Global-News.co.id
Metro Raya Utama

Menjelang Rekor Muri 50 Ribu Pelajar Surabaya Ngremo, Banyak Wali Murid Berkeluh Kesah

SURABAYA (global-news.co.id) – Menjelang pemecahan rekor Muri menari remo massal oleh 50.000 pelajar SD dan SMP se-Surabaya, banyak wali murid mengeluh. Pasalnya, mereka harus keluar uang untuk mempersiapkan perlengkapan, padahal ini merupakan kegiatan dan kemauan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.

Wali murid pun banyak yang mengeluhkan hal ini, salah satunya diungkapkan Lilwatun, wali murid siswa SD negeri di kawasan Surabaya Utara. Dia mengaku kesulitan mencarikan putrinya sampur (selendang berwarna merah) dan gongseng (kerincing kaki). Ketika ada, namun harganya cukup mahal.

“Ya kami sempat ke beberapa tempat. Sekarang alhamdulillah sudah dapat. Selendangnya beli Rp45 ribu, terus kerincingnya itu Rp125 ribu. Lumayanlah. Tapi demi anak, ya sudah. Dia kan senang menari, ikut ekskul menari di sekolahnya,” ungkap Lilwatun, Rabu (14/12/2022).

Apa yang dikeluhkan Lilwatun karena hal itu cukup menguras waktu dan tenaga mencari perlengkapan penari remo di setiap sudut pasar. Juga dompet, diakuinya lumayan terkuras.

Ia lantas berharap, manakala Pemkot menginisiasi kembali kegiatan serupa, maka seluruh perlengkapan sudah disediakan. Dengan begitu tidak membebani dan merepotkan pihak yang terlibat. Terlebih, kegiatan tersebut merupakan kepentingan Pemkot.

“Harapannya ya perlengkapan itu sudah disiapkan, jadi kita nggak muter-muter nyari, keluarin uang untuk beli. Sebenarnya kita senang dengan kegiatan kayak gini, kita mau berpartisipasi, tapi alangkah baiknya kalau pihak sekolah atau Pemkot menyediakan kebutuhan yang diperlukan,” kata Lilwatun.

Hal senada disampaikan Indra, wali murid yang putrinya turut terlibat dalam kegiatan tersebut. Dia menyayangkan partisipan perlu mempersiapkan selendang dan perlengkapan yang lain.

“Yang ikut nari harus beli selendang. Karena penari remo kan selendangnya khusus, identik sama warna merah. Nah, kita tidak punya, jadi akhirnya kemarin beli. Semestinya Pemkot selaku yang punya acara menyediakanlah,” ujarnya.

Hal senada dirasakan Ina. Ibu dua orang anak asal Sawahan ini menyempatkan waktu untuk berburu selendang dan gongseng di Pasar Blauran. Namun diakuinya, rerata toko yang menyediakan mulai kehabisan stok. Kalaupun ada, harga yang dipatok tak masuk akal.

“Di Blauran sampur dan gongsengnya kosong. Sekaline ana regane ngawur. Ngunu iku mbokyo aksesorise sing nyediakna pihak sekolahan lan dibantu Pemkot. Wong yo iki hajatane Pemkot,” cetus Ina, yang memiliki putri sulung duduk di bangku 1 SMP ini.

Gelombang protes juga dilayangkan oleh Farhana. Anaknya yang duduk di bangku kelas 5 SD bakal terlibat dalam rekor Muri itu. Namun lagi-lagi, wali murid sambat soal perlengkapan yang sulit dicari.

“Ingin membuat rekor Muri tapi nggak bondho. Mbokya disediakan semua kostumnya. Nggak nggarai mumet wong. Mumet ndolek barange, mumet pisan dhuwike. Wis wis, nggak tepak blas,” keluhnya.

Seperti diketahui, Pemkot Surabaya menyusun rencana kegiatan pemecahan rekor Muri menari remo massal oleh 50.000 pelajar se-Surabaya, yang akan berlangsung pada Minggu (18/12) di sejumlah lokasi bersejarah.

Yang terlibat dalam kegiatan ini merupakan siswa SD dan SMP, baik dari swasta maupun negeri. Mereka menari remo massal di sejumlah tempat bersejarah. Seperti di Jembatan Suroboyo, Tugu Pahlawan, Jalan Tunjungan, Balai Kota, hingga Alun-alun Kota Pahlawan.

Kegiatan ini bahkan bisa disaksikan secara live streaming melalui kanal youtube Dinas Pendidikan Kota Surabaya dan Sapa Warga Surabaya. (pur)

baca juga :

Menag Pastikan Dua WNI di Jeddah Dapat Pendampingan

Redaksi Global News

Daftar Pilkada Bojonegoro, Basuki – Puji Disambut Antusias

Redaksi Global News

Pompeo Janjikan Transisi Mulus ke Pemerintahan Trump Jilid 2 Meski Biden Menang

Redaksi Global News