Global-News.co.id
Ekonomi Bisnis Utama

Pedagang Provokasi Peternak di Tengah Wabah PMK, Sapi Pun Dijual Murah

MADIUN (global-news.co.id) – Menjelang Idul Adha biasanya menjadi momen bagi para peternak untuk “memanen” hasil peternakannya. Pasalnya, menjelang Lebaran Haji, umat Islam banyak membeli hewan ternak, baik sapi atau kambing, untuk berkurban.

Namun, untuk Idul Adha 1443 Hijriyah ini, peternak dibuat cemas oleh merebaknya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak di Jawa Timur (Jatim). Yang memprihatinkan, kondisi ini ternyata dimanfaatkan oleh para pedagang hewan untuk mengeruk keuntungan.

Sebagian pedagang hewan, baik belantik maupun jagal sapi, telah memprovokasi peternak agar segera menjual hewan ternaknya dengan dalih rawan mati setelah terkena PMK. Padahal, penyakit PMK tidak mematikan dan tidak pula menular ke manusia.

Karena itu, Pemerintah dan sejumlah pihak terkait pun mengimbau agar peternak tidak panik dan tidak pula tergesa-gesa menjual hewan ternaknya dengan harga murah. Untuk itu masyarakat diminta mewaspadai provokasi pedagang hewan ternak tersebut.

Hasil penelusuran wartawan DutaIndonesia.com dan Global News di Kabupaten Madiun, salah seorang peternak, Agus Sulistyono (48), asal Dusun Kepuhbener Desa Rejosari Kec. Kebonsari Kab. Madiun, mengaku dirinya telah menjual hewan ternaknya dengan harga murah. Sapi yang biasanya dijual seharga Rp 25 juta, dia menjualnya hanya dengan harga Rp 8,5 juta. Agus mengaku belum paham tentang PMK sehingga khawatir sapinya nanti mati terjangkit PMK.

“Saya tahunya informasi tersebut dari media televisi. Sapi saya jual murah atas inisiatif saya sendiri sebagai peternak. Menjual langsung ke jagal. Karena takut terjadi kematian,” kata Agus kepada Global News, Rabu (8/6/2022).

Namun demikian, sejauh ini Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Kabupaten Madiun belum mendapat informasi terkait hal itu. Kabid Peternakan DKPP Kabupaten Madiun, drh V. Bagus Sriyulianta, saat dikonfirmasi Global News, Rabu (8/6/2022), mengatakan, pihak DKPP sudah melaksanakan langkah-langkah sesuai standard operating procedure (SOP) bersama jajaran tiga pilar, dalam menghadapi PMK tersebut.

“Dari Bupati ke Camat dilanjutkan ke Kepala Desa. Mengingat petugas peternakan di lapangan sangat terbatas, kami minta tiga pilar di desa ikut membantu. Kami juga minta untuk peternak jangan panik, senantiasa berkoordinasi dengan petugas keswan di lapangan,” katanya.

Ketua Pengurus Wilayah Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama Jawa Timur (PW LPPNU Jatim), Ghufron Ahmad Yani, juga melihat fenomena “jual sapi murah” tersebut. Bahkan, saat mengunjungi sebuah peternakan sapi perah di Jemundo Sidoarjo, dia melihat sendiri sapi yang jatuh diduga terkena penyakit PMK.

“Mereka transaksi di depan mata saya. Saya tahu sendiri. Sapi yang biasanya harga Rp 18 juta dijual hanya Rp 4 juta. Padahal, saya sudah minta bersabar, tapi karena sudah telanjur, ya bagaimana lagi,” katanya kepada Global News, Rabu (8/6/2022).

Dikatakan, selain di Sidoarjo, kepanikan juga terjadi di kalangan peternak Pasuruan dan daerah lain. Biasanya, kata dia, bila sapi terkena PMK lalu jatuh, peternak langsung panik. “Kami maklum,” katanya.

Bagi peternak, kondisi sekarang memang dilematis. Sebab mereka harus merawat sapi yang sakit itu. Bukan hanya tenaga, tapi juga membutuhkan biaya. Lebih dari itu, saat ini pasar hewan juga banyak yang tutup sehingga peternak seakan tidak ada pilihan lain hingga akhirnya menjual sapinya meski ditawar oleh pedagang dengan harga murah.

“Lalu ditambah ada provokasi tadi, akhirnya panik. Karena itu, Pemerintah dan pihak terkait perlu gencar memberi pemahaman kepada peternak mengenai penyakit PMK ini, yang sejatinya tidak mematikan. Tapi karena hewan ternak yang kena penyakit mulutnya terluka, kakinya mengelupas, sehingga tidak mau makan dan roboh. Karena itu harus diberi asupan gizi. Kalau di kandang LPPNU Jatim yang merupakan kandang riset, ada konsentrat, sapi tidak perlu lagi mengunyah, jadi sekitar 10 hari sudah membaik imunitasnya,” katanya.

Karena itu, LPP NU Jatim memberikan bantuan desinfektan, vitamin dan obat-obatan bagi peternak. Kegiatan tersebut menurut Ghufron Ahmad Yani dilakukan di sejumlah wilayah Jatim.

“Sekaligus memberikan pemahaman soal penyakit PMK ini dan mengimbau agar tidak tergesa-gesa menjual hewan ternaknya dengan harga murah. Jangan panic selling. Saya juga imbau pedagang hewan jangan memprovokasi-lah, jangan mengambil kesempatan meraih untung besar dalam kesempitan pada musibah PMK ini. Kasihan peternak,” katanya.

Kegiatan tersebut, kata dia, bentuk kepedulian NU Jawa Timur terhadap kegelisahan para peternak terhadap mewabahnya PMK. “Kita lakukan kegiatan ini sebagai wujud pelaksanaan perintah para Kiai NU di Jawa Timur untuk selalu hadir dalam setiap kesulitan yang dialami oleh wong cilik, sekaligus menyampaikan salam dari KH. Marzuki Mustamar juga para Masyayikh NU Jawa Timur kepada para peternak untuk selalu memperbanyak membaca do’a, sholawat, dan Istighotsah.” katanya.

Dalam menghadapi wabah PMK ini PW LPPNU Jatim berharap peternak untuk tetap tenang dan tidak melakukan panic salling. PMK yang disebabkan oleh virus menurut virolog tidak mematikan hewan ternak. Untuk itu PW LPPNU Jatim berpesan agar para peternak tetap bersabar.

Berkaitan dengan persiapan hari raya Idul Adha pihaknya telah berkoordinasi dengan Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama Jawa Timur (LBMNU Jatim). “Untuk kajian fiqihnya berkaitan dengan berqurban di tengah wabah PMK ini PW LPPNU Jatim telah berkoordinasi dengan Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama Jawa Timur, insyaAllah sudah masuk agenda LBM dalan waktu dekat ini,” ujarnya.

Mudah Dipahami

Pemkab Madiun juga telah melaksanakan rapat koordinasi penanganan PMK pada hewan ternak bersama unsur OPD terkait, Forkopimda, jajaran Muspika, petugas peternakan, dokter dan mantri hewan di Pendopo Muda Graha Senin, 6 Juni 2022 lalu.

Bupati Madiun, H Ahmad Dawami, dalam kesempatan itu menyampaikan bahwa untuk mengatasi PMK harus memberikan pemahaman kepada masyarakat. Dalam hal ini seluruh unsur harus terlibat seperti dunia usaha, akademisi dan lain-lain. Selain itu harus dilakukan secara sustainable (berkelanjutan) karena ada masa inkubasinya.

” Hal ini dibutuhkan pemahaman bersama, upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitasi harus dilakukan,” kata Bupati Madiun.

Bupati mengimbau pada petugas di lapangan agar dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat memakai bahasa yang mudah dipahami. Selain itu perlu melibatkan Muspika kemudian tiga pilar di desa dilanjutkan ke peternak serta pembeli.

“Dengan pemahaman yang mudah diterima oleh masyarakat akan membawa dampak ketenangan dan kenyamanan pada masyarakat,” kata Bupati.

Wakil Bupati Madiun, H Hari Wuryanto menegaskan upaya mengatasi PMK semua pihak harus bergotong-royong. Khususnya saat memobilisasi hewan ternak dari dan ke Kabupaten Madiun harus dilakukan penyekatan dan pemeriksaan.

“Saya berharap dengan budaya gotong-royong dapat mengatasi musibah PMK ini,” tutur Wabup Hari Wuryanto.

Sementara Plt. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Sumanto, SP, MMA, menyampaikan upaya yang dilakukan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan antara lain mencegah virus PMK, menghentikan sirkulasi virus dan meningkatkan kekebalan hewan. Selain itu melakukan langkah pembatasan lalu lintas dengan daerah yang terjangkit wabah PMK.

“Selain itu tenaga kesehatan hewan yang sangat terbatas, diharapkan khususnya tiga pilar dapat membantu di lapangan. Dengan adanya kerjasama tiga pilar akan membantu petugas kesehatan ternak di Kabupaten Madiun,” kata Sumanto.

Kabid Peternakan, drh Bagus menambahkan, PMK bukan tergolong penyakit berbahaya bagi manusia, hanya menular pada hewan. Apabila dipotong, dagingnya dapat dikonsumsi. Tingkat kesembuhan PMK 95 % sedangkan tingkat kematiannya hanya 1-5 %.

Diimbau kepada masyarakat untuk tidak panik menghadapi persoalan tersebut. Yang perlu dilakukan adalah melaporkan kepada petugas peternakan di wilayah masing-masing.

” Masyarakat (peternak) harus benar-benar jeli terhadap penyakit ternaknya. Jangan mudah terpengaruh untuk menjual ternak dengan harga murah,” ujarnya.

Adapun gejala-gejala PMK antara lain muncul hypersalivasi (keluar liur berlebihan), demam tinggi, sariawan pada lidah, gigi dan hidung sehingga tidak mau makan. Selain itu muncul luka pada kuku, celah kuku dan tumit hingga terkelupas kulit kukunya.

“Apabila muncul gejala tersebut segera laporkan ke petugas,” pungkasnya. Berdasar informasi, tak ada kasus PMK pada hewan ternak di Kabupaten Madiun. “Hanya 1 kasus namun sudah ditangi,” katanya. (her)

baca juga :

Liga 1: Main di Solo, Persik Kediri Targetkan Tiga Poin

Redaksi Global News

Uji Kompetensi Wartawan Cegah Anarkisme Jurnalistik

Redaksi Global News

Prabowo Jadi Tamu Agung Pertama Jokowi

Redaksi Global News