Global-News.co.id
Mancanegara Na Rona Utama

Jadi Relawan, Dosen Unesa Bantu Warga Ukraina Yang Mengungsi ke Polandia

Khofidotur Rofiah (kiri), Dosen Pendidikan Luar Biasa (PLB) Universitas Negeri Surabaya, yang menjadi relawan untuk membantu warga Ukraina di Polandia.

SURABAYA (global-news.co.id) – Dosen Pendidikan Luar Biasa (PLB) Universitas Negeri Surabaya, Khofidotur Rofiah, menjadi relawan untuk membantu warga Ukraina yang mengungsi ke Polandia.

Melalui keterangannya, Senin (7/3), Khofidotur Rofiah menuturkan, semenjak gelombang pengungsi berdatangan ke Polandia, secara cepat melalui media sosial warga di sana mengumpulkan semua kebutuhan pokok mulai dari makanan, pakaian; baju, selimut, perlengkapan mandi, mainan anak-anak, obat-obatan dan lain sebagainya secara cepat disalurkan kepada pengungsi.

“Alhamdulilah saya dapat kesempatan membantu mengumpulkan, menyeleksi, mengemas dan menyalurkan berbagai kebutuhan pokok kepada para pengungsi,” ujar dosen yang sedang menempuh program doktor di Department Pedagogical University of Cracow, Polandia itu.

Meskipun cukup menguras tenaga, waktu dan butuh mobilitas tinggi serta was-was yang selalu menghantui. Namun, perempuan yang akrab disapa Fia itu tidak menjadi hambatan yang berarti, karena urusan kemanusiaan adalah yang terpenting.

Jadi relawan juga bukan yang pertama baginya, selama di Indonesia, sejak jadi mahasiswa sampai diangkat jadi dosen, aktif dalam berbagai kegiatan sosial kemanusiaan pada Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD) Unesa.

Dia menambahkan, perang dua negara tersebut sangat mengkhawatirkan dan mengancam keselamatan penduduk. Tidak hanya di negara yang berperang, tetapi juga negara di sekitarnya.

“Warga di sini (Polandia) saja khawatir dan takut, apalagi warga Ukraina dan Rusia, tentu secara psikologis sangat terguncang,” ungkapnya.

Warga Ukraina yang mengungsi, lanjutnya, terbagi dalam beberapa kategori, ada yang memiliki tujuan untuk menyelamatkan diri ke keluarga, kerabat atau temannya di Polandia dan banyak juga yang tidak memiliki keluarga atau teman.

“Jadi di pusat atau posko penerimaan, pemerintah siapkan pusat informasi, nanti mereka yang ada keluarganya diarahkan ke daerah tujuan, bahkan disiapkan akomodasi,” katanya.

Sementara, bagi pengungsi yang tidak memiliki keluarga disiapkan akomodasi dan kebutuhan pokok di pusat pengungsian dan pemerintah menjamin hak-haknya.

“Namanya perang menyangkut keselamatan tentu takut dan tertekan. Kasihan sama yang rentan-rentan, orang tua, ibu-ibu dan anak-anak. Saya nggak kebayang ada di posisi mereka. Semoga sesegera mungkin konflik usai dan dua negara segera berdamai,” tuturnya. (ntr, une)

baca juga :

Evaluasi Rans FC, Transisi Bertahan Jadi Biang Kekalahan

Redaksi Global News

Rumah Pakar Kota Surabaya Miliki Karakteristik Khas

Penembakan di AS yang Mencekam, Diaspora Indonesia: Kami Aman dan Sehat!

gas