SURABAYA (global-news.co.id) – Kmisi B Bidang Perekonomian DPRD Kota Surabaya mengusulkan budidaya kecombrang atau salah satu jenis rempah yang banyak dimanfaatkan sebagai tanaman obat, masuk dalam salah satu program padat karya milik pemerintah kota setempat.
Wakil Ketua Komisi B DPRD Surabaya Anas Karno, Selasa (3/10/2023), mengatakan tidak banyak masyarakat yang mengetahui bahwa mengonsumsi kecombrang itu baik untuk kesehatan tubuh, di antaranya mencegah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) meningkat.
“Kebutuhan kecombrang di Surabaya sekitar 5 ton sebulan,” katanya.
Hanya saja kebutuhan ini dipenuhi oleh beberapa daerah, seperti Jawa Barat dan Bali. Sedangkan untuk pasar Asia Tenggara juga cukup besar. Sementara petani kecombrang tidak banyak.
“Harga kecombrang sekilo sekitar Rp60 ribu. Kalau ini dipenuhi sendiri lewat program padat karya akan menjadi nilai ekonomi bagi warga Surabaya,” ujar Anas.
Dia menjelaskan kecombrang bukan jenis tanaman yang sulit untuk di budidaya. “Ibarat lagu Koesplus tongkat kayu jadi tanaman. Jadi mudah menanamnya,” ujarnya.
Hal sama juga dikatakan anggota DPRD Jatim Agatha Retnosari. Ia mengatakan upaya budidaya kecombrang tentunya membutuhkan pendampingan dari dinas-dinas terkait.
“Selain itu juga perlu membentuk kelompok-kelompok, kemudian juga membuat produk-produk turunan kecombrang yang mempunyai nilai ekonomi lebih,” ucapnya.
Menurut Agatha, menanam kecombrang sampai berbunga membutuhkan waktu sekitar 7 bulan.
“Bunga dan buah kecombrang tidak mengenal musim seperti mangga atau tanaman musiman lainnya. Setiap tanaman bisa menghasilkan 20 tangkai bunga,” katanya.
Salah satu pegiat pemanfaatan kecombrang di Surabaya, Sutjipto Widarta mengatakan tanaman dengan rasa buah agak masam ini mempunyai kandungan zat untuk menangkal radikal bebas dalam tubuh.
“Kecombrang untuk mencegah penyakit ISPA. Juga untuk mengatasi masalah semua bentuk alergi, seperti asma, gatal sampai diare karena alergi lactosa,” katanya.
Sutjipto mengatakan, selama ini masyarakat mengenal kecombrang sebagai bumbu dapur padahal bisa diolah menjadi berbagai bentuk makanan maupun minuman.
“Saya berinovasi membuat jus dan wine dari buah kecombrang. Kalau wine tanpa alkohol. Jadi bisa menikmati wine bebas alkohol,” ujarnya. (pur)