Global-News.co.id
Ekonomi Bisnis Nasional Utama

Harga Sembako Naik Jelang Ramadan

Menjelang bulan Ramadan, beberapa harga kebutuhan pokok dapur atau sembako mulai merangkak naik

SURABAYA (global-news.co.id) – Menjelang bulan Ramadan, beberapa harga kebutuhan pokok dapur atau sembako mulai merangkak naik. Beberapa ibu pun menggerutu, karena harus menambah bujet belanja hariannya.“Puyeng juga. Memang naiknya bangsa seribu, dua ribu, tapi kalau beberapa item yang naik, ya berasa juga,” kata Ana, saat ditemui di Pasar Pucang, Surabaya, Selasa (15/3).

Hal senada diungkapkan Hesti. “Tapi mau bagaimana lagi, ya terpaksa harus terima karena dari sananya juga naik,” ujarnya. Dari pantauan di pasar tradisional pada Selasa (15/3/2022), harga daging ayam negeri yang hari Minggu kemarin masih Rp 32 ribu, kini naik jadi Rp 33 ribu per kilogram, sedang daging sapi masih stabil di Rp 120 ribu per kilogram dan telur ayam negeri turun dari Rp 26 ribu jadi Rp 24 ribu.

“Harga ayamnya masih naik turun. Tertinggi tempo hari sampai Rp 36 ribu terus turun sampai Rp 30 ribu. Minggu kemarin Rp 32 ribu, hari ini Rp 33 ribu saja. Nggak tahu nanti dekat-dekat Ramadan terus Lebaran,” ujar Mi’an, salah satu pedagang ayam di Pasar Pucang, Surabaya, Selasa (15/3).

Sementara pada kelompok bumbu, bawang merah justru turun harga, untuk ukuran besar dari Rp 35 ribu jadi Rp 28 ribu per kg dan ukuran sedang dari Rp 30 ribu jadi Rp 25 ribu. Bawang putih naik, kalau sebelumnya Rp 30 ribu per kilogram, per Selasa kemarin jadi Rp 34 ribu.

“Kalau cabai merah, kulakannya Rp 50 ribu per kilo, saya jual Rp 55 ribu, tapi per ons Rp 6.000. Cabai rawit ada yang Rp 40 ribu, ada yang Rp 45 ribu,” kata Tin, salah satu pedagang pracangan.

Minyak goreng (migor) sawit di pasar tradisional juga menghilang. Rak minyak goreng di toko milik Musrifah yang biasanya berisi berbagai merek, terlihat melompong. “Ini pasokannya berkurang. Kalau dulu di supermarket nggak ada, di saya ada, tapi Rp 16 ribu per liter. Sekarang kosong. Kalau minyak goreng kelapa, Dorang, ada,” katanya
sembari menimbangkan gula pasir yang juga naik dari Rp 13.500 jadi Rp 14.000.
Meski mengeluhkan kenaikan harga kebutuhan dapur, Nuning mengaku beruntung karena gejolak harga ini tak sampai memengaruhi usaha katering yang dikelolanya.

“Sejak Januari lalu saya sudah naikkan harga, karena dari pengalaman beberapa tahun antara Januari sampai Maret dan jelang Ramadan , harga beberapa kebutuhan dapur naik termasuk beras. Karena itu masih musim penghujan,” kata warga Sidoarjo ini.

Diungkapkan, beras yang biasanya dia beli seharga Rp 34 ribu per 3 kg, naik jadi Rp 35.500. “Biasanya antara Januari-Maret beras memang naik, dan biasanya berangsur normal lagi begitu memasuki kemarau,” kata Nuning.

Untuk minyak goreng, Nuning terpaksa pasrah menebus ukuran 2 liter dengan harga di kisaran Rp 32 ribu – 34 ribu per 2 liter. “Harga Rp 14 ribu atau Rp 28 ribu itu cuma kalau ada drop-dropan. Mau ke supermarket juga sering nggak kebagian, karena pihak toko juga membuka karton dalam jumlah terbatas,” tambahnya.

Hal sama juga dialami Ana, warga Siwalan Kerto Surabaya. “Di pasar tradisional dekat rumah memang banyak, tapi harganya Rp 35 ribu per 2 liter. Mau bagaimana lagi, nyegat di supermarket juga nggak bisa karena saya kan harus njaga cucu,” katanya.

Meski terjadi gejolak harga, Pemerintah Kota Surabaya memastikan ketersediaan stok bahan pokok aman menjelang Bulan Suci Ramadan 1443 Hijriyah. Hal itu dipastikan Wakil Wali Kota Surabaya Armuji setelah meninjau langsung Pasar Pabean pada Kamis lalu.

“Tadi setelah kami cek harga, beberapa bahan pokok mengalami kenaikan seperti harga ayam, tetapi untuk cabai rawit ada pada kisaran Rp 45.000 per kilogram. Jangan sampai ada gangguan distribusi sehingga ketersediaan stok aman jelang Ramadan,” kata Armuji, Kamis (10/3).

Untuk itu, kata dia, Pemerintah Kota Surabaya telah berkoordinasi dengan berbagai pihak dari lintas sektor seperti Satgas Pangan untuk memantau ketersediaan bahan pokok di sejumlah pasar dan distributor.

Selain menggelar operasi pasar rutin, lanjut dia, di kota Surabaya diharapkan tidak terjadi penimbunan bahan pokok agar umat Muslim bisa khusyuk dalam menjalani ibadah puasa.

Dia juga berharap pasca-penetapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Level 2 di Kota Surabaya juga mampu memompa gairah ekonomi di Kota Surabaya.
Di Malang

Sejumlah bahan kebutuhan pokok di wilayah Kota Malang juga mulai naik. Salah seorang pedagang di Pasar Besar Kota Malang, Rahadi (58) mengatakan, kenaikan harga pada sejumlah komoditas bahan pokok di kios miliknya telah terjadi kurang lebih sejak satu pekan terakhir. “Sejumlah bahan kebutuhan pokok sudah naik sejak satu minggu terakhir,” kata Rahadi seperti dikutip Antara, Senin (14/3).

Diungkapkan, sejumlah bahan kebutuhan pokok yang tercatat mengalami kenaikan harga tersebut di antaranya adalah gula pasir, telur dan tepung terigu. Komoditas tersebut mulai mengalami kenaikan meski stok tersedia.

Menurutnya, harga gula pasir naik dari Rp 13.000 jadi Rp 13.500 per kilogram, telur ayam juga naik dari Rp 20.000 jadi Rp 23.000 per kg, dan tepung terigu naik dari Rp 9 ribu jadi Rp 9.500 per kg. “Ketersediaan stok masih cukup dan barang masih ada,” katanya.

Pedagang lain di Pasar Besar Kota Malang, Yuliati menambahkan, selain gula, telur, dan terigu, bawang putih juga mengalami kenaikan harga dari Rp 21.000 jadi Rp 24.000 per kg. “Bawang putih naik cukup banyak, saya tidak tahu mengapa harganya naik. Saya ambilnya naik, jadi juga terpaksa menaikkan harga,” ujarnya.

Rahadi menyebut, komoditas lain yang saat ini masih banyak dibutuhkan masyarakat namun dengan harga yang masih tinggi adalah minyak goreng. Saat ini, harga satu liter minyak goreng dijual Rp 16.000 per liter, di atas ketentuan pemerintah Rp 14.000 per liter.

Menteri Perdagangan dan Kapolri saat melakukan inspeksi mendadak

Sementara itu, Selasa (15/3/2022) kemarin, Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi , bersama Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, melakukan inspeksi mendadak ke pabrik migor PT Bina Karya Prima di kawasan Jakarta Utara. Usai melakukan sidak, Mendag mengakui, meski penyaluran migor sudah berjalan, namun harga di pasar masih belum sesuai ketentuan.

“Kenyataannya meskipun barangnya ada, harganya belum sesuai. Kita masih melihat kemungkinan-kemungkinan karena tingginya harga dunia, menyebabkan orang-orang yang sebelumnya tidak berpikiran untuk berbuat curang, bisa tiba-tiba berbuat curang,” kata Mendag saat sidak ke PT Bina Karya Prima Gudang Ex Hargas.

Padahal, lanjut dia, dalam 28 hari terakhir, telah terkumpul 500 juta liter minyak goreng di masyarakat. “Ini yang kita cek dan kita mau memperingatkan kepada mafia-mafia migor yang berusaha untuk mendapatkan keuntungan sesaat. Ini kita akan datang dan kita tertibkan kita akan sikat bersama,” lanjut Mendag.

Kapolri Listyo mengatakan, sidak dilakukan untuk meninjau langsung proses kebijakan DMO yang diputuskan oleh Mendag. Sidak itu dilakukan untuk melihat langsung bagaimana diberlakukannya kebijakan domestic market obligation (DMO), domestic price obligation (DPO), dan harga eceran tertinggi (HET).

“Tadi kita langsung bicara dengan para produsen CPO yang melakukan kebijakan DMO. Kita tanyakan dari bahan olein dijual sesuai HET, Rp 10.300. Dan beliau terima dari produsen CPO dengan harga Rp 9.100. Kemudian diolah, dan beliau menjual dengan harga sesuai HET, Rp 14.000,” terangnya.

Terkait hasil temuan lapangan, Kapolri mengaku masih belum bisa mengungkapkan dan masih melakukan pendalaman. “Saya belum bisa jawab terkait fenomena yang terjadi, yang jelas dengan adanya kelangkaan ini membuat ada antrean panjang di masyarakat. Karena memang ada yang butuh distop, ada juga yang untuk keperluan lain. Ini yang sedang kita dalami,” lanjut Listyo.

Menurut Kapolri, distribusi minyak goreng dari produsen dilakukan dengan tepat waktu dan harga sesuai ketentuan HET. Selain itu, produksi produsen juga meningkat sehingga seharusnya tidak terjadi kendala pasokan.

“Produksi 2 kali lipat, dari sini nggak ada masalah. Kita akan cek yang lain kenapa harga naik dan di pasar jumlahnya menurun atau langka, ini yang akan kita pastikan. Kita mendengar bagaimana proses menerima DMO, kemudian diproses dan dikirim ke supplier hingga ke distributor sampai supir, semua jawabannya sama,” ujarnya sembari menyebut temuan tersebut akan dijadikan acuan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan ke wilayah lainnya.

Sebelumnya, dalam siaran pers Kementerian Perdagangan Senin (14/3/2022) disebutkan, menindaklanjuti arahan dari Presiden Joko Widodo agar minyak goreng segera tersedia di pasar, Mendag Lutfi turun ke lapangan untuk memastikan pabrik migor bekerja keras untuk menyediakan stok dan sampai ke masyarakat. Dalam kunjungan mendadaknya Senin, Lutfi didampingi Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Oke Nurwan dan diterima oleh CEO PT BKP Fenika Widjaja.

Fenika menyebut pada periode 1-12 Maret 2022, PT BKP telah memproduksi 23,49 juta liter minyak goreng. Dari jumlah tersebut 12,87 juta liter diproduksi di pabrik yang berlokasi di Marunda, Jakarta Utara. Rata-rata produksi hariannya mencapai 1,43 juta liter/hari.

Produksi juga dilakukan di pabrik yang berlokasi di Gresik, sebanyak 10,62 juta liter dengan rata-rata produksi hariannya mencapai 1,18 juta liter per hari. Produksi minyak goreng PT BKP dilakukan setiap hari nonstop (setiap saat 24/7 atau 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu).

Diungkapkan pula, pada periode 1-12 Maret, BKP telah mendistribusikan minyak goreng ke sejumlah wilayah di Indonesia dengan jumlah total 26,14 juta liter. (ret, ins)

 

baca juga :

11 Juni: Bertambah 265, Pasien Positif COVID-19 di Jatim Jadi 7.096 Orang

Redaksi Global News

Partai Pengusung dan Tim Sukses Miliki Kewajiban Tingkatkan Parmas Saat Pilkada

Redaksi Global News

Cak Ji: Pencitraan Itu Baik Asal Dilakukan untuk Kebaikan

Redaksi Global News