Global-News.co.id
Ekonomi Bisnis Utama Webtorial

Soal Oversupply Gas di Jatim, Ketua DPRD Jatim: Cari Jalan Keluar, Banyak Industri yang Membutuhkan

Kusnadi, Ketua DPRD Jatim

SURABAYA (global-news.co.id) – Sektor energi sudah seharusnya kita kelola dengan baik, karena keberadaannya sangat penting. Sama pentingnya seperti sembako. Kehidupan ini tak akan lepas dari keberadaan energi. Karena itulah, terjadinya kelebihan produksi (oversupply) gas di Jatim sudah seharusnya menjadi perhatian kita semua.

Mengapa? Karena tidak sedikit industri di Jatim yang belum mendapat aliran gas. Padahal sejumlah industri sangat membutuhkan sebagai penggerak mesin-mesin industrinya yang dinilai lebih murah. “Ini sudah agak lama terjadi di Jatim (oversupply), tetapi mengapa belum ada solusi yang konkret. Dalam artian, bagaimana kelebihan produksi gas itu benar-benar bisa dimanfaatkan oleh industri dan pengguna lainnya di Jatim. Ini penting,” kata Kusnadi, Ketua DPRD Jatim, kepada Global News di Gedung DPRD Jatim, di sela-sela Sidang Paripurna, kemarin.

Seperti diketahui, berdasarkan angka yang dikeluarkan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) angka oversupplynya mencapai 173 MMscfd, posisi potensi lifting gas (sesuai WP&B) per Desember 2023 mencapai 747 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd). Sedangkan serapan dari hilir seperti PLN hingga Petrokimia Gresik hanya 574 MMscfd.

Bahkan berdasarkan proyeksi yang disampaikan SKK Migas, bila sejumlah wilayah kerja (WK) migas di Jawa Timur dan Jawa Tengah jadi mengembangkan temuan lapangan gasnya maka potensi produksi gas akan bakal naik terus sampai titik puncak produksi pada rentang tahun 2030. Saat itu, kondisi pasokan gas berlebih atau oversupply di wilayah Jawa Timur diperkirakan mencapai sekitar 200 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd).

Lebih lanjut Kusnadi mengatakan, kelebihan produksi gas di Jatim ini menjadi PR kita semua. “BUMD Gas harus mempunyai peran juga dalam hal ini. Bagaimana menyikapi kelebihan gas ini. Kelebihan gas di Jatim akan terus bertambah, karena potensi gas di Jatim cukup menjanjikan,” kata Kusnadi.

SKK Migas mencatat masih terdapat potensi tambahan produksi gas bumi dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) berada di wilayah ini. Total potensi tambahan tersebut berasal dari KKKS Pertamina EP Region 2 yang memiliki potensi tambahan pasokan gas bumi dari zona 7 dan 5 sebesar 90 MMscfd (juta kaki kubik per hari). KKKS Petronas Carigali Ketapang II Ltd. memiliki potensi dari Lapangan Bukit Panjang sebesar 40 – 50 MMscfd mulai tahun 2026 hingga 2033. Sedangkan, KKKS Husky-CNOOC Madura Ltd. memiliki potensi kapasitas produksi hingga 318 MMscfd dengan serapan saat ini hanya berkisar 210 MMscfd, sehingga terdapat potensi volume gas bumi lebih dari 100 MMscfd.

Kusnadi membenarkan, terjadinya oversupply gas karena belum menyeluruhnya pembangunan pipa gas kepada konsumennya, terutama di sejumlah Kawasan Industri hingga pabrikan, juga untuk aliran gas rumah tangga. Sementara itu, untuk membangun pipa membutuhkan dana yang cukup besar.

“Meski membutuhkan biaya besar untuk membangun pipa, tetapi ini kan harus kita kerjakan. Tujuannya agar kawasan industri hingga pabrikan lebih efisien lagi dalam biaya produksi. Kalau biaya produksi lebih murah kan berdampak kepada harga jual yang lebih murah lagi. Nah di sini rakyatlah yang pada akhirnya mendapat dampak positifnya,” katanya.

Sementara itu, saat ini pembangunan pipa gas dari Jatim menuju Jawa Barat terus berlangsung. Nantinya kelebihan gas dari Jatim tersebut akan “dikirim” ke Jawa Barat. Nah kalau ini terjadi, lalu bagaimana dengan kawasan industri dan sejumlah pabrikan di Jatim yang hingga kini “menunggu” aliran gas?

“Ini yang menjadi persoalan. Kalau gas itu banyak disebar (dialirkan) kepada yang membutuhkan jelas akan memberikan efek positif kepada perekonomian Jatim. Seperti saya katakan tadi, dengan menggunakan energy gas yang lebih murah, sudah pasti berdampak harga produksi pabrikan tersebut,” katanya.

Bagaimana dengan pengiriman gas ke sejumlah Kawasan Industri dan sejumlah pabrik, terutama pabrik keramik yang sudah lama berteriak untuk minta pasokan gas? Tentang ini, Kusnadi mengatakan, perlu ada jalan keluar. Kalau kemudahan kita berikan pada investor, misalnya kemudahan mendapatkan gas, maka investasi di Jatim akan lebih menarik lagi.

Ditanya bagaimana kalau gas tersebut dikirim dalam bentuk CNG? “Itu merupakan salah satu jalan keluar. Terpenting itu mencarikan jalan keluar, terutama bagaimana pabrikan yang selama ini berteriak minta gas, selanjutnya bisa dipenuhi,” pungkas Kusnadi. (adv)

baca juga :

Jokowi Tiba di Sulsel Resmikan Kereta Api Makasar-Parepare

Redaksi Global News

Ciptakan Kemandirian Ternak, YHMCHI Gandeng Masyarakat Purwosari

gas

Jokowi Lantik 9 Wantimpres, Pakde Karwo Masuk Gerbong

Redaksi Global News