Global-News.co.id
Secangkir Kopi

Ada Apa dengan Tahu Tempe

SETELAH sempat mogok, perajin tahu tempe kembali produksi mulai Kamis (24/2/2022) hari ini. Perajin tempe di Putat Jaya, Surabaya, Jarwo Susanto, mengatakan, tempe sudah diproduksi dan dijual lagi. Ia juga tidak mengurangi ukuran tempe atau menaikkan harga jual tempe.

“Besok sudah ready, sudah bisa produksi lagi, bisa jual lagi. Ukurannya sama, harga
tetep. Agar ga lari pelanggan saya. Cuma berharap sama pemerintahan, kebijakannya
agar cepat turun harga kedelai,” ujar Jarwo.

Para penjual makanan di Surabaya pun akhirnya bisa bernapas lega. Karena para perajin tahu dan tempe di Kota Pahlawan akan mengakhiri mogok produksi. Salah satu penjual makanan di Tenggilis, Atik mengaku selama para perajin mogok, dia terpaksa harus menyetok persediaan tahu dan tempe. Bahkan untuk menghemat dia juga harus mengiritnya.

“Iya akhirnya besok udah ga mogok. Karena kan dari Senin susah, aku aja nyetok
hari Minggunya buat 3 hari,” kata Atik, Rabu (23/2).

Atik mengaku selama ini memang dia selalu membeli tempe dan tahu ke perajin langsung di Kampung Tempe Tenggilis. Namun saat mogok 3 hari, ia harus mengurangi tahu dan tempe.

“Tapi itu pun jualnya terpaksa sedikit-sedikit. Kalau besok sudah jual lagi (perajin
tahu tempe), masakannya juga enak, jangkep kabeh. Kan tahu tempe akeh seng cari,” jelasnya.

Atik sendiri selama ini berjualan nasi pecel dengan lauk bermacam-macam yang didominasi dari olahan tahu tempe. Tempe sendiri merupakan lauk favorit selain
tempe goreng, tahu bali, tempe tepung dan tempe kering. Dia juga berharap agar keluhan perajin tahu tempe mendapat perhatian dari Pemerintah.

Sebuah permintaan yang tidak muluk-muluk, tapi sudah bertahun-tahun disuarakan belum juga bisa dipenuhi. Mengapa? Sebab harga kedelai masih mahal. Yang aneh masih impor lagi.

Padahal, Indonesia kan negara agraris. Negara pertanian. Termasuk kedelai, bukan!? Tapi mengapa rakyatnya yang sangat senang tahu tempe, bahkan nyaris jadi makanan pokok, negara tidak bisa memenuhinya, sehingga harga kedelai masih
mahal. Masih impor.

Hal itu yang membuat para produsen tempe sambat. Membuat penjual makanan tahu tempe kelimpungan saat produksi seret. Para penggemar tahu tempe harus menunggu tiga hari
sebab produsennya mogok produksi? Ada apa dengan negara ini yang belum bisa mengatasi masalah yang dikeluhkan perajin tahu tempe?

Sama seperti masalah pertanian lain, mulai kelangkaan pupuk, masalah bibit, obat pembasmi hama dan lain-lain, dunia pertanian kita perlu reformasi mendasar, agar masalah ketahanan dan kedaulatan pangan bagi rakyat benar-benar terjaga. Sebab, bila tidak, para perajin tempe dan tahu pasti nanti akan mogok lagi sebab masalahnya belum ada solusi. Hal ini akan menjadi pekerjaan rumah yang menumpuk sebab banyak
masalah pertanian belum ditemukan solusinya. (*)

 

baca juga :

Corona

gas

Impor Pakaian Bekas

Redaksi Global News

Alun-alun Suroboyo

Redaksi Global News