JAKARTA (global-news.co.id) – Kendati pendapatan penjualan konsolidasian menurun, PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) tetap membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemegang saham sebesar Rp 1,03 triliun pada semester I/2023 atau tumbuh 8 persen secara tahunan.
Pendapatan AKRA tercatat menurun 10 persen year-on-year (YoY) menjadi Rp19,85 miliar pada semester I/2023. Penurunan ini disebabkan oleh harga jual yang lebih rendah sejalan dengan penurunan harga minyak bumi dan bahan kimia.
Meski demikian, AKRA mampu menekan beban pokok penjualan dan pendapatan menjadi Rp 18,04 triliun dari sebelumnya Rp 20,49 triliun, sehingga membuat laba bruto tumbuh 12 persen YoY menjadi Rp1,81 triliun dan EBITDA mencapai Rp1,60 triliun naik 13 persen YoY.
Setelah dikurangi berbagai beban, perseroan mencatatkan perolehan laba bersih yang diatribusikan kepada pemegang saham sebesar Rp 1,03 triliun pada semester I/2023. Capaian ini mencerminkan kenaikan 8 persen dari Rp955 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Presiden Direktur AKR Corporindo Haryanto Adikoesoemo menjelaskan, pertumbuhan laba bersih didukung oleh kontribusi kawasan industri terintegrasi JIIPE yang membukukan penjualan tanah lebih tinggi dibandingkan paruh pertama tahun lalu. Segmen lahan industri tercatat membukukan pendapatan sebesar Rp 613 miliar pada semester I/2023, atau lebih tinggi dari capaian tahun lalu yang mencapai Rp151 miliar.
“Kami percaya portofolio bisnis kami mampu meningkatkan ketahanan perusahaan di berbagai siklus ekonomi,” ujar Haryanto dalam keterangan tertulis, Kamis (27/7/2023).
Sementara itu, pendapatan dari perdagangan dan distribusi turun 12,49 persen YoY, atau dari Rp21,11 triliun menjadi Rp18,47 triliun pada semester I/2023. Perinciannya, perdagangan distribusi BBM melemah 11,06 persen YoY dan bahan kimia dasar turun 18,18 persen YoY.
Kendati pendapatan dari perdagangan dan distribusi melemah, Haryanto menyatakan, AKRA konsisten memberikan kinerja kuat di semua siklus ekonomi. Hal ini didukung oleh logistik yang luas serta infrastruktur dan strategi manajemen rantai pasokan secara disiplin.
“AKR telah berhasil mengirimkan produk untuk memenuhi permintaan pelanggan secara tepat waktu meskipun ada gangguan global dan masalah rantai pasokan,” katanya.
Dia juga menyatakan bahwa rencana pemerintah terkait hilirisasi dan manufaktur, serta meningkatnya pengembangan investasi asing di Indonesia telah menjadi sumber pertumbuhan baru bagi emiten berkode saham AKRA ini.
“Kami percaya ini akan memberikan ruang yang cukup untuk pertumbuhan penggunaan petroleum dan bahan kimia di seluruh sektor terkait,” tutur Haryanto.
Untuk bisnis ritel petroleum, bp-AKR membukukan pertumbuhan volume penjualan yang lebih tinggi dan 41 gerai ritel telah beroperasi.
Kawasan Industri
Selain itu, lanjut dia, segmen usaha kawasan industri (JIIPE) kami semakin menarik karena Kawasan Ekonomi Khusus telah beroperasi sejak akhir 2022 dimana perusahaan mencatat lebih banyak minat dari investor asing dan domestik. Kawasan Ekonomi Khusus memberikan manfaat fiskal dan non fiskal yang akan sangat bermanfaat bagi tenant JIIPE di masa depan.
“JIIPE menawarkan lokasi yang strategis serta akses pelabuhan langsung dan utilitas kelas dunia untuk memenuhi kebutuhan tenant. Dengan smelter tembaga terbesar di dunia yang diharapkan dapat beroperasi pada pertengahan tahun 2024, JIIPE menciptakan ekosistem untuk industri berbasis produk tembaga dan turunannya serta industri terkait kimia. Kebutuhan utilitas yang sangat besar akan dilayani oleh JIIPE dan akan memberikan pendapatan berulang yang signifikan di masa depan,” jelasnya.
Selama semester I 2023, JIIPE telah membukukan 19,6 ha penjualan tanah dari produsen lembaran tembaga terkemuka, PT Hailiang Nova Material Indonesia.
“JIIPE juga telah mendapatkan marketing land sales di 2Q23. Untuk merealisasikan pengembangan lahan dan fasilitas utilitas, JIIPE memperoleh fasilitas kredit Rp 2,5 triliun dari bank BNI di mana Rp 2,0 triliun telah dicairkan,” katanya. (fan)