SURABAYA (global-news.co.id) – Untuk mendukung para tenaga medis dan dokter dalam mendeteksi kelainan yang dialami pasiennya, Rumah Sakit Premier Surabaya (RSPS) kini mengoperasikan CT Scan 512 Slices. Dengan CT Scan teknologi terbaru ini diagnosis suatu penyakit diharapkan jadi lebih akurat.
“Dengan CT Scan 512 Slices ini kami jadi lebih bisa memastikan lokasi infeksi dan pembekuan darah. Selain itu bisa menentukan tindakan yang ingin dilakukan dengan lebih mudah, cepat, dan akurat,” ujar Dr dr Rosy Setiawati SpRad (K), spesialis radiologi dari RSPS dalam media gathering dan peluncuran alat terbaru tersebut, Rabu (12/4/2023).
Dijelaskan uji coba CT Scan terbaru ini sudah dilakukan sejak Februari lalu dengan melibatkan dokter dari berbagai spesialis, antara lain radiologi, jantung, urologi, dan kandungan. “Uji coba dilakukan untuk menunjang penegakan diagnosis, menentukan prosedur medis lanjutan seperti operasi, biopsi atau terapi radiasi, dan mendeteksi sekaligus memantau perkembangan kondisi tertentu, seperti kelainan jantung atau kanker,” kata Rosy sembari menyebut alat ini merupakan satu-satunya di Jawa Timur dan baru dimiliki oleh 3 rumah sakit di Indonesia.
Diakui, dibanding generasi sebelumnya (CT Scan 64 Slices dan CT Scan 128 Slices) yang 512 Slices ini memiliki radiasi 50% lebih rendah. Selain itu juga dapat mendeteksi penyakit dengan sangat cepat sehingga sangat membantu bagi pasien yang mengalami pasca trauma kecelakaan dan atau menderita aritmia (gangguan irama jantung). Hanya dengan satu kali detakan, CT Scan 512 Slice ini dapat menangkap denyut jantung, sehingga dapat disebut #oneheartbeatscan.
“Yang juga membedakan, pemeriksaan CT Scan dapat dilakukan pada pasien dengan berat badan hingga 336 kg. Kalau yang sebelumnya hanya sampai 150 kg,” tambah Rosy.
Deteksi Kencing Batu
Pada kesempatan tersebut, dr Achmad Anies Shahab SpU, mengungkapkan CT Scan 512 Slices ini memiliki kemampuan mendeteksi kencing batu secara akurat, tempat, jenis, dan ukurannya. Dijelaskan, pemeriksaan kencing batu paling sederhana dengan melakukan pemeriksaan air kencing, mengandung batu atau tidak. Bisa juga dengan menggunakan ultrasonografi (USG). Tapi kedua cara ini tidak bisa mendiagnosa dengan baik letak dan besaran batu tersebut.
Penggunaan USG juga tergantung keahlian yang mengoperasikan, karenanya akurasinya dinilai masih kurang.
Kencing batu umumnya terbentuk akibat penumpukan atau pengendapan berbagai jenis mineral dan bahan kimia hasil metabolisme tubuh di dalam urin. Batu tersebut dapat terbentuk di ginjal, saluran kemih, atau kandung kemih.
Anies menyebut ada banyak faktor penyebab penyakit kencing batu, bisa gaya hidup namun bisa juga karena faktor genetik. Sedang faktor pencetusnya terdiri metabolik dan fungsional. Yang metabolik misalnya penyakit asam urat, hiper kalsium, adanya infeksi pada anatomi terutama perempuan sehingga mengganggu tingkat keasaman urin, bisa juga karena kelainan bentuk congenital (bawaan sejak lahir). Sedang yang fungsional lingkungan, udara yang panas menyebabkan dehidrasi. “Air yang sedikit potensi memunculkan sedimen batu pada ginjal,” ujarnya.
Anies mengibaratkan melarutkan gula dalam segelas air. Saat airnya jernih gula akan gampang larut, tapi ketika airnya sudah jenuh atau melebihi kemampuan larut, gula akan mengendap. Gula akan melarut jika ditambahkan air lagi.
Diungkapkan, batu saluran kemih ini terkadang tanpa gejala karenanya disebut silent stone. Tapi ada juga yang menyebabkan nyeri bahkan kolic, tubuh mendadak demam, reflek lain berupa mual dan keluar keringat dingin. “Yang membuat nyeri ini karena ginjal bengkak dan terjadi infeksi,” terang Anies.
Untuk mencegah kencing batu ini, yang terutama adalah memerbaiki gaya hidup dan pola makan. Jangan berlebihan mengonsumsi vitamin D, begitu juga protein yang terlalu banyak, misalnya makan ayam terus. Perbanyak minum air dan berolahraga, perbanyak aktivitas gerak. “Dengan banyak bergerak tidak ada air kencing yang stagnan di kamar-kamar ginjal. Selain itu kalau tidur miring, bisa ke kiri bisa ke kanan,” ujarnya.
Sementara CEO RSPS dan Interim COO Ramsay Sime Darby Health Care Indonesia (RSDH ID), dr Hartono Tanto, menambahkan, teknologi CT Scan 512 Slices ini dapat menghasilkan sebuah pencitraan yang sangat baik, dengan waktu pemeriksaan yang jauh lebih cepat serta tingkat radiasi yang rendah. “Sehingga tidak hanya memudahkan dokter, namun juga lebih nyaman bagi pasien,” tandasnya.
Diungkapkan, pihaknya akan terus berinovasi agar masyarakat Jawa Timur khususnya Kota Surabaya dapat memiliki fasilitas kesehatan yang tak kalah hebat dari kota-kota besar lainnya di Indonesia atau bahkan tak kalah hebat dari negara-negara tetangga. (ret)