TUBAN (global-news.co.id) – Anggota DPRD Tuban, Jawa Timur, H. Tulus Setyo Utomo S.sos, menyoroti lambannya pembangunan Proyek New Grass Root Refinery (NGRR) Kilang Tuban. Proyek NGRR kerjasama PT Pertamina (Persero) dengan perusahaan migas Rusia, Rosneft, ini dinilai jalan di tempat. Artinya, Pertamina menyebut pembangunan “berjalan” tapi kenyataan di lapangan tidak ada aktivitas pembangunan kilang tersebut.
“Setelah selesai pengadaan lahan milik masyarakat dan lahan milik KLHK (Kementian Kehutanan) sejak 2021 hingga sekarang yang dilakukan hanya pembangunan pagar keliling pada lahan milik Pertamina,” kata Tulus kepada DutaIndonesia.com, Rabu (30/10/2024).
Menurut Tulus, Pertamina hendaknya dalam pelaksanaan pembangunan mulai dari pra pembangunan dan saat pelaksanaan pembangunan harus melibatkan masyarakat terdampak secara langsung. Pertamina juga harus memberikan prioritas pada masyarakat sekitar agar bisa mendapat kesempatan untuk bekerja di proyek tersebut. Selain itu, kata politisi PDIP ini, juga mendapatkan efek kemanfaatan atas berdirinya Kilang NGRR milik Pertamina dan Rosneft sehingga ekonomi masyarakat menjadi semakin baik.
“Masyarakat terdampat tidak hanya menjadi penonton akan tetapi masyarakat terdampak dapat menikmati atas berdirinya pembangunan kilang minyak di desanya tersebut,” ujarnya.
Tulus menekankan perlunya keterlibatan masyarakat yang dalam pelaksanaannya perlu dibentuk suatu kelompok warga yang berbadan hukum. Tujuannya agar dapat bekerja sama dengan penyedia barang atau jasa untuk keperluan proyek tersebut.
“Penyedia itu sepertinya koperasi perusahaan Pertamina untuk memasok kebutuhan yang diperlukan oleh Pertamina terkait pembangunan kilang tersebut,” ujarnya.
Dia juga meminta Pemerintah Daerah Tuban menyiapkan tata aturannya dan regulasinya agar tidak ketingalan dalam menjemput potensi daerah atas kehadiran industri migas ini. Misalnya menyiapkan sarana , prasarana pendidikan, pelatihan terhadap keahlian yang dibutuhkan oleh Pertamina,” katanya.
Seperti diketahui proyek New Grass Root Refinery (NGRR) kilang Tuban sudah lama tak terdengar. Terakhir PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) mengabarkan bahwa proyek NGRR kilang Tuban sampai saat ini masih berjalan. Direktur Utama KPI, Taufik Aditiyawarman, mengatakan pihaknya kini sedang menyiapkan tender untuk paket engineering, procurement, and construction (EPC).
Berdasarkan kalkulasi KIP, Pertamina sudah merogoh kocek sekitar US$ 538 juta atau Rp 8,42 triliun (kurs Rp 15.668) untuk proyek tersebut.
“Tentunya cost spending yang sudah kita lakukan adalah hampir US$ 538 juta itu untuk lahan dan kegiatan pelaksanaan pekerjaan Front End Engineering Design (FEED),” ucap Taufik dikutip dari Energy Corner CNBC Indonesia, Kamis (21/3/2024) lalu seperti dikutip dari detik.com.
Taufik kemudian menjelaskan, bahwa total nilai investasi Kilang Tuban telah mencapai US$ 21 miliar atau Rp 329 triliun. Proyek tersebut didanai secara patungan atau joint venture antara Pertamina, yang berkontribusi 55%, dan perusahaan minyak asal Rusia yakni Rosneft yang menaruh 45% dari total dana.
“GRR Tuban itu lebih besar lagi US$ 21 miliar, jika tidak salah,” kata Taufik.
Berdasarkan catatan wartawan, Kilang NGRR Tuban masuk ke dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN). Kilang tersebut diproyeksikan akan menjadi salah satu kilang terbesar Indonesia dan menghasilkan produk bahan bakar minyak (BBM) berkualitas seperti gasoline, diesel, dan avtur hingga 229 ribu barel per hari.
Proyek NGRR Tuban pun memproduksi bahan bakar minyak yang berkualitas Euro V. Kilang minyak di Tuban diperkirakan memiliki kapasitas produksi sebesar 300.000 barel per hari. (gas)