Global-News.co.id
Kesehatan Utama

Kasus Hipertensi di Jatim Naik, Toga dan Akupresur Bisa Bantu Kendalikan Tekanan Darah

Kadinkes Jatim Dr Erwin Astha Triyono SpPD dan Ita Kuntowati Erwin mencoba layanan pijat akupresur.

SURABAYA (global-news.co.id) – Kasus hipertensi di Jawa Timur terus mengalami peningkatan. Jumlah penderita hipertensi pada 2021 sebanyak 5.271.569 orang atau meningkat 27% dibanding tahun sebelumnya.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Dr dr Erwin Astha Triyono, SpPD mengatakan itu saat membuka seminar Asman Pemanfaatan Toga dan Akupresur dalam rangkaian peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-58, Selasa (1/11/2022).

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menyebutkan, Indonesia mengalami kenaikan prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM). PTM sendiri merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia, seperti stroke dan jantung yang merupakan kormobid dari hipertensi.

Kadinkes Erwin mengungkapkan, capaian indikator kinerja SPM Provinsi Jatim tahun 2017 – 2021 terkait penderita hipertensi yang mendapatkan pelayanan kesehatan masih rendah (<50% dari target 100%). Hal ini dikarenakan pengobatan hipertensi memerlukan kesabaran dan pengobatan secara terus menerus sehingga memicu alasan keinginan untuk putus minum obat sesuai petunjuk.

“Oleh sebab itu, perlu ada pengendalian hipertensi supaya tidak menjadi penyakit yang lebih berat seperti stroke, jantung dan lain sebagainya. Hal ini sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) yang ketiga yaitu kehidupan sehat dan sejahtera,” ujar Erwin.

Terkait pengobatan tradisional, Kadinkes Jatim mengatakan, pelayanan kesehatan tradisional dapat turut andil dalam kegiatan pengendalian hipertensi dengan modalitas ramuan pemanfaatan taman obat keluarga (Toga). Di mana Toga bisa dimanfaatkan untuk menurunkan tekanan darah sebagai adjuvant untuk obat hipertensi modern. Sedang modalitas keterampilan akupresur terbukti dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

“Kedua modalitas tersebut dapat dilakukan secara mandiri oleh diri sendiri untuk diri sendiri, keluarga dan/atau masyarakat yang disebut sebagai Asuhan Mandiri (Asman) pemanfaatan Toga dan akupresure,” ujarnya.

Erwin juga menyebut, yang diusulkan pada Hari Kesehatan Nasional yang diperingati setiap 12 November bukan hanya bagaimana hidup sehat. “Tapi bagaimana mengupayakan cara berpikir yang sehat supaya kita menghasilkan organ atau fisik yang sehat. Jangan sampai hidup sehat tapi dipandu WA grup atau internet yang kadang-kadang luar biasa, tapi kebenarannya tidak bisa dipastikan. Yang lebih aman adalah akses layanan kesehatan yang ada di posyandu, puskesmas,” tandasnya. (ret)

baca juga :

Pemerataan Membaik, Kualitas Guru Perlu Peningkatan

Pemkot Surabaya Evaluasi Pengerjaan Saluran Air agar Tepat Waktu

Redaksi Global News

Wawali Armuji Ingin Surabaya Jadi Gudang Pesepakbola Andal

Redaksi Global News