Global-News.co.id
Kesehatan Utama

Dinkes Jatim Perkuat Komitmen Cegah dan Kendalikan HIV Menuju Ending AIDS 2030

Kadinkes Jatim, Dr dr Erwin Astha Triyono SpPD.

SURABAYA (global-news.co.id) – Pemerintah Provinsi Jawa Timur terus meningkatkan jumlah unit layanan testing HIV di Puskesmas dan rumah sakit. Ini dilakukan sebagai komitmen dalam pencegahan dan pengendalian HIV menuju tercapainya Ending AIDS 2030.

Pada 2022 ini terdapat 1.380 unit layanan HIV di Puskesmas dan Rumah Sakit dari tahun sebelumnya yang masih 1.178 unit. Sedang layanan terapi ARV dari 380 unit layanan pada 2021 menjadi 420 layanan hingga September 2022.

Kepala Dinas Kesehatan Jatim, Dr dr Erwin Astha Triyono SpPD, KPTI, menjelaskan Indonesia dan berbagai negara di dunia telah sepakat mencapai Ending AIDS 2030 atau mengakhiri Epidemi AIDS tahun 2030. “Oleh karena itu, kita harus mampu menurunkan kejadian infeksi baru HIV sebesar 90% dibandingkan infeksi baru tahun 2010, menurunkan kematian terkait AIDS, dan menghapuskan stigma serta diskriminasi terhadap orang dengan HIV,” jelas Erwin terkait Hari AIDS Sedunia yang diperingati setiap 1 Desember.

Upaya penemuan kasus HIV, terus ditingkatkan dengan melibatkan peran serta masyarakat, yaitu melalui kegiatan penjangkauan yang dilakukan LSM. Di samping itu Program HIV menetapkan sasaran permintaan tes HIV pada ibu hamil, pasien TBC, pasien IMS (infeksi menular seksual), pasien dengan gejala penurunan kekebalan, dan warga binaan lembaga pemasyarakatan.

Diungkapkan, dari hasil pemeriksaan HIV yang dilaksanakan di wilayahnya telah ditemukan 6.145 pasien HIV baru sampai dengan bulan Oktober tahun 2022 dan kasus kumulatif sebanyak 84.959 kasus. Dari kasus yang ditemukan tersebut, sebanyak 23.230 pasien tengah mendapatkan terapi ARV. “Masih terdapat kesenjangan antara jumlah kasus yang ditemukan dengan jumlah kasus yang diterapi ARV. Hal ini karena banyak pasien yang telah meninggal maupun putus berobat,”ujar Erwin dalam rilisnya.

Selain upaya peningkatan akses tes dan pengobatan HIV, Pemprov Jatim juga melakukan beberapa upaya penanggulangan HIV AIDS. Di antaranya melakukan penemuan sedini mungkin dengan mengadakan mobile clinic pada populasi kunci dan ibu hamil. Populasi kunci yang dimaksud adalah LSL (laki-laki seks laki-laki), waria, PSK/WPS, dan Penasun (pengguna NAPZA suntik/Injecting Drug User).
Juga dilakukan penjangkauan pada populasi kunci dalam upaya pencegahan penularan HIV termasuk penjangkauan bagi pasien LFU (loss to follow up/mangkir dari keharusan berobat), serta melakukan skrining HIV pada ibu hamil, pasien TBC, pasien IMS, dan populasi kunci.

Selain itu melaksanakan notifikasi pasangan kepada orang yang memiliki kontak secara langsung dan memiliki risiko untuk tertular HIV dan IMS dari orang yang sudah terdiagnosis HIV dan IMS. Melakukan pemeriksaan EID pada bayi yang lahir dari ibu HIV, pemeriksaan Viral Load pada ODHA yang telah melakukan pengobatan (On ART) selama 6 bulan, 12 bulan, dan setiap 12 bulan untuk mengevaluasi keberhasilan pengobatan pada ODHA.

Pemprov melalui Dinkes Jatim juga melakukan pemenuhan logistik yang berkaitan dengan HIV (reagent tes HIV, reagen Viral Load, reagen IMS, obat ARV, obat Infeksi Oportunistik, dan bahan habis pakai yang digunakan dalam pemeriksaan HIV). Juga menambah sarana pemeriksaan Viral Load dan penggunaan bersama mesin TCM HIV dan TBC untuk mengukur keberhasilan pengobatan ARV

“Kami juga mengoptimalkan kolaborasi lintas sektor, lintas program, stakeholder terkait, dan pelibatan komunitas LSM dan masyarakat dalam upaya layanan komprehensif berkesinambungan dari promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif penanggulangan HIV,” tambah Erwin.

Upaya preventif pun dilakukan dengan pemberian PrEP (Pre Exposure Prophilaxis) dan PEP (Post Exposure Prophylaxis), kondom, lubrikan, dan juga jarum suntik untuk pencegahan prapajanan

Kadinkes menyebut, mengakhiri AIDS di Indonesia tahun 2030 adalah tugas semua pihak, yaitu seluruh jajaran pemerintah, pemerintah daerah kalangan swasta, dunia usaha, akademisi, media, dan komunitas.

Diharapkan masyarakat di Jawa Timur khususnya, dapat turut serta melakukan edukasi program HIV AIDS kepada keluarga, saudara, tetangga, dan masyarakat. Memberi dukungan fisik, psikis dan sosial kepada keluarga, saudara, tetangga dan masyarakat yang menderita HIV agar patuh minum obat ARV. Yang tidak kalah penting, tidak melakukan stigma dan diskriminasi.

“Marilah momentum ini kita gunakan untuk menggerakkan seluruh masyarakat agar menyukseskan pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS di Indonesia, serta kita tingkatkan komunikasi, koordinasi, kolaborasi, integrasi dan sinergi dalam mencapai Ending AIDS tahun 2030,” pungkas Erwin. (ret)

baca juga :

Pembukaan Sekolah Sebaiknya Tunggu Kasus COVID-19 di Indonesia Mereda

Redaksi Global News

Erick Thohir: Isu Tak Sehat Jika Ingin Ubah BUMN Jadi Koperasi

Redaksi Global News

Pelamar CPNS di Mojokerto Tak Pahami Aturan, Ijazah Tak Linier

Redaksi Global News