Global-News.co.id
Ekonomi Bisnis Utama

2025, Bulog Jatim Targetkan Pengadaan 400 Ribu Ton: Siap Serap Tuntas Beras Petani Jatim

Pimpinan Wilayah Perum Bulog Jatim, Awaludin Iqbal
Pimpinan Wilayah Perum Bulog Jatim, Awaludin Iqbal

SURABAYA (global-news.co.id) – Perum Bulog Kanwil Jawa Timur sepanjang tahun 2025 mentargetkan pengadaan beras sebanyak 400 ribu ton. Besaran ini meningkat tajam dibandingkan pengadaan 2024 yang hanya 191.000 ton setara beras. Sementara itu, mulai 15 Januari 2025 Bulog sudah melakukan pembelian gabah beras petani.

“Kami sudah melakukan pembelian beras petani sesuai kualitas dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), meskipun volume masih kecil. Hal ini karena masih awal panen. Puncak pembelian diperkirakan akan terjadi saat puncak panen raya yang diperkirakan terjadi Maret-April 2025,” kata Pimpinan Wilayah Perum Bulog Jatim, Awaludin Iqbal, kepada Global News, Rabu (22/1/2025).

Menurut Iqbal, meningkatnya pengadaan pangan pada tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya, karena beberapa hal. Di samping karena cuaca yang mendukung, juga pemerintah mencanangkan program swasembada pangan. Dengan ini, semangat meningkatkan produksi pangan, khususnya beras akan meningkat pula.

Guna mensukseskan swasembada pangan di Jatim, khususnya beras, Bulog Jatim melakukan sinergi dengan berbagai kalangan. Baik itu bersinergi dengan TNI/Polri, asosiasi, hingga dengan perguruan tinggi. Harapannya, dengan adanya sinergi tersebut, produksi pangan meningkat seperti yang diharapkan pemerintah.

“Selasa (21/1/2025), kami mengadakan diskusi dengan Universitas Brawijaya (UB). Tepatnya dengan Fakultas Pertanian yang berlangsung di kampus tersebut. Kami ingin masukan-masukan secara teknis bagaimana meningkatkan produksi pangan, khususnya di Jatim. Pertemuan-pertemuan seperti ini akan kami teruskan dengan TNI/Polri dan lainnya. Semua ini golnya meningkatkan produksi pangan guna mensukseskan swasembada,” katanya.

Jatim, sebagai salah satu provinsi lumbung pangan nasional, memang diharapkan mempunyai kontribusi optimal untuk mensukseskan swasembada. Bulog Jatim dalam sejarahnnya pernah berhasil melakukan pengadaan beras sekitar 1 juta ton setara beras pada kisaran tahun 2009. Dengan demikian, provinsi ini menjadi salah satu andalan dalam swasembada tersebut.

“Kami optimis bisa melakukan pengadaan 400 ribu ton setara beras pada tahun ini. Outlet-outlet Bulog juga menjual beras SPHP, sehingga harus lebih banyak lagi kebutuhan beras yang harus disediakan. Paling penting di sini bagaimana beras petani tersebut bisa terserap dengan harga sesuai seperti yang ditetapkan HPP. Tujuan Bulog itu, yakni mengamankan harga di tingkat petani sesuai dengan harga pemerintah dan persyaratan tertentu. Berapa pun produksi beras petani yang tak terserap pasar, harus dibeli Bulog sesuai harga HPP,” kata Iqbal.

Gabah dan beras dibeli dengan harga sesuai dengan HPP yang sudah ditentukan. Harga Rp 6.500 adalah Gabah Kering Panen di tingkat petani dengan kualitas kadar air maksimal 25% dan kadar hampa maksimal 10%. Apabila kualitas gabah di luar kualitas di atas, maka akan dibeli dengan harga penyesuaian.

Dengan adanya perubahan harga ini diharapkan petani mendapatkan harga yang baik dan pemerintah melalui Bulog dapat melakukan penyerapan hasil panen untuk stok cadangan pangan pemerintah (CPP) secara maksimal.

Diharapkan produksi padi tahun ini meningkat secara kuantitas dan kualitas serta lebih baik dari tahun sebelumnya sehingga Bulog dapat memaksimalkan penyerapan dari hasil petani dalam negeri.
Untuk tahun ini, kami sudah melakukan pembelian mulai 15 Januari 2025.

Perum Bulog Kanwil Jatim melalui Satuan Kerja Penyerapan Gabah Beras dan didukung seluruh penggilingan padi Mitra Kerja Pengadaan Bulog mulai melakukan penyerapan gabah hasil produksi petani di wilayah kerja Jatim, dan juga beras hasil produksi penggilingan serta pengusaha perberasan. “Penyerapan gabah beras ini nantinya akan disesuaikan dengan kualitas dan harga baru yang telah ditetapkan oleh pemerintah,” kata Iqbal.

Ditanya dari daerah mana saja beras tersebut akan diserap? Tentang ini Iqbal mengatakan, sepeti biasanya daerah penghasil beras di Jatim itu, seperti Ngawi, Madiun, Bojonegoro, Lamongan, Banyuwangi hingga Bondowoso. Dari daerah-daerah inilah beras di Jatim banyak terhimpun.

Bulog membeli gabah dan beras sesuai kualitas dan HPP. Bulog merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang logistik pangan. Bulog membeli beras dari petani lokal untuk jenis beras medium, dan beras premium dari dalam dan luar negeri.

Per 15 Januari 2025 Bulog mulai melakukan pembelian gabah beras petani sesuai keputusan Kepala Badan Pangan Nasional Nomor 2 tahun 2025 Tentang Perubahan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) dan Rafaksi Harga Gabah dan Beras.

Bulog memiliki komitmen melakukan pelayanan yang baik kepada petani dan kelompok tani yang ingin menjual gabah atau berasnya dengan one day service yaitu gabah/beras yang telah dibeli/ditransaksikan oleh Satuan Kerja Pengadaan Bulog/atau yang telah dijual ke gudang Bulog terdekat akan langsung dilakukan pembayaran pada saat hari transaksi.

Di samping itu, Bulog juga memiliki Infrastruktur Sentra Penggilingan Padi Modern sebanyak 10 titik yang tersebar di wilayah surplus beras di Indonesia. Dengan adanya Sentra Penggilingan Padi (SPP) ini Perum Bulog dapat melakukan penyerapan dengan lebih fleksibel dan melakukan penyerapan gabah berikut dengan beberapa kondisi gabah yang diatur di dalam Keputusan Badan Pangan Nasional.

Koordinasi

Sejumlah daerah langsung berkoordinasi dengan Bulog untuk pelaksanaan program ini. Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP2P) Kabupaten Tuban, Eko Julianto, misalnya, menyambut positif kebijakan Bulog menyerap semua gabah produksi petani. Hal itu sejalan kebijakan Pemerintah Republik Indonesia pada era kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto yang berupaya mewujudkan swasembada pangan. Untuk itu dia pun melakukan koordinasi dengan Bulog.

“Menteri Pertanian berdasarkan saran dari Presiden telah melarang adanya impor jagung dan beras,” tuturnya kepada Global News, Rabu (22/1/2025).

Karena itu, kata Eko, semua hasil panen petani harus diserap demi terwujudnya swasembada pangan, baik gabah maupun jagung.

“Sudah ada instruksi, mulai panen nanti harus diserap oleh Bulog,” katanya.
Dia menjelaskan, dari hasil rapat terbatas sudah diputuskan dan disepakati untuk harga gabah pada angka kisaran Rp 6.500/kg dan jagung kisaran Rp 5.500/kg.

“Saya rasa angka itu cukup kompetitif untuk menyerap hasil panen para petani. Dan yang ditugaskan ini adalah Bulog,” katanya.

Untuk itu DKP2P akan berkoordinasi aktif dengan Bulog terkait instruksi dari Menko Bidang Pangan RI. Dan jika ada informasi petani kesulitan menjual hasil panen, pihaknya akan menampung dan melakukan koordinasi dengan Bulog Bojonegoro. “Otomatis kita akan kawal ini sebagaimana instruksi Menko Bidang Pangan,” pungkas Eko.

Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun, Supriadi, dan petani di Kabupaten Madiun juga menyambut positif kebijakan Bulog tersebut. Dengan adanya kenaikan HPP, petani bisa menjual gabahnya lebih mahal lagi ke tengkulak. Sementara bila tidak dibeli tengkulak, nantinya diserap oleh Bulog.

Produksi padi di Kabupaten Madiun tahun 2024 sebanyak 599.098, 37 ton dengan luasan panen 87.265 hektare. Produksi padi di Kabupaten Madiun tahun 2024 stabil seperti tahun-tahun sebelumnya, kata Supriadi kepada Global News, Rabu (22/1/2025).

Untuk harga gabah, lanjutnya, kisaran Rp.6.600 sampai Rp.6.700 per kilogram gabah kering panen (GKP). Rata-rata kualitas padinya bagus sehingga harga jualnya cukup baik. Sudah melebihi harga yang ditentukan oleh pemerintah atau HPP, katanya.

Menurutnya, petani menjual padi secara langsung ke tengkulak. Hanya menyisakan beberapa karung untuk dikeringkan dan dikonsumsi selama satu musim ke depan. Sehingga tidak mengalami kekurangan stok pangan.

Secara umum stok pangan di Kabupaten Madiun aman. Karena petani tidak menjual padi ke tengkulak semua, disisakan untuk konsumsi satu musim ke depan, ujarnya.
Hal senada disampaikan petani di Kecamatan Madiun, Parman (57). Dia menyebut hasil panen cukup bagus. Dia menjual padinya ke tengkulak dengan harga Rp.6.550 per kilogram langsung dari sawah.

Hasilnya cukup baik, dan harganya stabil naik turunnya tidak terlalu jauh sambil melihat kualitas padinya. Kalau padinya bernas (baik) bisa mencapai Rp.6.750 per kilogram, kata Parman.

Dengan adanya kenaikan harga gabah dari pemerintah, menurutnya, hal itu sangat membantu petani untuk menentukan harga jual gabah ke tengkulak. Sehingga tengkulak tidak membeli dengan harga seenaknya. Dan bila tengkulak tidak mau membeli, dia yakin Bulog akan membeli gabah petani tersebut.

Dengan adanya harga pembelian dari pemerintah (HPP), akan menjadi patokan petani untuk menjual ke tengkulak, ujarnya.
Dia berharap kondisi stabil, baik produksi maupun harga, bisa bertahan untuk musim-musim yang akan datang. Syukur kalau bisa meningkat lagi sehingga petani merasa senang, katanya ada swasembada pangan, petani pasti mendukung, pungkasnya. (fan/her/hud)

baca juga :

Bank Jatim Jadi Bank Pertama dalam Pelaksanaan IKD For Banking di Indonesia

Kebakaran Hebat di California, Kota ‘Surga Dunia’ Itu Berubah Jadi Neraka

gas

Dugaan Korupsi Rp 10 Triliun, Erick Thohir Bakal Rombak Direksi Asabri

Redaksi Global News