Global-News.co.id
Ekonomi Bisnis Metro Raya Utama

Pedagang Yakin Pasar Turi Menggeliat Usai Lebaran

Saat resmi dibuka 21 Maret 2022 lalu, para pedagang Pasar Turi Surabaya berharap bisa segera menggelar dagangannya

SURABAYA (global-news.co.id) – Saat resmi dibuka pada 21 Maret 2022 lalu, para pedagang Pasar Turi Surabaya berharap bisa segera menggelar dagangannya agar bisa meraup keuntungan melalui momen Ramadan. Namun fakta tak sejalan dengan harapan, para pedagang rupanya memilih akan boyongan ke Pasar Turi setelah Lebaran Idul Fitri 1443 H yang tinggal beberapa hari lagi.

Pantauan Global News di Pasar Turi, Rabu (13/4), dari keseluruhan stan yang jumlahnya ribuan, hanya sedikit yang sudah terlihat beraktivitas. Selama lebih dari 2 jam di Pasar Turi, pengunjung yang datang umumnya hanya melihat-lihat. Memang ada yang sudah bertransaksi atau menanyakan barang yang sudah dipesan, tapi itu jumlahnya tak banyak. Beberapa pedagang terlihat sedang ngobrol dengan pedagang lainnya, ada yang menata kembali stannya, mengawasi tukang yang sedang mengecat ulang stannya.

Dari stan yang sudah buka, terbanyak pedagang pakaian, daster, pakaian ala seragam militer berikut pelengkapannya, busana muslim. Sedang sisanya adalah berdagang peralatan dapur, kacamata, dan tas koper.

Beberapa pedagang mengaku senang Pasar Turi sudah dibuka lagi. Berkat campur tangan Pemerintah Kota Surabaya, khususnya Walikota Eri Cahyadi, pasar legendaris yang hampir 15 tahun mangkrak berhenti beroperasi ini bisa kembali beroperasi. Pedagang yakin, Pasar Turi akan kembali menjadi ikon pusat bisnis bagi pelaku usaha di wilayah Indonesia timur.

“Alhamdulillah, memang nggak semuanya beli. Ada yang cuma lihat-lihat setelah pasar ini dibuka lagi,” kata Isa, yang tengah menjaga stan-nya di lantai dasar.

Perempuan yang berdagang kaus dan celana ini melanjutkan, kalau masyarakat sudah mengenal lagi keberadaan Pasar Turi yang sudah megah ini, mereka pasti akan datang. Masih sepinya pengunjung juga tak terlalu dipikirkan Joni. Ketika ada yang membeli pakaian daster dagangannya, dia langsung menyebutnya sebagai penglaris sembari menempelkan uang yang didapat ke baju dagangan yang ada di dekatnya. “Betul, dari pagi baru dapat penglaris satu,”ujarnya.

Joni meyakini, para pedagang baru akan boyongan dan membuka tokonya di Pasar Turi pasca Lebaran. Alasannya, kalau pindah sekarang, konsumen pelanggannya akan kesulitan mencari tokonya.

“Mereka kan sudah punya pelanggan di tokonya, apa itu di Pasar Kapasan atau di PGS misalnya. Nah kalau langsung pindah ke sini (Pasar Turi) sekarang, pelanggannya pasti kelabakan kesulitan mencari. Pedagangnya pasti juga nggak mau rugi. Ini kan mau Lebaran, pasti banyak orang belanja,” paparnya.

Kendati begitu, pria pemilik stan di lantai dasar Pasar Turi ini optimistis, para konsumen akan membanjiri Pasar Turi lagi. “Saya yakin kok,” ujarnya.

Hal senada dikatakan Fendy yang ditemui di stannya di lantai 3. Dia optimistis pembeli akan datang. “Mungkin nggak sekarang, karena di sini juga belum semuanya stan buka. Pemilik stan di sini umumnya kan punya stan di tempat lain, bisa jadi karena mereka sudah kadung sewa dan masa sewanya belum habis,” terang pemilik stan New Fashion ini.

Dia menyebut, pameran yang berlangsung selama satu bulan merupakan salah satu bentuk upaya pengelola untuk menjaring pengunjung. “Saya berharap akan semakin banyak yang datang, setelah semuanya buka. Kalau sekarang, mungkin karena yang kontrak di tempat lain belum habis masa kontraknya, jadi kan sayang kalau ditinggal begitu saja. Mereka kan sudah bayar di depan,” kata Fendy yang juga memiliki toko di Pasar Kapasan.

Sementara pedagang lain menyebut, adanya campur tangan Pemkot Surabaya banyak membantu. “Kami ini sudah babak belur. Saya mengalami dua kali kebakaran. Ketika Pasar Turi dibangun, saya beli 2 stan tapi sama pengelola yang dulu sedikit-sedikit uang. Belasan tahun nasib kami tanpa kejelasan, uang sudah kadung masuk untuk beli stan, telat bayar sedikit dendanya minta ampun. Untuk buka kunci saja, waktu itu disuruh bayar Rp 7,5 juta dulu. Sekarang sejak Pemkot terlibat kan sudah gratis,” ujar pemilik dua stan yang enggan disebutkan namanya.

Dia menyebut, kendati memiliki dua stan letaknya tidak bersebelahan sehingga dirasa menyulitkan. Dengan memiliki dua stan yang berdampingan dia berharap bisa menata dagangannya dengan leluasa.

“Tapi sama pengelola yang dulu pengundiannya diacak. Kalau saya mau stan yang sebelahan, harus bayar lagi. Pokoknya uang dan uang. Saya berharap, dengan situasi yang seperti sekarang ini masih sepi, biaya service charge-nya dikurangi dulu,” lanjutnya.

Peran Walikota

Saat melakukan soft opening Pasar Turi Baru, Rabu (30/3/2022), Walikota Eri Cahyadi mengatakan, keberhasilan menghidupkan kembali Pasar Turi ini tak lepas dari dukungan dan peran serta sejumlah pihak. Mulai dari Komisi Pemberantasan Korupsi, Jaksa Pengacara Negara, Kejaksaan Negeri Surabaya hingga pengelola/investor maupun para pedagang. “Setelah didampingi KPK dan JPN Kejari Surabaya, Alhamdulillah Pasar Turi Baru akhirnya bisa kita buka,” kata Eri.

Suasana dalam Pasar Turi Baru yang relatif masih sepi

Meski begitu, lanjutnya, upaya menghidupkan kembali Pasar Turi yang sebelumnya berpolemik, tentu tak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak perjuangan dan pengorbanan yang harus dilakukan. Bahkan tak sedikit cerita yang menyertai titik rendah dari nasib ribuan pedagang. Dari yang mulai jadi pesakitan hingga meninggal dunia.

“Alhamdulillah semua teman-teman pedagang yang sebelumnya di TPS sudah masuk ke Pasar Turi Baru. Ini menunjukkan bahwa sekarang waktunya kita bangkit dengan ekonomi kerakyatan,” jelas mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini.

Kini Pasar Turi Baru seakan telah bertransformasi dari tidur panjangnya. Para pedagang lama Pasar Turi yang belasan tahun menempati Tempat Penampungan Sementara (TPS), secara bertahap mulai membuka dagangannya. Setidaknya ada 6.426 stan yang tersedia di sana.

Selain tersedia ribuan stan, Pasar Turi Baru juga dilengkapi sejumlah fasilitas yang memanjakan para pengunjung. Di antaranya 42 eskalator, 6 lift orang dan 2 lift barang, serta didukung dengan area parkir berkapasitas 1.795 mobil dan 5.200 motor. Ada pula 8 musala dan 1 masjid serta 134 hidran sebagai komponen untuk perlindungan apabila terjadi kebakaran. Di samping itu, Pasar Turi Baru juga dilengkapi dengan 9.800 smoke detector, 298 air conditioner (AC), dan 64 toilet.

General Manager Pasar Turi Baru (PTB), Teddy Supriyadi, menyebut tanpa dukungan Walikota Eri Cahyadi, mustahil Pasar Turi Baru dapat beroperasi kembali. “Pemerintah kota sangat mendukung agar Pasar Turi segera beroperasi kembali. Seluruh dinas-dinas terkait membantu mendorong percepatan agar pasar turi dapat kembali beroperasi,” katanya.

Dia mengungkap, Eri juga yang menginisasi pertemuan antara PT Gala Bumiperkasa dengan perwakilan para pedagang. Pertemuan yang dulu kala selalu deadlock dan tidak pernah mencapai sepakat, akhirnya bisa berjalan dengan baik.

“Alhamdulillah, ditangan beliau (Eri Cahyadi) pedagang dan Gala Bumiperkasa dapat duduk bersama, menurunkan ego masing-masing demi kepentingan yang lebih besar agar Pasar Turi dapat beroperasi kembali,” katanya.

Pasar yang menempati areal seluas 4,3 hektare itu berulang kali mengalami kebakaran. Pertama kali pada tahun 1950. Kemudian pada 1969 saat pasar itu akan dilakukan peremajaan. Saat itu Pasar Turi sudah menjadi supplier barang-barang keperluan di daerah Jawa Timur, bahkan sampai Bali dan Lombok. Pedagang alat-alat listrik, barang pecah-belah, sepeda, dan konveksi telah punya hubungan tetap dengan pedagang-pedagang dari luar Surabaya.

Tujuh tahun kemudian, tepatnya 2 Mei 1978, gedung itu kembali terbakar habis untuk kali ketiganya. Selanjutnya, pada pertengahan 2007, si jago merah kembali mengamuk, dan hanya menyisakan gedung tahap III, yang dihuni 973 stan. Pertengahan September 2012, Pasar Turi kembali dihajar kebakaran hebat. Gedung tahap III, ludes. Saat itu, Walikota Tri Rismaharini ikut berjibaku bersama tim Pemadam Kebakaran menjinakkan kobaran api.

Polemik pengelolaan Pasar Turi Baru sendiri sudah dimulai sejak tahun 2007. Tepatnya, saat kebakaran hebat melanda pasar legendaris yang pernah menjadi sasaran amuk tentara Inggris saat agresi militernya di tahun 1950 tersebut. Kemudian, pada 9 Maret 2010, Pemkot Surabaya melakukan kerjasama dengan PT Gala Bumiperkasa (JO) untuk membangun kembali Pasar Turi melalui skema Bangun Guna Serah.

Namun pada 1 April 2016, Pemkot Surabaya menggugat perusahaan itu lantaran PT Gala melakukan cedera janji. Yaitu, menjual stand atau lapak pedagang dengan hak milik atas satuan rumah susun/ strata title. Proses sengketa berlanjut selama bertahun-tahun, hingga pada 2019 KPK dan JPN Kejari Surabaya melakukan pendampingan. Melalui serangkaian diplomasi dan koordinasi, baik pihak Pemkot dan investor, sepakat untuk mengakhiri sengketa serta bersama-sama mengelola Pasar Turi.

Dengan berjalannya waktu, Eri Cahyadi kemudian mengadakan pertemuan dengan KPK, JPN Kejari Surabaya, Perangkat Daerah (PD) terkait, serta pihak investor atau pengelola. Pertemuan yang digelar pada 23 Desember 2021 di ruang kerja Walikota Surabaya, akhirnya menghasilkan keputusan bahwa Pasar Turi Baru harus beroperasi kembali pada 22 Maret 2022. (ret)

 

baca juga :

Liga 1: Digilas Dewa United, Borneo FC Perpanjang Tren Negatif

Redaksi Global News

Pelantikan Dekranasda Sidoarjo, Arumi Sebut Pentingnya Teknik Komunikasi di Era Digitalisasi

Redaksi Global News

Walikota Surabaya Sebut Tidak Ada Konsep Asal Gusur PKL Tanpa Solusi

Redaksi Global News