SURABAYA (global-news.co.id) – Monosodium Glutamat atau yang akrab disebut MSG telah menjadi primadona sebagai penambah cita rasa masakan bagi sejumlah masyarakat di Indonesia. Meski demikian, hingga kini MSG masih sering mendapat label negatif dan kerap disalahkan atas berbagai penyakit oleh masyarakat awam. Lantas benarkah MSG berbahaya bagi kesehatan?
Ahli gizi Universitas Airlangga (Unair) Mahmud Aditya Rifqi SGz, MSi membantah hal itu. Mahmud mengatakan bahwa berdasar aturan WHO dan BPOM, MSG aman untuk dikonsumsi. “Mengonsumsi MSG sewajarnya tidak menyebabkan bahaya bagi kesehatan. Sederhananya, menu masakan untuk porsi 3-5 orang bisa ditambahkan seperempat sendok teh MSG,” ungkapnya dalam rilis yang diterima redaksi, Rabu (22/7/2020).
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unair itu menjelaskan, komponen MSG terdiri atas glutamat (asam amino protein), sodium dan air. Glutamat sendiri sebenarnya terbuat dari hasil fermentasi karbohidrat seperti jagung, tetes tebu, singkong, dan lainnya, lalu ditambah natrium yang dikristalkan.
Menariknya, tambah Mahmud, glutamat sebenarnya juga terkandung di dalam tubuh dan bahan pangan alami seperti sayuran, daging, kerang, kepiting, rumput laut dan sebagainya. “Glutamat yang menghasilkan rasa gurih juga ada di makanan alami sehingga bisa menjadi pilihan kita dalam mengolah makanan,” tuturnya.
Berdasar UU tentang Bahan Tambahan pangan (BTP) No 33, MSG tergolong dalam BTP yang diperbolehkan untuk dikonsumsi. “MSG tergolong pada kelompok BTP sebagai penguat rasa (flavor enhancer),” ucapnya.
Sementara itu, berdasar Perka BPOM No 23 tahun 2013, senada dengan pernyataan dari Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives (JECFA) dan European Commission Scientific Committee on Food (EC/SCF), nilai Acceptable Daily Intake (ADI) pada MSG tidak dinyatakan (not spesific). Artinya MSG aman untuk dikonsumsi.
Mahmud melanjutkan, meski Food and Drug Administration (FDA) dan World Health Organization (WHO) memperbolehkan penggunaan MSG, kadar pemakaiannya tetap harus dibatasi sesuai aturan. Selain itu, meski MSG mampu meningkatkan mutu pangan, rasa gurih yang dihasilkan MSG dapat menimbulkan rasa adiksi atau ketagihan. Sehingga hal itu perlu menjadi perhatian.
“Oleh karena sensivitas setiap orang berbeda-beda, ada beberapa orang yang alergi MSG. Pada orang-orang yang diketahui alergi ini, MSG perlu dihindari,” tandasnya.
Sebagai ahli gizi, Mahmud berpesan kepada masyarakat selalu memperhatikan jumlah konsumsi BTP. “Tidak ada larangan, namun harus arif dalam penggunaan,” pungkas dia menutup wawancara. tis