PAMEKASAN (global-news.co.id) – Bupati Pamekasan Baddrut Tamam menegaskan bahwa dalam masa perang kemerdekaan para syuhada berjuang untuk Indonesia merebut kemerdekaan dari penjajah, pilihannya antara hidup atau mati, antara Indonesia merdeka atau tidak merdeka.
Akan tetapi saat ini, kata dia, perjuangan yang harus dilakuan adalah meneruskan perjuangan para syuhada dan pejuang, tidak lagi antara hidup dan mati, tidak lagi antara merdeka atau tidak merdeka, akan tetapi antara berbakti tidak berbakti , antara tidak berkontribusi dan berkontribusi.
“Kita semua harus meneruskan perjuangan para pahlawan, maka pilihan yang saya pakai adalah pilihan berbakti atau tidak dan berkontribusi atau tidak. Dan menjadikan jabatan bupati bersama Wabup dan seluruh elemen pejabat lain sebagai alat perjuangan dan pengabdian,” katanya.
Bupati Baddrut Tamam mengungkapkan hal itu pada wartawan usai menjadi inspektur upacara memperingati detik detik proklamasi Kemerdekaan RI ke 78 di Pendopo Ronggosukowati Pamekasan, Kamis (17/8/23).
Karena jabatan adalah perjuangan dan pengabdian, kata Badrut Tamam, maka yang perlu menjadi penekanan adalah sisi perjuangan dan pengabdiannya, bukan sisi jabatannya. Karena itu segala ikhtiar yang dilakukan diarahkan untuk memberikan yang terbaik kepada masyarakat.
Atas ikhtiar yang dilakukan selama memimpin Pamekasan, Badrut Tamam mengaku banyak membuahkan hasil, antara lain menekan angka kemiskinan mendukung tumbuhnya ekonomi yang lebih massif, membangun infrastrukur dan membangun SDM yang lebih bagus.
“Pemkab Pamekasan ini dengan segala daya dan upaya yang dimiliki kita, alhamdulillah bisa menekan kemiskinan mencapai 4,6 %. Kemudian mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih massif dan membangun infrastruktur yang lebih baik,” katanya.
“Selain itu membangun sumberdaya manusia di pmerintahan untuk memiliki kesadaran nasionalisme yang bagus, punya kecerdasan yang bagus, attitude dan akhlaq yang bagus, serta berfikir berkontribusi kepada bangsa. Karena itu saya mengajak masyarakat untuk menjaga kesetiakawanan kebangsaan,” imbuhnya.
Lalu dia megemukakan filosofi orang Madura tentang hidup mulia. Dia mengatakan bagi orang Madura kalau ingin hidup mulia dan bahagia maka harus bisa memulyakan dan membahagiakan orang lain. Harus membangun penuh harmoni dan saling membantu satu sama yang lainnya.
Usai pelaksanaan upacara peringati Detik Detik Proklamasi Kemerdekaan RI ke 78, yang dimulai tepat pukul 10.00 WIB, acara dilanjutkan dengan penyerahan remisi atau pengurangan masa hukuman secara simbolis kepada 737 narapida penghuni Lapas Pamekasan Kelas II A Pamekasan. (mas)