Global-News.co.id
Kesehatan Nasional Utama

Ayo Deteksi Dini Faktor Risiko Hipertensi secara Mandiri dengan e-DESI

Kadinkes Jatim dr Erwin Astha Triyono SpPD (baju hitam) diapit dr Pranawa SpPD dan dr Ninis Herlina usai meluncurkan aplikasi e-DESI, Rabu (3/5/2023).

SURABAYA (global-news.co.id) – Untuk menurunkan angka kasus hipertensi, Dinas Kesehatan Jawa Timur meluncurkan aplikasi e-DESI. Lewat aplikasi ini masyarakat awam bisa mendeteksi dini secara mandiri faktor risiko hipertensi, sehingga bisa segera tertangani bila terdeteksi punya risiko hipertensi.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jatim, Dr dr Erwin Astha Triyono SpPD, mengatakan, selama ini hipertensi masih menjadi momok di masyarakat. Mungkin sudah terdeteksi bagi yang sudah berangkat ke layanan kesehatan. Namun ada yang belum terdeteksi karena belum terakses ke layanan kesehatan. Aplikasi yang berbasis self assessment ini akan mendorong masyarakat untuk mendeteksi faktor risiko hipertensi secara mandiri.

“Kalau dari skor yang didapat terbukti punya kecenderungan hipertensi akan didorong untuk mengakses layanan kesehatan. Kuncinya, penanganan secara dini, jangan sampai hipertensi ini menggandeng ‘teman-teman’nya yang akan membuat pengobatannya jadi lebih rumit,” ujarnya Rabu (3/5/2023).

Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Jatim, dr Ninis Herlina Kiranasari menyebutkan, berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi hipertensi pada penduduk usia lebih dari 18 tahun mencapai 36,3%. “Kalau diterjemahkan ke Jawa Timur, diperkirakan ada 11,59 juta orang. Sedang yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebesar 6 juta orang. Sehingga masih ada sekitar 5,6 juta orang yang belum ditemukan. Ini yang disebut missing man,” ujar Ninis yang menggagas aplikasi e-DESI.

Diungkapkan, menurut konsensus 2020, hipertensi merupakan faktor risiko kerusakan organ vital antara lain otak, jantung, ginjal dan mata, yang berlangsung tanpa gejala klinis. “Sehingga penderita sering ditemukan dalam kondisi komplikasi berat, yang berakibat kematian. Ini yang disebut silent killer dari hipertensi,” tandasnya.

Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) Jatim, dr Pranawa SpPD KGH FINASIM menambahkan, hipertensi itu tidak bisa dirasakan, tapi harus diukur. “Saya pusing, saya hipertensi. Bahwa tidak pusing pun bisa hipertensi, karena itu harus diukur,” ujarnya.

Dirinya mengatakan sangat fokus bukan karena hipertensinya, tapi pada akibatnya. Hipertensi bisa merusak organ lain, jantung, ginjal, penglihatan, dan otak. “Penyebab orang cuci darah, 35-37% karena hipertensi. 30% penghuni ruang cuci darah adalah penderita hipertensi. Karena itu deteksi dini hipertensi penting sekali. Jangan berhenti di aplikasi, harus ditindak lanjuti dengan pengukuran tekanan darah. Kalau memang belum kena ya dicegah dengan pola hidup sehat. Kalau kena harus diobati dengan sempurna untuk mencegah supaya tidak jatuh ke cuci darah,” pesan Pranawa.

Erwin menambahkan, masyarakat harus mengubah paradigmanya. “Jangan takut ketahuan kalau hipertensi. Karena semakin cepat ketahuan semakin cepat ditangani agar tidak sampai menimbulkan komplikasi yang berat,” ujarnya.

Pranawa mengakui, mereka yang terkena hipertensi harus terus mengonsumsi obat agar tekanan darahnya terkontrol. “Kalau ada yang menyebut minum obat trus nanti ginjalnya rusak, kerusakan ginjal itu terjadi bukan karena obat, tapi karena komplikasi dari hipertensinya,” tandasnya.

Dia menyarankan mereka yang berusia di atas 18 tahun harus mulai mengukur tekanan darahnya. Kalau normal bisa diulang 3-5 tahun sekali, tapi kalau normal atas harus rutin melakukan tes tekanan darah. Sedang mereka yang berusia di atas 40 tahun harus mulai rutin mengukur tekanan darahnya setahun sekali. Begitu juga yang gemuk batau memiliki saudara yang punya penyakit hipertensi.

Aplikasi e-Desi

Dengan mengetik http://dinkes.jatimprov.go.id/e-desi/public/ Anda bisa mulai melakukan deteksi dini faktor risiko hipertensi. Ada 15 pertanyaan yang bisa dijawab hanya dalam 1 menit. Di antaranya apakah Anda mengonsumsi makanan asin, apakah mengonsumsi buah.

Setelah terjawab semua, akan muncul skor. Kalau skornya lebih dari 7, Anda punya risiko hipertensi yang selanjutnya akan diberi pilihan faskes yang dituju untuk penegakan faktor hipertensi yaitu dilakukan pengukuran tekanan darah atau ke laboratorium.

Kalau skor kurang dari 7, berarti Anda memiliki faktor risiko rendah. Di aplikasi tersebut ada edukasi untuk melakukan gaya hidup CERDIK, yaitu Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Istirahat cukup, Kelola stres. (ret)

baca juga :

Dapat Bantuan 1.000 Kotak Tisu, Pemkot Siap Isi 145 Titik Wastafel di Surabaya

Redaksi Global News

Tolak Perpres 104/2021, Kepala Desa di Situbondo Unjuk Rasa ke Pemkab dan DPRD

Redaksi Global News

Antrean di Bank

gas