PAMEKASAN (global-news.co.id) –Bupati Pamekasan Baddrut Tamam Jumat (7/1/2022) siang menggelar Silaturrahmi dengan Buya Arrozy Hasyim, di Ruang Peringgitan Dalam Rumah Dinas Bupati Pamekasan. Silaturrahmi dihadiri oleh Wakil Ketua DPRD Pamekasan Moh. Syaifiudin, Sekdakab Pamekasan, staf ahli dan asisten dan seluruh OPD di lingkungan Pemkab Pamekasan.
Baddrut Tamam dalam sambutannya mengatakan Pemkab punya dua gerakan tujuannya menuju surga, yang pertama berupa gerakan solawatan, yang digelar tiap malam Jumat di Pendopo Kabupaten, di kecamatan hingga desa.
“Saya yakin itu Allah siapkan alam semesta karena nur Muhammad, sehingga solawat kita kerjakan di pendopo, kecamatan dan desa tiap malam Jumat. Dilanjutkan dengan doa untuk para pendiri daerah ini dan mantan para pejabat dan kita agar dapat kemudahan,” katanya.
Yang kedua gerakan berupa program kerja pemerintah. Pertama berupa beasiswa santri, yang ingin menghafal al Quran, beasiswa prestasi, beasiswa mendidik calon dokter, memfasilitasi pendidikan kedinasan, program bidang ekonomi WUB dan lain sebagainya.
Sementara Buya Arrozy dalam taushiyahnya menyampaikan materi tentang perlunya seseorang termasuk kalangan pemimpin meluruskan hati dan berdzikir dalam melaksanakan tugasnya. Dengan berdzikir seseorang tidak akan tergantung kepada makhluk, akan tetapi tergantung pasrah pada Allah SWT.
Dia lalu menyinggung tentang profesi sebagai karyawan atau ASN. Bagi ASN yang mentalnya cuma kerja pagi pulang malam dapat gaji dapat tunjangan, kata dia, mental ini tidak akan baik dan akan jadi beban. Karena kalau targetnya tak tercapai dia tidak bersyukur.
Seorang ustad ulama pemimpin agama dan pemimpin pemerintahan, kata dia, hampir sama. Bedanya kalau ulama dasarnya dalil dan hadis, sementara pejabat pemerintah membawa hukum dan Undang undang. Jika bergabung dalam satu sosok, kata dia, pemimpin agama juga pemimpin negara sangat utama.
“Wiridnya para pemimpin pemerintahan itu banyak baca dzikir, bagaimana meniru sikap Allah. Pemimpin itu wiridnya adil dan amanah, maka ketika seorang pemimpin amanah dengan tugasnya, itu dia sedang wirid. Ketika seorang pemimpin dia adil dalam sikapnya itu real wirid,” terangnya.
Kalau seorang berdizir yang dapat keutamaan dirinya sendiri. Tapi kalau pemimpin yang punya kebijakan lalu bertugas dengan adil bijaksana dan baik, maka yang mendapatkan hasilnya bukan hanya dirinya namun juga orang banyak masyarakat umum atau rakyat. Beragama, kata dia, adalah hikmah artinya kebijaksanaan.
“Jika engkau punya murid seorang pedagang, jangan disuruh mengamalkan wirid santri. Jika muridnya seorang raja, maka jangan suruh wirid dengan wiridnya tentara. Jika muridnya tentara, jangan kau suruh wirid dia seperti wiridnya ibu rumah tangga. Beda orang beda wirid, beda orang beda amalan,” jelasnya.
Terkait peran bawahan bagi seorang pemimpin, dia mengungkapkan sebuah hadits yang menegaskan bahwa apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seorang pemimpin, baik pemimpin agama ataupun pemimpin negara, maka Allah jadikan baginya para pembantu dari orang-orang yang sholihah, yaitu orang yang serasi antara lisan dan qalbunya.(mas)