Oleh Masdawi Dahlan*
BUPATI Pamekasan Baddrut Tamam akan mengakhiri masa jabatannya tanggal 24 September 2023 mendatang. Lima tahun memimpin Pamekasan dia telah mewarnai dengan banyak dinamika. Jiwa muda yang diikuti semangat kuat melakukan perubahan, membuat kepemimpinannya penuh kontroversi.
Bupati Baddrut Tamam mengawali kepemimpinannya dengan melemparkan gagasan menjadi pelayanan rakyat, bukan minta dilayani oleh rakyat. Tidak akan menjaga jarak dengan rakyat dan selalu membuka dialog atau ‘’ tak notop parembagan’’, dan menjadi pemimpin yang anti mainstream.
Dalam banyak kesempatan dia selalu mengungkapkan akan menjadikan jabatan bupati sebagai ladang pengabdian. Dia juga mengajak para bawahannya untuk meninggalkan zona nyaman, bergerak out of the box, memberikan pelayanan maksimal kepada rakyat. Tidak ada hasil yang luar biasa tanpa usaha yang luar biasa. Sebagai motivasi dia membuat motto “Pamekasan Hebat” hingga “Pamekasan Rajjeh, Bejreh ben Parjugeh”.
Selama memimpin Pamekasan, Baddrut Tamam berkali-kali mengatakan tidak boleh ada jual beli jabatan. Dia juga berani melawan arus dengan menghentikan intervensi para kiai atau tokoh masyarakat dalam saoal mutasi jabatan, yang selama ini sering terjadi. Ini karena dia ingin menghormati dan memuliakan kiai. Kiai adalah figure yang terhormat yang harus dicegah terlibat dalam urusan yang bukan kewenangannya, misalnya cawe-cawe dalam urusan mutasi jabatan.
Macan Ompong dan Perang Saudara
Yang menarik adalah prinsip yang dipegangi Baddrut Tamam tentang dinamika hubungan kerja para pejabat di lingkungan Pemkab Pamekasan. Dia selalu menekankan agar jangan sampai muncul fenomena ‘’Macan Ompong’’ dan ‘’Perang Saudara’’. Macan Ompong istilah yang dia nisbatkan bagi pemimpin yang kuat namun tidak berjalan sinergis dengan bawahannya akibat bawahannya yang lemah menerjemahkan gagasan pemimpinnya.
Sedangkan perang saudara dinisbatkan pada kepemimpinan yang lemah sedang bawahannya kuat, yang mengakibatkan terjadinya gesekan rebutan kedekatan dengan pemimpin. Hubungan antara pemimpin dan bawahan dalam pemerintahan harus sinergis kolaboratif.
Pemerintahan akan jalan baik jika pemimpinnya kuat dan memiliki bawahan yang juga kuat dan mampu menerjemahkan pikiran pemimpinnya. Jika sebaliknya, jika bawahan yang kuat, tetapi pemimpinnya lemah, akan terjadi perang saudara. Karena bawahan yang kuat akan saling sikut rebutan untuk mempengaruhi pimpinannya. Akibatnya akan terjadi gesekan atau rebutan pengaruh pada sang pemimpin.
Dalam penataan birokrasi, Baddrut Tamam bikin kontroversi. Beberapa kali dia melakukan pelantikan pejabat di tempat yang tidak biasa, misalnya melantik pejabat di pasar, di areal terbuka yang panas seperti di Bundaran Monument Arek Lancor, hingga dilakukan di pekuburan taman makam pahlawan. Itu dilakukan dengan tujuan para pejabat yang dilantik menyadari tentang kehidupan rakyat yang dilayaninya hingga pada pertanggungjawaban kepemimpinanya di hadapan Allah SWT setelah meninggal dunia.
Baddrut Tamam juga berupaya untuk memberikan ruang kepada berbagai elemen di Pamekasan untuk mendapat kesempatan yang sama berpartisipasi membangun Pamekasan dalam berbagai bidang aspek pembangunan, tidak melihat kelompok, warna baju hingga asal golongan.
Pamekasan Dinamis
Menjadi Bupati Pamekasan berbeda dengan menjadi pemimpin daerah lain di Madura. Pamekasan merupakan kabupaten paling dinamis di Madura. Sebagai mantan Ibu Kota Madura Pamekasan memiliki kelebihan dalam banyak aspeknya. Masyarakat Pamekasan sangat hiterogen. Dinamika kultur politik Pamekasan sangat maju bahkan liberal.
Perolehan suara partai politik yang ada di Pamekasan relatif berimbang. PPP, PKB, PAN, PKS, Demokrat hingga PBB adalah partai besar dan mewarnai dinamika legislative di Pamekasan. Begitu juga dengan ormas keagamaan. Di Pamekasan massa organisasi Islam yang terbesar bukan NU, akan tetapi Sarikat Islam(SI). Baru NU, Muhammadiyah dan ormas Islam lainnya.
Kondisi inilah yang menjadikan dinamika politik masyarakat sangat dinamis demokratis, karena tidak ada kekuatan yang sangat dominan. Konsekuensinya, setiap muncul berbagai persoalan yang dinilai kurang tepat, masyarakat langsung protes. Pamekasan termasuk kabupaten peringkat kedua, setelah Makassar, sebagai daerah yang paling banyak terjadi aksi demonstrasi.
Di kabupaten ini pemimpin tidak boleh lengah melakukan kesalahan sedikit pun. Kondisi itu yang menjadikan seorang bupati yang memimpin Pamekasan harus memiliki mental yang kuat, tentu juga harus menjadi figure yang bersih, karena sewaktu waktu bisa jadi akan dikuliti oleh masyarakatnya.
Baddrut Tamam mampu menyikapi kondisi itu. Selama kepemimpinannya tidak ada gejolak yang parah sehingga mengganggu perjalanan pemerintahan. Kalau ada demonstrasi dari berbagai elemin masyarakat tetap diberi ruang lebar, sehingga masyarakat tidak merasakan keran demokrasi yang ditutup untuk menyampaikan aspirasinya.
Ragam Penghargaan
Banyak kritik yang ditujukan pada Baddrut Tamam utamanya terkait hasil pembangunan fisik, yang dinilainya minim, bahkan dianggap kalah dengan daerah lainnya di Madura. Kondisi kota dinilai kotor karena PKL yang tak taat aturan, hingga berbagai program terobosan pembangunan yang dinilai berjalan di tempat akibat kurang pengawalan.
Penilaian tersebut bisa dibenarkan, namun Baddrut Tamam memilik target lain. Dengan tidak mengedepankan pembangunan aspek fisik, akan tetapi mengutamakan aspek pembangunan jangka panjang yakni aspek SDM, ekonomi dan kesehatan. Terobosan bidang SDM bisa dilihat dari ribuan program bea siswa santri, bea siswa kedokteran di Unair dan berbagai beasiswa bagi aparatur negara. Terobosan bidang ekonomi di antaranya bisa dilihat dari program Wira Usaha Baru (WUB) yang melahirkan pengusaha muda baru yang siap berkarya untuk kemajuan daerah.
Salah satu hasil positifnya bidang ekonomi adalah terus menurunnya angka kemiskinan, perkembangan ekonomi Pamekasan naik empat persen sejak pasca Covid 19. Ini angka yang sangat tinggi dibandingkan daerah lainnya di Madura yang hanya naik kisaran satu persen, bahkan ada daerah yang minus.
Sektor ekonomi informal di Pamekasan berjalan dinamis dan rakyat lancar dalam berusaha. Sekalipun di sisi lain ada dampak negatifnya berupa tidak teraturnya para PKL yang berjualan di berbagai tempat terlarang. Atas kondisi itu, selama lima tahun Baddrut Tamam memimpin Pamekasan, pemerintah pusat banyak memberikan penghargaan atas keberhasilannya dalam banyak bidang aspek pembangunan.
*Penulis adalah wartawan Global News Biro Pamekasan.