Global-News.co.id
Laporan Khusus Secangkir Kopi Utama

Selamat Datang MNU Korea Selatan

Tutupnya pabrik tekstil PT Sritex, sehingga terjadi gelombang PHK sekitar 10.000 tenaga kerjanya. Ini jelas mempengaruhi dunia kerja di tanah air. Raksasa tekstil yang berkibar di zaman Orde Baru tersebut “tersungkur” tak dapat bersaing dengan produk lainnya. Khususnys produk-produk impor. Di samping keadaan daya beli yang dapat dikata menurun beberapa tahun terakhir ini, sehingga menimbulkan kerugian besar di perusaaan tersebut.

Inilah salah satu gambaraan tentang ketenaga kerjaan di tanah air, PHK-PHK dan terus PHK bermunculan di sejumlah perusahaan. Sementara lapangan pekerjaan terus menyempit, membuat kita harus melahirkan terobosan-terobosan baru agar para tenaga kerja kita, khususnya lulusan perguruan tinggi dengan mendapat pekerjaan.

Angin segar yang berhembus dari Stikosa-AWS. Perguruan Tinggi tertua dari Indonesia bagian Timur ini telah berhasil “merangkul” Mokpo National University (MNU) Korea Selatan. Keduanya telah berhasil meneken MoU di bidang pendidikan dan pengembangan Ilmu Komunikasi dan Sosial kedua perguruan tinggi tersebut di penghujung Februari 2025. Di Indonesia, ini merupakan yang pertama kali bagi MNU bekerjasama dengan perguruan tinggi swasta. Sebelumnya, MNU sudah bekerjasama dengan ITS dan Universitas Pedjadjaran.

Dengan adanya kerjasama ini, beberapa kesepakatan dalam kerjasama tersebut antara lain, mahasiswa yang mengikuti program ini akan mempunyai double degree atau gelar Sarjana S1 ganda untuk program studi Ilmu Komunikasi dan Sosial. Waktu tempuh kuliah 4 tahun, dengan rincian 2 tahun di Stikosa AWS dan 2 tahun di MNU.

Program ini bisa diikuti oleh mahasiswa baru Stikosa-AWS maupun mahasiswa lama. Dan setelah lulus pihak MNU sudah menyiapkan lapangan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan man power (tenaga kerja/naker) di Korea Selatan. Selain itu, selama masa kuliah di MNU Korea, mahasiswa diberi kesempatan untuk bekerja paruh waktu. Cukup banyak pekerjaan part time di Korea untuk membiayai hidup selama kuliah. Sebagai mahasiswa, nanti bisa bekerja sambila di Korea dengan pendapatan sekitar Rp 15 juta, sedang biaya sebulan di Korea sekitar Rp 5 juta.

Kalau lulus sebagai sarjana, para lulusannya diharapkan dapat memenuhi kekurangan tenaga kerja di Korea Selatan. Juga demikian, bi;a sarjana baru itu ingin bekerja di Indonesia, perusahaan Korsel yang di tanah air memberikan prioritas untuk bekerja.

Sebuah peluang yang cukup menjanjikan bagi para lulusan SMA maupun SMK di Jatim dan daerah lainnya untuk melanjutkan kuliahnya dengan paluang kerja yang telah dijanjikan. Semoga program ini dapat dikelola dengan baik, sehingga tidak ada kendala untuk mensukseskannya. Selamat dating MNU.(*)

baca juga :

DASYATT Maspion Targetkan Jaring 100 Komunitas Per Tahun

Fokus Jaga Kondisi, Persebaya Tetap Evaluasi Kekurangan

Redaksi Global News

Monumen Reog Ponorogo: Pemprov Jatim Kucurkan Rp30 Miliar

Redaksi Global News