha sukses seperti S.D. Darmono (pendiri Jababeka) dan Harold Hamm (pendiri Continental Resources).
Ironis tapi menginspirasi
Setelah 23 tahun perjalanan penuh tantangan, Natarianto kembali membangun sesuatu yang menjadi awal kariernya — sebuah kilang, namun kali ini kilang masa depan yang berpotensi mengubah arah industri energi dunia.
Kisah Natarianto Indrawan adalah kebanggaan bagi Indonesia. Dari Belitung dan Singkep hingga Oklahoma, ia membuktikan bahwa dengan tekad, doa, dukungan keluarga, dan pembelajaran dari para mentor, seorang putra bangsa bisa berdiri di garis depan perubahan global.
Dari perjalanan hidupnya, ada tiga kunci sukses yang perlu kita ingat: Pertama, terus belajar tanpa henti, kedua membangun lingkungan yang mendukung, dan ketiga memiliki motivasi yang berani. Dengan tiga hal ini, mimpi sebesar apa pun bisa menjadi kenyataan. (*)