Global-News.co.id
Metro Raya Utama

Sebanyak 125 Anggota Ling Tien Kung Ikuti Pelatihan Instruktur

Dengan peraga Senior Dhawi, Ie Me memberikan contoh salah satu gerakan Ling Tien Kung yang benar.
SURABAYA (global-news.co.id) –Sebanyak 125 anggota Ling Tien Kung mengikuti pelatihan instruktur di Puslatbang, Lapangan Ole-Ole Surabaya, Sabtu (21/5/2022). Acara yang dimulai pukul 05.30 dan berakhir sekitar 10.30 tersebut dipimpin langsung oleh Kepala Teknik Ling Tien Kung, Ibu Ie Me.
Para peserta itu berasal dari 10 sasana mandiri, 5 koordinator otonom dan 1 koordinator khusus (IKPLN). Setelah dilakukan pengujian seluruh peserta (125 peserta) dinyatakan lulus.
Tampak sejumlah pimpinan sasana dan koordinator hadir mendampingi anggotanya. Hadir dari Pengurus MPET2 (organisasi yang menaungi Ling Tien Kung), Shane Feldo Fuyi Widjaja (pembina), Brigjen Pol (Pur) Drs. Edy Prawoto SH, MHum (Ketua MPET2), Bapak Agus (Sekretaris) dan Ibu Ie Me (Kepala Teknik).
Peserta berpose bersama dengan panitia dan pengurus MPET2.
Shane dalam sambutannya mengatakan, keberadaan Ling Tien Kung harus dilestarikan. Mengapa? Karena Ling Tien Kung terbukti memberikan manfaat bagi masyarakat. Tidak sedikit anggota masyarakat yang sembuh penyakitnya setelah berlatih Ling Tien Kung.
“Dengan adanya pelatihan seperti ini, kita terus berusaha untuk melestarikan Ling Tien Kung, dengan terus menambah anggota,” kata Shane.
Cucu pertama mendiang Lao Shi itu mengatakan, Ling Tien Kung yang didirikan sejak 2004 hingga saat ini jumlah anggota terus bertambah dengan pesat. Para instruktur harus paham visi-misi. Visi making people healty. Misi menyebarkan Ling Tien Kung kepada masyarakat. “Instruktur mempunyai tugas yakni menyebarkan ilmu Ling Tien Kung. Jadi instruktur itu merupakan ujung tombak,” kata Shane.
Panggilan Jiwa
Sementara itu, Edy Prawoto mengatakan, menjadi instruktur itu merupakan panggilan jiwa untuk kita mengabdi kepada masyarakat. Karena itu instruktur merupakan ujung tombak. Tugas instruktur melatih para peserta, karena hampir semuanya peserta mempunyai penyakit. Karena itu instruktur harus benar mengajarkan gerakan Ling Tien Kung dengan benar, sehingga diharapkan menimbulkan kesembuhan.
Panitia pelatihan yang diketuai H. Zaini berpose bersama dengan pengurus MPET2.
 “Tidak ada instruktur, Ling Tien Kung tak akan maju. Instruktur panggilan jiwa. Untuk itu buku kuning harus dibaca,” kata Edy.
Edy yang juga Rektor Universitas Bhayangkara Surabaya (Ubhara) tersebut mengatakan, seorang instruktur harus paham filosofi Ling Tien Kung, teknik gerakan dan yang ketiga seorang instruktur harus paham etika. Tidak sedikit berkonflik lalu mendirikan sasana baru. Ke depan jangan terjadi seperti itu. Semuanya harus bersinergi untuk kemajuan Ling Tien Kung.
Menurut pengamatan Edy, biasanya hampir setiap angkatan para lulusan instruktur itu 1/3 rontok, 1/3 keluar masuk dan sisanya 1/3 yang  benar-benar merupakan panggilan jiwa.
“Saya berharap para lulusan Angkatan Ke-25 Angkatan Kedua ini harus benar-benar mengabdi untuk kebesaran Ling Tien Kung,” katanya.
Sementara Ibu Ie Me menekankan pentingnya para instruktur untuk menguasai teknik Tingkat Dasar. Inilah ilmu Ling Tien Kung. “Saya berharap agar Ling Tien Kung jangan ditambah dan jangan dikurangi,”katanya. (Erfandi Putra)

baca juga :

Pengamat Sebut Pernyataan SBY Tamparan Keras Compang-campingnya Komunikasi Jokowi Hadapi Corona

Biden Unggul Sementara dengan 129 Suara Electoral, Trump 94 Suara

Redaksi Global News

Wagub Kenalkan Precarious Middle Income di Bloomberg Harvard City Leadership Initiative

Redaksi Global News