Global-News.co.id
Mancanegara Utama

Rusia Gempur Ukraina, 13 WNI Terjebak Pertempuran

Serdadu Rusia terus menggempur Ukraina, bahkan gedung pemerintahan daerah di Kharkiv, Ukraina, rusak parah terkena rudal Rusia, Selasa (1/3)

KYIV (global-news.co.id) – Serdadu Rusia terus menggempur Ukraina. Bahkan gedung pemerintahan daerah di Kharkiv, Ukraina, rusak parah terkena rudal Rusia, Selasa (1/3). Suasana kota pun langsung mencekam. Militer dan warga Ukraina juga terus melakukan perlawanan. Perang yang terus berkecamuk membuat semua orang dicekam ketakutan. Termasuk warga asing di negara itu. Pemerintah Indonesia akhirnya melakukan evakuasi Warga Negara Indonesia (WNI) dari Ukraina.

Puluhan WNI, setelah dikumpulkan di KBRI Kyiv–nama ibukota Ukraina yang sebelumnya disebut Kiev– langsung dievakuasi ke Rumania via Moldova, di tengah iring-iringan besar kendaraan militer Rusia sepanjang 27 kilometer yang dilaporkan tengah menuju ibukota Ukraina itu. Namun demikian, masih ada 13 WNI lain yang belum bisa dievakuasi karena sulitnya membawa mereka keluar dari negara yang sejumlah kotanya terus dihujani bom oleh Rusia.

Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, mengatakan, masih ada 13 WNI lagi yang belum dievakuasi keluar dari Ukraina. Mereka antara lain empat WNI yang sekarang berada di Kota Kharkiv dan 9 lainnya berada di Kota Chernihiv di sebelah utara Ukraina.

“Mereka belum dapat dievakuasi mengingat pertempuran darat masih terus terjadi. KBRI Kiev dan KBRI Moskow terus melakukan kontak dengan mereka,” kata Menlu Retno dalam keterangan tertulisnya yang diterima Redaksi, Selasa (1/3).

Menlu Retno memastikan 13 WNI tersebut dalam keadaan sehat. Pasokan logistik untuk mereka juga dipastikan mencukupi. “Pemerintah masih terus menunggu saat yang tepat untuk dapat mengevakuasi mereka,” katanya.

Selain itu, terdapat 24 WNI memilih untuk tetap tinggal di Ukraina karena alasan keluarga. Pasalnya, mereka menikah dengan warga negara Ukraina. Menlu Retno juga mengungkapkan langkah selanjutnya yang akan dilakukan oleh pemerintah RI. Pemerintah, kata dia, berencana mengevakuasi para WNI yang berada di dua titik yakni di Rumania dan Polandia.

“Langkah selanjutnya, yaitu mengambil jalur udara, untuk mengambil para WNI kita yang berada di dua titik, yaitu 1 titik di Rumania dan 1 titik di Polandia. Saat ini sedang terus dimatangkan,” katanya.

Evakuasi WNI yang berada di 2 titik tersebut juga tidak bisa dilakukan dengan terburu-buru. Menlu Retno menyebut evakuasi akan dilakukan menggunakan pesawat udara. “Jadi sekali lagi, setelah para evacuee aman di dua titik tersebut, maka langkah selanjutnya adalah penjemputan dengan pesawat untuk kembali ke Indonesia,” kata Retno.

Menlu Retno mengimbau masyarakat melihat situasi di Ukraina secara jernih. Sebab, baik Ukraina maupun Rusia, merupakan 2 negara yang bersahabat dengan Indonesia. “Kita harus melihat situasi yang berkembang di Ukraina ini secara jernih. Ukraina dan Rusia adalah sahabat dekat Indonesia. Indonesia ingin membangun persahabatan yang lebih kuat dengan kedua negara tersebut,” katanya.

Kementerian Luar Negeri RI menyampaikan, sudah ada 99 orang WNI yang telah dievakuasi keluar dari Ukraina. “Jumlah total yang telah berada di luar Ukraina adalah 99 WNI dan lima WNA yang merupakan keluarga dari WNI kita,” kata Menlu Retno.

Selamat Keluar Ukraina

Sementara itu, salah seorang WNI yang dievakuasi, Tono, mengatakan, mereka telah melintasi perbatasan Moldova pada Senin (28/2/2022) malam waktu setempat. “Kita semua aman, termasuk balita,” katanya dalam percakapan dengan BBC News Indonesia Selasa kemarin.

Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, menyebutkan, masih ada 13 WNI yang belum dievakuasi keluar dari Ukraina

Keterangan dari KBRI Kyiv menyebutkan 60 WNI dan satu warga negara Ukraina yang merupakan suami salah seorang WNI, dievakuasi dengan tujuh mobil melalui jalan darat menuju perbatasan Ukraina dan Moldova, dengan jarak sekitar 330 kilometer, melewati 10 checkpoints (pos pemeriksaan). Erna Herlina, pejabat KBRI Kyiv, mengatakan, mereka tidak melewati pusat kota, tapi ke arah pinggiran, dan tidak melihat ada gedung yang rusak.

“Tapi saya sempat lihat ada dua kepulan asap di kejauhan, namun saya tak dapat memastikan apakah asap itu akibat pertempuran atau bukan,” kata Erna kepada BBC News Indonesia.

Di perbatasan, para WNI dan tim evakuasi bertemu dengan tim dari KBRI Bucharest. Selanjutnya para WNI dibawa ke Bucharest, Rumania. Rencana evakuasi puluhan WNI dari Kyiv — yang telah berada di gedung KBRI selama lima hari empat malam– dilakukan bertepatan dengan berakhirnya jam malam di Kota Kyiv, pada Senin (28/2).

Perjalanan evakuasi, dipimpin Dubes RI Kyiv, Ghafur Dharmaputra, bertepatan juga waktunya dengan dimulainya negosiasi, antara Ukraina dan Rusia, di Gomel, Belarus, sehingga ada waktu jeda untuk kemanusiaan. Dalam jumpa pers akhir pekan lalu, Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha, mengatakan, ada 153 WNI di Ukraina.

Beberapa jam sebelumnya, sebanyak 31 WNI lainnya berhasil dievakuasi dari dua kota di Ukraina menuju Rzeszow Polandia dan Rumania, menurut Kementerian Luar Negeri Senin (28/2/2022). “Mereka dalam keadaan sehat,” kata Kemenlu dalam unggahan Twitter.

Enam WNI dan seorang WNA yang merupakan pasangan dari seorang WNI dievakuasi dari Lviv, Ukraina, dan telah tiba di Polandia, sementara 25 WNI lainnya dibawa dari Odesa dan telah tiba di Rumania. Pada akhir pekan lalu, Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha mengatakan telah membentuk tim evakuasi untuk membawa keluar semua WNI. Dia menjelaskan upaya yang bisa dilakukan adalah membawa para WNI menuju Polandia, Rumania, atau negara terdekat lainnya.

Bunyi sirene yang bergema di kota tempat tinggal membuat ‘merinding’ karena sirene itu adalah tanda invasi Rusia dimulai dan “perang sudah dimulai”

Merinding

Seorang WNI yang tinggal di Ukraina barat mengatakan bunyi sirene yang bergema di kota tempat tinggalnya membuat ‘merinding’ karena sirene itu adalah tanda invasi Rusia dimulai dan “perang sudah dimulai”. “Kami di rumah, saat bangun terdengar suara sirene, dan kami buka jendela.

Di setiap kota ada peringatan dengan suara sirene. Itulah tanda peringatan untuk kita bahwa perang sudah dimulai, beberapa kota diserang,” kata Benni yang tinggal di Kota Ternopil bersama istrinya, yang merupakan warga Ukraina, dan putri mereka.

Sebelumnya, Benni mengatakan kepada BBC News Indonesia, bahwa para warga diberikan peta berisi informasi tempat bunker-bunker bila terjadi penyerangan. Benni mengatakan melalui kanal YouTubenya, bahwa sirene terus berbunyi untuk memperingatkan warga agar waspada. Namun Benni mengatakan suasana di kotanya masih aman dan dia berusaha tidak panik karena istrinya tengah hamil besar.

Tono juga bercerita mendengar bunyi sirene di pagi hari. Dia mengatakan telah menyiapkan air bersih dan makanan di rumahnya sebelum memutuskan evakuasi ke KBRI. “Saat ini sudah ada lebih dari 50 orang termasuk keluarga pejabat KBRI,” kata Tono kepada BBC News Indonesia.

Tono mengatakan melihat warga Kyiv yang antre membeli makanan dan evakuasi mandiri dengan menggunakan kendaraan. Tono juga mengatakan sempat mendengar bunyi ledakan dari KBRI namun tidak dapat memastikan apakah bunyi itu antimisil Ukraina atau rudal yang ditembakkan Rusia.

Di Kyiv, banyak warga melarikan diri dari ibu kota dan berlindung dari serangan udara, gempuran bom pertama sejak Perang Dunia II. Seperti halnya banyak warga di kota lain di Ukraina, mereka terbangun karena bunyi sirene ataupun ledakan, serangan yang telah diperingatkan Rusia sebelumnya.
Sementara di Kota Chuguiv, sekitar 500 km di timur Ukraina, ledakan menyebabkan sejumlah orang terluka. Seorang perempuan terluka akibat serangan udara di kompleks apartemen di Chuhuiv, Kharkiv Oblast, Ukraina.

Di ibu kota Kyiv, sirene serangan udara menggema di seluruh ibu kota, dan ada dua suasana yang berbeda di ibu kota Ukraina itu. Di satu bagian, suasana lebih tenang dan banyak orang yang berangkat kerja seperti biasa dengan naik bus. Di bagian lain, terlihat suasana terburu-buru.

Banyak orang mencari perlindungan di bunker atau stasiun kereta bawah tanah. Sebagian lain antre panjang di ATM bank, supermarket dan pom bensin. Sebagian warga lain menyelamatkan diri dengan kendaraan mereka. Serangan misil dan ledakan dilaporan terjadi di dekat kota-kota besar Ukraina di tengah serangan besar pasukan Rusia.

Di tengah kepanikan warga di Kyiv, pemerintah Ukraina menyerukan tenang dan mendesak media dan warga Ukraina memeriksa semua informasi sebelum membagikannya. Pemerintah Ukraina memperingatkan “berita palsu merupakan salah satu ancaman besar negara.”

Serhiy Nykyforov, juru bicara Presiden Ukraina mengatakan Rusia menciptakan kepanikan besar di Ukraina dan meminta warga “tetap kuat”. Salah seorang warga yang tengah mengisi bensin, Sergei Barleez, mengatakan kepada BBC, dia dan keluarga bersiap pergi keluar Ukraina.

Titipkan Dua Anak

Sementara itu, seorang wanita paruh baya bernama Nataliya Ableyeva tak menyangka negerinya berubah mencekam akibat invasi Rusia. Nataliya adalah satu dari sekian banyak warga Ukraina yang memutuskan pergi dari Ukraina menuju ke tempat lain yang lebih aman di tengah gempuran dan suara ledakan yang sahut-menyahut.

Rusia menciptakan kepanikan besar di Ukraina dan meminta warga “tetap kuat”

Ableyeva terpaksa harus pergi sendiri, meninggalkan dua anaknya yang sudah dewasa di Ukraina. Satu polisi, yang lain perawat, tidak bisa meninggalkan Ukraina.

Dilansir Reuters, Nataliya (58) tiba-tiba dihampiri seorang pria berusia 38 tahun dari Kamianets-Podilskyi yang membawa seorang anak laki-laki dan perempuan yang masih kecil. Dengan tatapan putus asa, pria tersebut meminta pertolongan Nataliya untuk membawa kedua anaknya pergi dari Ukraina lantaran dirinya tak diperbolehkan melintasi perbatasan oleh penjaga.

Larangan bagi pria tersebut bukan tanpa alasan. Ukraina telah melarang semua pria berusia antara 18-60 tahun untuk pergi lantaran harus berjuang untuk negara mereka di tengah invasi Rusia.

“Ayah mereka hanya menyerahkan kedua anak itu kepada saya, dan memercayai saya, memberi saya paspor mereka untuk membawa mereka,” kata Ableyeva,sambil memeluk anak laki-laki yang baru dikenalnya beberapa jam itu.

Pria tersebut mengatakan istrinya sedang dalam perjalanan dari Italia untuk menemui kedua anaknya dan membawa mereka ke tempat aman. Dia memberi Ableyeva nomor ponsel istrinya dan mengucapkan selamat tinggal kepada anak-anaknya, yang tengah menahan dingin di balik jaket tebal dan topi yang dikenakan.

Berbekal nomor ponsel seorang wanita yang belum pernah dia temui, Nataliya melintasi perbatasan dari Ukraina ke Hongaria pada hari Sabtu (26/2/2022) lalu. Dia menggandeng tangan kedua anak kecil itu dan bersama-sama mereka melintasi perbatasan.

Sesampainya di sisi Hungaria, yakni Beregsurany, mereka menunggu sang ibu menjemput. Ponsel berdering, mengabarkan bahwa sang ibu hampir sampai di pos perbatasan. Setelah menunggu beberapa waktu, ibu kedua bocah tersebut akhirnya tiba. Adalah Anna Semyuk (33) yang datang dan memeluk kedua anaknya yang akhirnya bisa pergi dari Ukraina.

Anna Semyuk pun mengucapkan terima kasih pada Ableyeva. Keduanya pun berpelukan selama beberapa menit dan mulai menangis. “Yang bisa saya katakan kepada anak-anak saya sekarang, semuanya akan baik-baik saja,” kata Semyuk. “Dalam satu atau dua minggu, dan kami akan pulang.” imbuhnya. (det, bbc, det)

 

baca juga :

Polsek Krembung Peduli Guru TPQ

Redaksi Global News

Sandiaga Uno Deklarasikan Dukung Pasangan Nomor 2 di Pilwali Surabaya

Redaksi Global News

Ketua Umum KORMI Jatim Ingatkan Pentingnya Jaga Kesehatan Jantung

Redaksi Global News