Global-News.co.id
Sport Utama

Dua Bocah Cepu Berprestasi Nasional dan Internasional Even Taekwondo

Dua bocah Cepu raih prestasi membanggakan

BLORA (global-news.co.id) –  Prestasi membanggakan diraih dua bocah asal Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Mereka adalah Muhammad Eno Ramadhani (12) dan Muhammad Ubaidillah (11). Keduanya berasal dari Kelurahan Tambakromo, Kecamatan Cepu.

Pada Laga Nasional yang dilaksanakan oleh Universitas Gajah Mada (UGM) beberapa waktu lalu, mampu mereka taklukkan, meskipun secara virtual. Beradu kemampuan dengan ribuan peserta dalam kejuaraan Taekwondo UGM Championship, pada 24-26 September 2021, di kelas Pomsae dan speed kicking.

Di bawah asuhan Sabuem (red, guru) Ahmad Subchan dari Dojang Djipang (tempat latihan), mendorong Muhammad Eno Ramadhani mendapatkan medali dengan meraih juara 3 pada kelas kadet putra dan Muhammad Ubaidillah mendapatkan medali emas dengan meraih juara 1 kelas pra kadet putra. “Masing-masing menang pada kelas Speed Kicking,” ungkap Ahmad Subchan, pada suatu kesempatan.

Kemudian, lanjut dia, Muhammad Ubaidillah juga meraih juara 1 dalam laga Pattaya International Championship  Virtual Pomsae and Speed Kicking pada 15-17 Oktober 2021. “Ini menjadi prestasi membanggakan bagi kami. Sebab, ini adalah pertandingan perdana yang mereka ikuti,” ujarnya.

Untuk menjadi juara, menurut Subchan, dengan membangkitkan daya juang anak. Diwujudkan dalam bentuk latihan intensif. Latihan ditingkatkan dari hari bisa. Kalau latihan reguler hanya 4 kali seminggu, lanjut dia, ditambah 1 kali menjadi 5 kali latihan dalam seminggu. “Sisa dua hari untuk recovery tubuh anak supaya kembali bugar. Kalau digenjot 6 hari, pasti tumbang,” kata dia.

Latihan lebih ditekankan pada apa yang dibutuhkan dalam kejuaraan. Selama dua bulan sebelum pertandingan, ada program khusus untuk atlet binaannya. “Hari pertama sampai pertengahan puncak, kita orientasinya ke fisik dan pernapasan. Untuk daya tahan tubuh. Grafik latihan mulai menurun, untuk pematangan teknik. Satu minggu sebelum bertanding sudah dilakukan recovery, diisi dengan penguatan mental, strategi, apa yang harus dilakukan, dan latihan teknik secara ringan,” ungkapnya.

Jadi, menurut dia, tidak hanya bicara saja. Tapi anak harus memahami. “Saat perform dalam bergerak, kita instruksikan dia sudah paham. Yang paling terpenting dalam arena itu, anak paham apa yang dilakukan,” tegasnya.

Dalam siklus latihan, lanjut dia, ada pembagian. Ada porsi 60% fisik, 40% teknik.  Waktu pertengahan bisa dibalik, 40% fisik yang 60% teknik. “Yang terakhir ini, 80% teknik dan 20% fisik ringan. Jadi ketika digunakan, kebugaran anak ini sudah kembali. Jadi, ledakannya bisa lepas,” ungkapnya.

Kalau tidak mengetahui sistem pola latihan, dan salah menerapkan pola latihan, kata dia, dihajar terus hingga menjelang pertandingan, maka anak tumbang. “Kakinya tidak bisa main. Karena otot kaki stres. Itu yang seharusnya kita jeli,” tandasnya.

Lebih lanjut dia menambahkan, dengan kejuaraan secara virtual ini menjadi terobosan baru di masa pandemi Covid-19. Jika tidak ada pertandingan, akan sulit untuk memantau perkembangan anak. “Meskipun semua dilaksanakan secara virtual, setidaknya bisa memantau perkembangan atlet supaya bisa menjadi lebih baik lagi,” ungkap pria ramah ini.

Saat ditemui terpisah, Muhammad Eno Ramadhani (12) dan Muhammad Ubaidillah (11), mengaku, tidak menyangka bisa mendapatkan juara. Karena ini adalah even perdana yang mereka ikuti. Sebab, hanya bermodal latihan dan video gerak teknik yang dikirimkan kepada penyelenggara untuk diadu dengan ribuan peserta lain. (rno)

baca juga :

DPRD Sidoarjo Gelar Rapat Paripurna Bahas Pertanggungjawaban APBD Sidoarjo Tahun 2023

gas

Ritual di Pantai Payangan, Polisi Olah TKP Selidiki Kasus Tewasnya 11 Orang

Redaksi Global News

Pimpinan DPR Nilai Pembatasan Transportasi Umum di Jakarta Sudah Tepat

Redaksi Global News