Global-News.co.id
Gaya Hidup Utama

Angkat Filosofi Berkelanjutan dan Bebas Sampah, Catwalk SFP 2022 Digelar

Karya beberapa desainer yang ditampilkan di hari pertama Surabaya Fashion Parade, Kamis (6/10/2022)

SURABAYA (global-news.co.id) – Catwalk Surabaya Fashion Parade (SFP) kembali digelar. Sebanyak sembilan desainer menampilkan karyanya di hari pertama pergelaran SFP ke-15 yang berlangsung di Convention Hall Tunjungan Plaza, Kamis (6/10/2022).

Pada hari pertama, catwalk SFP 2022 menampilkan karya 9 desainer. Salah satunya koleksi Namira Ecoprint yang berhasil memukau penikmat mode di Surabaya. Sang owner, Yayuk Eko Agustin, menyebut tema Ecoprint diambil karena semua karyanya menggunakan bahan dengan pewarnaan alam.

Dia mengistilahkan karya-karyanya semacam wedang uwuh (minuman khas Jogjakarta) yang terbuat dari berbagai macam rempah, daun dan kayu manis, daun pala, kayu secang.

Untuk pewarnaan menggunakan kayu secang, setidaknya butuh waktu perendaman sekitar satu minggu agar warnanya keluar. Dan bukan hanya secang, Yayuk juga memanfaatkan daun mangga, daun mengkudu, rumput, daun jati, hingga daun pisang.

Diakui memakai bahan alami tidak bisa instan. “Bisa dikatakan agak sulit, butuh waktu yang agak lama untuk merendamnya agar warnanya muncul dengan hasil yang bagus,” ujarnya saat menjelaskan karyanya.

Sementara Raegita Oktora lewat labelnya raegitazoro menampilkan tema Neon Now and Then. Dia mengaku terinspirasi dari bahan denim yang di negara asalnya banyak digunakan pekerja kasar karena tidak mudah rusak. Dalam hal ini dia menggunakan denim semi wol yang tidak gampang rusak yang dipadukan dengan bahan parasut.

“Kenapa tema neon, karena warna neon itu kan warna happy. Sekarang kan lagi hype itu warna-warna neon. Nah warna neon itu yang diatur dengan kadar tertentu dalam detail raegitazoro,” ujar perempuan kelahiran 1981 yang memulai debut sebagai desainer sejak 2014.

Sementara desainer-desainer muda dari Universitas Ciputra mengangkat tas-tas yang terbuat dari sisa-sisa kulit yang sudah tak terpakai kemudian dirangkai menggunakan teknik tenun truntum Banyuwangi. menggunakan bahan sisa kulit.

Ajang tahunan SFP –yang tahun ini bertema Synchronize– telah menjadi salah satu pioner berpengaruh dalam pergerakan fesyen di Surabaya. Berangkat dari visi untuk menciptakan wadah yang memudahkan pegiat fesyen dan desainer berkembang dan berekspresi, founder dan penggagas Dian Apriliana Dewi memfasilitasi aspirasi tersebut dengan merangkul mereka yang bergerak di dunia fesyen termasuk desainer, seniman, model dan lainnya dalam SFP.

Dikatakan oleh Dian, perubahan gaya hidup, kebiasaan baru dan fokus akan kebutuhan on-demand, melahirkan banyak inovasi dan ide-ide kolaborasi yang menawan. Begitu pula dengan dunia fashion yang terus menerus menciptakan karya-karya penuh kejutan, epic dan mind blowing.

“Dengan bermacam-macam elemen yang saling bertaut dari alam, digital era, warna, kecemasan-kecemasan era modern, isu terkini, hingga motif-motif kontemporer semakin menguatkan sinkronisasi antara kreativitas, eksperimen, dan inspirasi dalam menciptakan karya yang spektakuler,” ujarnya.

Sustainability dan filosofi zero-waste adalah dua hal yang sedang dikampanyekan oleh para pegiat fesyen dalam beberapa waktu terakhir. Itu pula yang ditampilkan dalam SFP yang berlangsung 5-9 Oktober, bukan hanya di catwalk tapi juga di atrium dengan booth-booth yang selain menampilkan brand fashion, juga memamerkan karya-karya para desainer UMKM, aksesoris dan sekolah desain. (ret)

baca juga :

PKS Jatim Desak Kebijakan Perlindungan Nakes Ditingkatkan dan Beri Penghargaan kepada yang Gugur

Pemkot Surabaya Tetapkan Benteng Kedung Cowek sebagai Bangunan Cagar Budaya

Redaksi Global News

Siapa Calon Pendamping Khofifah? Mampukah Menghadang Gus Ipul-Anas

Redaksi Global News