Global-News.co.id
Kesehatan Utama

Cegah Hepatitis Akut dengan PHBS, Dinkes Jatim Imbau Masyarakat Waspada

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Dr dr Erwin Astha Triyono SpPD

SURABAYA (global-news.co.id) – Meski di Jawa Timur hingga saat ini belum ditemukan pasien positif hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Dr dr Erwin Astha Triyono SpPD mengimbau seluruh masyarakat untuk lebih hati-hati dengan selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan protokol kesehatan (prokes) secara disiplin.

Dalam video conference Jumat (6/5), Erwin menegaskan, sindrom jaundice (kuning) akut –yang dialami 114 anak di 18 kota/kabupaten berdasarkan data Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) Jawa Timur selama minggu I – minggu 17 Tahun 2022 —tidak terkait dengan hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya.

“Sejauh ini belum ada update tentang hubungan sindrom jaundice akut  dengan hepatitis akut, sehingga bisa dikatakan di Jatim belum ada kasus hepatitis akut. Supaya tidak bias, dari 114 anak yang masuk SKDR itu mengalami jaundice akut setelah diklarifikasi tidak ada kaitannya dengan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya,” terangnya.

Menurut Erwin, untuk mencegah dan mengendalikan penularan hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya di Jatim, pihaknya mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati namun tetap tenang.

“Lakukan upaya pencegahan dengan PHBS seperti sering mencuci tangan pakai sabun, meminum air bersih yang matang, memastikan makanan dalam keadaan bersih dan matang penuh, menggunakan alat makan sendiri, memakai masker, menjaga jarak serta menghindari kontak dengan orang sakit. Selain itu, untuk sementara agar tidak berenang dulu di kolam renang umum, tidak bermain di playground, serta hindari menyentuh hand railing, knop pintu, dinding, yang sering dipegang orang,” ujarnya.

Dijelaskan, gejala klinis yang ditemukan pada pasien hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya ini antara lain, peningkatan enzim hati, sindrom hepatitis akut, dan gejala gastrointestinal (nyeri   abdomen/perut, diare dan muntah-muntah). Sebagian besar kasus tidak ditemukan adanya gejala demam.

Hepatitis sendiri sebagaimana dikatakan dr Bagus Setyoboedi SpA (K), bukanlah penyakit baru yang penyebabnya banyak sekali, virus, bakteri, obat, autoimun, atau toxin (zat racun). Hepatitis yang tidak diketahui penyebabnya ini, lanjutnya, ketika dicek apa pun hasilnya negatif. Apakah itu Hepatitis A, B, C, D, maupun E. Karena itu hingga kini masih terus dicari atau dikaji penyebabnya. WHO pun belum mengeluarkan statemen apa penyebab hepatitis akut ini. “Problemnya, kalau tidak tahu penyebabnya, sulit untuk mengetahui bagaimana cara mencegahnya. Ini yang berat. Ini jadi masalah tersendiri,” terang konsultan hepatologi anak ini.

Bagus menggambarkan, rute masuknya penyakit ini hanya 2, melalui saluran cerna (hepatitis A dan E) atau melalui darah (hepatitis B, C, dan D).   Sedang yang lain-lain bisa melalui saluran nafas. “Oleh karena itu, seperti dikatakan Pak Kadinkes, penting untuk menjalankan PHBS untuk mencegah penularan. Selain itu jangan panik menghadapi informasi yang simpang siur,” ujarnya.

Sindrom jaundice akut dilaporkan SKDR memiliki gejala yang ditandai dengan kulit dan sklera berwarna ikterik atau kuning dan urin berwarna gelap yang timbul secara mendadak. Erwin menjelaskan, hepatitis akut bisa ditandai adanya warna kuning, kulitnya atau matanya. Tapi tidak semua yang berwarna kuning itu ikterus, karena bisa akibat kebanyakan makan wortel, terkena bakteri leptospirosis, malaria, dan masih banyak lagi.

Sebagaimana Covid-19 yang hingga kini masih terus dipelajari, Erwin mengakui terkait hepatitis misterius ini juga masih terus dilakukan learning by doing. “Karena informasi limited, di Eropa para ahli belum bisa menyimpulkan,” tambah Bagus.

Lantaran transmisinya yang belum diketahui, menjalankan PHBS  dinilai paling efektif begitu pun memakai masker. “Terkait hepatitis ini, yang terpenting menjaga imunitas diri sendiri, tidak ada obat khusus kecuali istirahat. Kalau ada keluhan gejala (peningkatan enzim hati, nyeri perut, diare, muntah) segera datang ke layanan kesehatan terdekat untuk diobservasi. Kalau dari monitor itu ditemukan komplikasi, akan ditangani sesuai tata laksana,” terang Erwin.

Erwin juga mengimbau seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Jatim untuk siap dan sigap dalam menangani pasien yang mengalami gejala hepatitis akut tersebut serta segera melaporkan ke Dirjen P2P Kemenkes RI melalui Dinkes Jatim untuk dilakukan penyelidikan epidemiologi lebih lanjut.

Sebelumnya, begitu Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan secara resmi Kejadian Luar Biasa (KLB) kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (penyebabnya) pada tanggal 15 April 2022, jumlah laporan dari berbagai negara terus bertambah. Per 21 April 2022, tercatat 169 kasus yang dilaporkan di 12 negara yaitu Inggris 114 orang, Spanyol 13 orang, Israel 12 orang, Amerika Serikat 9 orang, Denmark 6 orang, Irlandia < 5 orang, Belanda 4 orang, Italia 4 orang, Norwegia 2 orang, Prancis 2 orang, Rumania 1 orang dan Belgia 1 orang dengan kisaran kasus terjadi pada anak usia 1 bulan sampai dengan 16 tahun. Tujuh belas anak atau sekitar 10% di antaranya memerlukan transplantasi hati, dan 1 kasus dilaporkan meninggal.

Melihat kondisi tersebut, Kementerian Kesehatan meningkatkan kewaspadaan terhadap KLB Hepatitis Akut dengan mengeluarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology) tertanggal 27 April 2022.

Kewaspadaan tersebut meningkat setelah tiga pasien anak –yang dirawat di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta– dengan dugaan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya meninggal dunia, dalam kurun waktu yang berbeda dengan rentang dua minggu terakhir hingga 30 April 2022. (ret)

baca juga :

Erupsi Semeru, Kemensos-Pemda Komitmen Bantu Anak YaPi Terdampak APG

Redaksi Global News

Antisipasi Potensi Krisis Pangan, Gubernur Khofifah Percepat Tanam Padi di Tulungagung

Redaksi Global News

Menjadi Sentra Porang, Desa Klino Rintis Agrowisata

Redaksi Global News