BADAI pandemi menyebabkan Ibnu Tri Sulton ikut menjadi korban. Perusahaan bidang finance tempatnya bekerja selama 12 tahun memberinya opsi untuk mengajukan pensiun dini. Sempat merasa kecewa, namun Ibnu memilih untuk tidak pasrah begitu saja. Dengan modal yang dimilikinya, Ibnu memilih untuk mulai berbisnis Pertahop di Kecamatan Saptorenggo Kabupaten Malang.
”Waktu itu untuk modular, modal saya sekitar Rp 230-250 juta. Tapi itu belum termasuk tanah dan bangunan lainnya,” ujar Ibnu, Kamis (23/2/2023).
Dibangun mulai 2020, Pertashop miliknya resmi dibuka pada 2021. Setiap harinya rata-rata ia menjual 600-700 liter BBM jenis Pertamax setiap harinya. Namun pada akhir pekan, penjualan bisa lebih tinggi yaitu mencapai 1000 liter/ hari.
Mendirikan usaha di tengah pandemi diakui Ibnu memang tidak mudah. Namun ia yakin usahanya akan berjalan baik karena BBM merupakan kebutuhan. Selain itu, di wilayah Saptorenggo belum ada SPBU sehingga kehadiran Pertashop pasti akan sangat dibutuhkan masyarakat. ”Menurut saya bisnis Pertashop ini masih menjanjikan. Meskipun harga BBM naik turun, tapi masih akan survive karena Pertashop ini dibutuhkan masyarakat dan keberadaan Pertashop ini bisa membantu usaha kecil,” tuturnya.
Tidak hanya berjualan BBM non subsidi, Ibnu juga melengkapi Pertashopnya dengan berjualan LPG non subsidi 5,5 Kg, menggandeng Bulog untuk berjualan sembako, membuka layanan perbankan Brilink, serta pos. Yang tidak kalah menarik, Ibnu juga membuka swalayan yang dibangun dengan konsep terbuka. ”Kalau konsumen bisa melihat apa saja produk yang dijual di swalayan, mereka akan tertarik. Atau mungkin teringat mau membeli apa setelah melihat produk kami,” ucap Ibnu lagi.
Untuk semakin meningkatkan usahanya, Ibnu sudah mempersiapkan strategi ke depan. Salah satunya menggunakan kendaraan niaga roda tiga untuk membantu pemasaran ke masyarakat, utamanya ke pasar-pasar. Selain itu, lahan yang ada juga akan dibangun menjadi rest area sehingga akan lebih banyak lagi pembeli yang datang.
Dengan keuletannya, usaha Ibnu kini semakin berkembang. Hal ini terlihat dari jumlah karyawan yang juga semakin bertambah. Hingga saat ini, sudah ada 10 karyawan yang bekerja di Pertashop miliknya.
Kepada mereka yang ingin memulai berbisnis Pertashop atau yang sudah berbisnis namun usaha tengah menurun, menurut Ibnu, naik turun dalam menjalankan suatu usaha adalah hal yang biasa. ”Pasti ada harapan. Yakinlah, Pertamina tidak akan membiarkan mitranya begitu saja,” pungkasnya.
Tak Henti Mengejar Mimpi
Usia tak menjadi halangan bagi Sylvia Nurfitriyana untuk mengejar mimpinya. Ibu rumah tangga yang dulunya menggeluti usaha berjualan secara online ini tertarik membuka Pertashop setelah melihat usaha serupa di Tawangmangu.
Setelah itu Ia pun ke Pertamina untuk meminta info mengenai Pertashop. Tidak hanya itu, Ia juga berkunjung ke beberapa Pertashop yang sudah berjalan untuk menggali informasi lebih dalam mengenai margin keuntungan, tips berbisnis dan lain-lain.
Dari situ Sylvia mengetahui bahwa lokasi menjadi hal yang sangat penting. Menurutnya, poros jalan raya dan trafik kendaraan yang cukup ramai merupakan kunci.”Tips kedua, karena mungkin masyarakat belum familiar dengan Partamax, pemasukan Pertashop kita bisa diimbangi dengan penunjang lain misal layanan nitrogen, Pos, berjualan sembako, cuci motor, sembako dan lain-lain,” ujar Sylvia.
Perlahan namun pasti, usaha Pertashopnya di Kecamatan Kedungkandang Kabupaten Malang kini semakin berkembang. Jika awalnya penjualan BBM hanya berkisar 66 liter per hari, kini sudah mencapai 500-600 liter per hari. Meskipun usahanya menunjukkan peningkatan, Sylvia tidak puas begitu saja. Ia terus berusaha melakukan terobosan-terobosan guna memperbesar usahanya.
Hal yang sama juga dilakukan Mohammad Zulvindadani yang membuka Pertashop di Kecamatan Jabung Kabupan Malang. Tidak hanya berjualan BBM non subsidi, Pertashop yang dimilikinya mengusung konsep one stop service. Ia menambah layanannya dengan berjualan produk pelumas Pertamina, menjual sembako, menjadi agen BRIlink, Pos, serta tambah angin untuk kendaraan.
”Berikutnya kita akan bangun kafe. Jadi kita ini berusaha memposisikan diri sebagai konsumen. Kira-kira apa kebutuhannya kita penuhi sehingga mereka menjadi kastemer loyal. Karena itu, kami tidak hanya berjualan BBM tetapi menjadi one stop service,” ujar Dani-sapaan akrab Mohammad Zulvindadani.
Pertashop milik Dani juga didirikan di tengah pandemi, tepatnya sekitar 2021. Ketika itu disparitas harga Pertamax dengan Pertalite memang tidak besar. Sehingga masyarakat banyak yang memilih membeli Pertamax. Ketika itu dalam sehari ia bisa menjual hingga 3.000 liter per hari. Namun saat ini ia mengakui terjadi penurunan penjualan hingga hanya sekitar 1.000 liter per hari.
”Tapi berbisnis kan tidak hanya soal angka. Ada seninya. Kita bermitra dengan Pertamina, harus bangga dengan produk-produk Pertamina. Sebagai kepanjangan tangan dari Pertamina yang merupakan salah satu BUMN, kita juga ikut berperan untuk masyarakat,” jelasnya.
Salah satunya dengan ikut mengedukasi masyarakat tentang keunggulan BBM non subsidi Pertamina yang lebih ramah lingkungan.
Dalam menjalankan usahanya, Dani berusaha merangkul masyarakat sekitar. Salah satunya adalah dengan merekrut karyawan dari wilayah tersebut. Selain untuk pemberdayaan masyarakat, karyawan yang bekerja di Pertashop miliknya secara tidak langsung juga akan menjadi marketing di lingkungannya.
Dari sisi konsumen, keberadaan Pertashop yang ada di daerah dirasa sangat membantu.
Edi, warga Cemorokandang, Kecamatan Kedungkandang mengatakan keberadaan Pertashop sangat efektif untuk membantu masyarakat mendapatkan BBM. ”Di sini jauh dari SPBU, jadi keberadaan Pertashop ini sangat membantu,” ujar Edi.
Terlebih lagi, Pertashop umumnya memiliki layanan tambahan sehingga kebutuhan lain dari masyarakat juga bisa dipenuhi. (tis, fan)