Global-News.co.id
Metro Raya Pendidikan Utama

Walikota Eri Bersama DPRD Surabaya Tinjau Hari Pertama PTM 100 Persen

Walikota Surabaya Eri Cahyadi bersama pimpinan dan anggota DPRD Kota Surabaya meninjau pelaksanaan PTM di minggu pertama ini

SURABAYA (global-news.co.id) – Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen bagi PAUD, TK, SD dan SMP di Kota Surabaya mulai berlangsung, Senin (10/1). PTM di minggu pertama ini, dibagi dalam dua shift. Yakni shift pertama 50 persen dan shift kedua 50 persen dengan menyesuaikan kondisi sekolah masing-masing.

Walikota Surabaya Eri Cahyadi bersama pimpinan dan anggota DPRD Kota Surabaya meninjau pelaksanaan PTM di minggu pertama ini. Lokasi pertama yang dikunjungi SMPN 19 Surabaya, Jl Arief Rahman Hakim No 103B.

“Alhamdulillah pada pagi hari ini kita melihat semua kesiapan sekolah. Ini dihadiri para Pimpinan DPRD Kota Surabaya dan Komisi D DPRD Kota Surabaya, ada Ketua PGRI,” kata Walikota Eri.

Dari hasil tinjauannya, Eri menyatakan, pelaksanaan PTM di minggu pertama ini sudah sesuai dengan apa yang diharapkan. Misalnya, di sekolah telah tersedia tempat cuci tangan, alat pengukur suhu hingga barcode PeduliLindungi.

“Yang kedua, ketika masuk sekolah, ada jaraknya antar bangku, minimal 1 meter atau 100 cm. Karena ada jarak 1 cm, tidak cukup 100 persen. Makanya kita buat dua shift, tapi tetap 100 persen, hanya saja tidak dalam satu waktu. Jadi yang pertama jam 6.30 – 10.00 WIB, kedua jam 10.00 – 13.00 WIB,” ujarnya.

Walikota Eri berharap, para wali murid khususnya dari pelajar jenjang SD memberikan izin anak-anaknya mengikuti PTM. Meski dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri hal itu sudah tak diperlukan, namun perizinan dari wali murid dinilainya sangat penting.

“Insya Allah sambil berjalan kami dari pemkot dan DPRD sambil evaluasi akan kita wajibkan semua masuk 100 persen, tapi tetap dengan dua shift. Kenapa dua shift? Kita meyakinkan kepada wali murid bahwa persyaratan yang satu meter juga kita lakukan, jadi nggak ada tumpuk-tumpukan,” ujarnya.

Dalam pelaksanaan PTM ini, kata dia, pelajar tidak diberikan waktu istirahat untuk ke luar kelas. Sehingga semua aktivitas dilakukan di dalam kelas. Bahkan, kantin dan perpustakaan untuk sementara ditutup agar memudahkan guru mengontrol para siswa dan lebih mudah melakukan evaluasi.

“Ini bentuk dari ikhtiar kita. Karena bagaimanapun pendidikan kalau lewat hybrid terus karakter jiwa yang hebat juga akan hilang. Kalau online terus anak jadinya individualis. Sehingga pemkot dan DPRD meyakinkan kita berani lakukan (PTM) dan kita coba,” tegasnya.

Anggota Komisi D DPRD Surabaya, Herlina Harsono Njoto juga mengatakan hal yang sama. Menurut dia, pelaksanaan PTM 100 persen sesuai progress yang ditentukan. Mulai dari penerapan jarak 1 meter antar siswa hingga dilakukan secara 2 shift.

“Saya berharap nanti ini akan dilakukan monitoring dan evaluasi secara bertahap, juga memantau kondisi pandemi yang ada di Surabaya. Sehingga nanti ketika pandemi sudah terkontrol, bisa ditingkatkan benar-benar 100 persen PTM di sekolah,” kata Herlina.

Meski begitu, Herlina juga berharap ada pengecualian terhadap siswa yang memang memiliki gangguan kesehatan. Menurutnya, secara mutlak siswa yang tidak dapat mengikuti PTM karena gangguan kesehatan, tidak bisa dikatakan membolos sekolah.

“Saya berharap (PTM) tetap mengutamakan faktor kesehatan, aman dan nyaman. Mengutamakan kesehatan anak-anak itu kemudian harus jadi prioritas utama,” kata dia. (pur)

baca juga :

Piala Presiden 2022: Enam Klub Lolos ke Perempat Final

Ditangani Ole Gunnar Solskjaer, MU Bukan Tim Kolektif tapi Tim Individual

Redaksi Global News

Bali United Gabung Grup G Piala AFC, Rahmat Optimistis

Redaksi Global News