
SURABAYA (global-news.co.id) – Provinsi Jawa Timur menjadi provinsi pertama di Indonesia yang memiliki population clock atau jam populasi. Peluncuran population clock ini dilakukan bersamaan dengan perayaan Hari Keluarga Nasional (Harganas) yang digelar Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jatim, Rabu (10/7/2024).
Melalui population clock, yang diresmikan Kepala BKKBN Dr dr Hasto Wardoyo SpOG, Pj Gubernur Jatim Adhy Karyono, Sekretaris Utama BKKBN Tavip Agus Rayanto, dan Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jatim Maria Ernawati, setiap detik bisa diketahui perubahan data jumlah penduduk, jumlah kelahiran, dan jumlah kematian yang terjadi di Jawa Timur.
“Saya kaget tadi pas proses peluncuran Population Clock, karena baru tingkat nasional yang sudah menggunakan. Jatim ini merupakan provinsi pertama di Indonesia yang sudah menerapkan population clock,” ungkap Hasto usai perayaan Harganas ke-31 di Jatim Expo, Rabu.
Saat diluncurkan, terbaca jumlah penduduk Provinsi Jatim sebanyak 41.820.873 jiwa dengan jumlah kelahiran sebanyak 602.283 jiwa, dan jumlah kematian sebanyak 313.670 jiwa.
“Population clock ini update datanya tiap detik. Jadi Provinsi Jawa Timur ini sangat luar biasa dan population clock ini memang sangat dibutuhkan,” terang dokter spesialis kandungan tersebut.
Dalam sambutannya, Hasto mengingatkan pesan Presiden bahwa pembangunan SDM itu dimulai dari keluarga. Dan indikator keluarga berkualitas meliputi 3 hal yaitu tenteram, mandiri, dan bahagia. Tenteram kalau melaksanakan ibadah, ada surat nikah, kalau ada konflik bisa diredam.
Mandiri secara ekonomi tidak tergantung orang lain. Keluarga juga harus bahagia, bisa berekreasi, bisa bersilaturahim dengan tetangga, bergotong royong.
Dari 3 indikator itu, lanjutnya, Indonesia yang paling tinggi adalah bahagia. Masyarakat bisa bergembira, bersyukur atas apa yang ada. “Tapi jangan terlalu nrima, supaya mandiri,” ujarnya.
Secara nasional skor tenteram 59, mandiri 52, bahagia 71. “Skor Jatim 61,73 dengan angka tenteram 59, mandiri 53, bahagia 72. Ini melebihi nasional,” tandas Hasto.
Untuk mengukur kualitas SDM, kata Kepala BKKBN, bukan hanya dari persoalan stunting yang harus diatasi, tapi juga harus dibangun jiwa dan raganya.
Sebelumnya, Pj Gubernur Provinsi Jatim, Adhy Karyono, mengatakan peringatan Harganas tahun ini diselenggarakan di Kota Surabaya. Selain sebagai ibukota provinsi, berbagai capaian baik telah diraih Kota Surabaya dalam percepatan penurunan stunting. Angka prevalensi stunting Kota Surabaya juga mengalami penurunan yang signifikan dari 28,9% (SSGI 2021) menjadi 4,8% (SSGI 2022), dan 1,6 (SKI 2023). Angka prevalensi ini berada jauh di bawah target nasional Tahun 2024 yaitu sebesar 14%.
“Jawa Timur akan terus berupaya untuk menurunkan prevalensi angka stunting. Meskipun dari hasil SKI Tahun 2023 angka prevalensi Jawa Timur telah mencapai 17,7 (turun 1,5), kami berharap pada Tahun 2024 ini bisa mencapai target angka prevalensi sebesar 14%,” kata Adhy.
Diungkapkan, hal ini tidak terlepas dari kerja keras para pemangku kepentingan dan kebijakan yang sama-sama fokus menurunkan angka stunting di Jawa Timur. Namun ada beberapa hal yang patut diperhatikan dan jaga bersama, bahwa penurunan tersebut masih menjadi pekerjaan rumah bersama, karena ada beberapa Kabupaten/Kota yang angka stuntingnya cenderung naik. Oleh karena itu, lanjutnya, patut untuk dipertahankan bagi daerah yang sudah turun prevalensi stuntingnya. Capaian nasional juga kita harapkan dapat turun siginifikan di akhir tahun 2024 dengan Jawa Timur sebagai salah satu provinsi penyangga Nasional.
Di momen peringatan Harganas tingkat Provinsi ini, Adhy mengajak semua bekerja dengan peran dan fungsi masing-masing agar amanat dan mandat terkait penurunan angka stunting dapat dilaksanakan dan diwujudkan.
“Saya mengingatkan para Pj Bupati/Walikota harus memperhatikan stunting dan pernikahan dini, karena tiap tiga bulan kita para Pj ini akan selalu ditanya oleh Wakil Presiden tentang banyak hal, namun stunting dan pernikahan dini tidak pernah absen dan akan selalu ditanyakan,” tutupnya.
Sementara itu Kepala Perwakilan BKKBN Jatim, Maria Ernawati menjelaskan Harganas ke-31 yang mengusung tema Keluarga Berkualitas menuju Indonesia Emas, merupakan bentuk komitmen pemerintah dalam merevitalisasi peran keluarga dalam mengatasi persoalan-persoalan yang menghambat pencapaian cita-cita pembangunan.
“Konsep peringatan Harganas tingkat provinsi ini adalah temu kader dan tenaga lini lapangan sebagai wadah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya sosok keluarga bagi pembangunan bangsa dan negara,” jelasnya.
“Tujuan khususnya adalah untuk memberikan penghargaan kepada semua pihak yang telah berperan aktif dalam program Bangga Kencana di Provinsi Jawa Timur,” lanjut Erna dalam acara yang dihadiri 2.400 orang yang terdiri dari lintas sektor dinas Pemprov Jawa Timur, para Kepala OPD KB beserta jajaran penyuluh KB, serta kader-kader KB.
Sebab seperti dikatakan Hasto Wardoyo dalam sambutannya, penyuluh KB, bidan, kader KB, pendamping keluarga bukan segala-galanya.
“Tapi tanpa mereka, BKKBN tiada apa-apanya dalam menurunkan stunting dan penanganan keluarga,” tandasnya.
Pada kesempatan itu Prof Sri Sumarmi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair mendapatkan Penghargaan Wira Karya Kencana. Sedang penghargaan dalam kategori Presentase Capaian Total Pelayanan KB Tertinggi dalam rangka HUT IBI, juara 1 adalah Kabupaten Sampang, juara 2 Kabupaten Pasuruan dan juara 3 adalah Kabupaten Bondowoso.
Penghargaan kategori Presentase Capaian Total Pelayanan Tertinggi dalam rangka Pelayanan Sejuta Akseptor diraih Kabupaten Nganjuk sebagai juara 1, menyusul Kota Mojokerto dan Kabupaten Sampang. Sedang penghargaan kategori Presentase Capaian Total Pelayanan KB Tertinggi dalam rangka Hari Kartini diraih Kabupaten Sampang, menyusul Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Pamekasan.(ret)