SURABAYA (global-news.co.id) – Sebanyak 33 pelukis perempuan yang tergabung dalam Perwajati (Perupa Wanita Jawa Timur) menampilkan karyanya dalam pameran bertajuk September Art Move’24 di Look Galery UK Petra. Beragam teknik dan aliran muncul dalam karya-karya lukis yang akan dipamerkan hingga 28 September 2024 tersebut.
Ketua Program Studi Desain Komunikasi Visual, Dr Listia Natadjaja ST MT MDes mengaku takjub melihat lukisan-lukisan yang terpampang di galeri. “Kualitas lukisannya detil, realis. Tidak semua dari mereka ini pelukis profesional, tapi kita tidak bisa bedakan mana yang profesional dan mana yang tidak. Makanya saya takjub,” ujarnya usai membuka pameran di galeri yang berada di Gedung Q 801, Senin (23/9/2024).
Para perempuan pelukis yang tergabung dalam Perwajati terdiri dari ibu rumah tangga dengan berbagai latar belakang, pensiunan guru, pekerja, eksekutif muda, bahkan guru yang masih aktif. Mereka menjadikan melukis sebagai bagian dalam kehidupan sehari-hari. “Karenanya tak heran kalau tema-tema lukisan yang diambil juga tak jauh dari sekitaran kehidupan perempuan, seperti bunga dalam berbagai komposisi, pemandangan, pasar, gerak tari, dan aktivitas sehari-hari,” kata Agus Koecink Sukamto selaku kurator.
Yang juga tak kalah menarik, karya-karya itu menggambarkan suasana hati yang gembira. “Style-nya beda-beda dan permainan warnanya ada yang tajam dan ada juga yang ringan sesuai gaya masing-masing,” tambah Dibya Hody, dosen program Desain Fashion dan Tekstil yang juga desainer busana.
Dalam pameran kali ini, Nunik Silalahi misalnya menampilkan Bunga Sepatu yang memadukan warna pink yang tajam dan soft pink dengan hijau, sementara Ani Hasan dalam Sun Flower-nya memadukan merah, kuning, putih, oranye bahkan biru untuk warna-warni bunganya. Bukan hanya bunga, ayam jago pun jadi objek yang menarik untuk dilukis dan ini ditampilkan Nini Hari Wiko lewat Jago serta Nunung Harso lewat Jagoan.
Tarian juga jadi objek yang menarik bagi Erna Joe yang mengangkat The Widows Dance, Irdina Larasanti dengan Legong Dancer Bali, serta Hesti Setyowati dengan Gandrung Banyuwangi.
Agus salut dengan perkembangan pelukis perempuan ini dalam meramaikan dunia senirupa. Dikatakan pada tahun 1990 hingga 1992, jumlah pelukis perempuan hanya beberapa saja.
Menginjak tahun 2000 ke atas banyak komunitas pelukis perempuan di Jawa Timur dan di Surabaya sendiri. Mereka beberapa kali melakukan pameran.
Bagi Perwaja, pameran di UK Petra ini merupakan kali keempat. Pertama kali mereka menggelar karya di Bandara Juanda, kemudian dua kali di Galeri Merah Putih Balai Pemuda.
Setelah ini, mereka berencana pameran di Madura.
Kalau pameran kali ini mengambil tema Art Move, karena pergerakan seni itu sangat dinamis. “Kita harus lebih ke modern art dalam arti mengikuti zaman. Tidak ada unsur politik atau SARA, kami lebih ke arah bagaimana mengangkat harkat perempuan. Melukis ini kan aktivitas yang menyehatkan jasmani dan rohani,” ujar Ketua Panitia Pameran, Irdina Larasanti sembari menyebut kalau dalam pameran ini masing-masing pelukis menyertakan dua karyanya.
Pelukis senior, mantan anggota DPRD Surabaya, yang juga Ketua Ikatan Wanita Pelukis Indonesia (IWPI) Jatim, Nunung Harso, mengungkap keikutsertaannya dalam kegiatan ini karena ingin berbaur sekaligus menjaga silaturahim dengan kelompok perupa di Jawa Timur.
“Selain Jagoan, saya juga menampilkan Gemah Ripah Loh Jinawi. Waktu melukis itu, saya membayangkan berapa indah dan suburnya Nusantara ini. Background-nya ada gunung, kemudian sebelah kanan ada hutan, sebelah kiri ada perumahan desa. Ada juga sawah yang menguning, ada kebun pisang juga. Pokoknya komplit,” terang Nunung yang Oktober mendatang diundang ke Brunei Darussalam dalam rangka pertukaran budaya Indonesia-Brunei Darussalam.
Pameran lukisan ini juga menjadi pengalaman baru bagi para mahasiswa, mengingat di jurusan desain tidak ada seni lukis. Sebagaimana diungkapkan Angel, mahasiswi semester 1, ini pertama kalinya dia melihat pameran lukisan.
“Saya melihatnya waow, begitu bagus. Apalagi di Kalimantan tempat saya berasal nggak ada,” ungkapnya.
Pengelola Look Galery, Anang Tri Wahyudi, menambahkan, dengan berkegiatan di UK Petra ini perupa bisa mendapatkan ruang alternatif untuk berpameran dan audiens baru di antaranya mahasiswa yang selama ini lebih banyak bergelut dengan dunia digital. Sementara para mahasiswa juga mendapat pengalaman baru dengan lukisan-lukisan dan mereka bisa bertemu sekaligus belajar langsung dari para pelukisnya. (ret)