Global-News.co.id
Gresik-Sidoarjo-Mojokerto Kesehatan Utama

Jumlah Stunting Kota Mojokerto Terendah se-Jatim, Ning Ita Targetkan 5 Persen

Penuh perhatian Ning Ita pada para Balita dan upaya cegah stunting di wilayahnya

MOJOKERTO (global-news.co.id) – Data  laporan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) oleh Kementrian Kesehatan tahun 2021, Kota Mojokerto tercatat sebagai kota dengan nilai prevalensi balita stunted paling rendah di Jawa Timur (9/1),  yakni sebesar 6.9 persen.

Pada tahun-tahun sebelumnya, nilai prevalensi stunting di Kota Mojokerto juga menunjukkan tren penurunan. Pada tahun 2018, tercatat sebesar 9.95 persen dan tahun berikutnya menjadi 9.04 persen. Memasuki tahun 2020, angka tersebut kembali turun menjadi 7.71 persen. Tren penurunan itu tentu mencerminkan komitmen serius Pemerintah Kota Mojokerto yang senantiasa berupaya menekan kasus stunting di tengah warganya.

Sekretaris Dinkes P2KB Kota Mojokerto, dr. Farida Mariana menjelaskan, berbagai kegiatan yang selama ini dilakukan pihaknya guna menurunkan stunting.

“Stunting ini memang salah satu persoalan yang benar-benar kami kawal. Ada program preventif, melalui edukasi yang rutin bagi remaja, calon pengantin, dan ibu hamil. Lalu juga ada pemeriksaan gizi rutin bagi ibu hamil, bayi, balita, dan anak-anak,” ungkapnya saat diwawancarai melalui sambungan telepon WhatsApp.

Ia juga menambahkan, keberhasilan atas capaian tersebut juga tidak lepas dari sinergi berbagai pihak di lingkungan Pemkot Mojokerto. Sebab stunting merupakan persoalan yang kompleks, sehingga tidak akan bisa terpecahkan jika hanya upaya dari Dinkes P2KB saja.

Lebih lanjut, selain sinergitas dari unsur pemerintah, dr. Farida juga mengharapkan peran aktif dari masyarakat. “Tidak bisa hanya dari pemerintah, masyarakat harus siap berperan. Masyarakat harus cerdas,” ujarnya.

Mengingat, hasil survei salah satu Puskesmas menunjukkan bahwa masih adanya kasus stunting di Kota Mojokerto bukan disebabkan oleh faktor ekonomi seperti kebanyakan daerah, melainkan kurangnya kesadaran terhadap pola asuh yang benar. Terutama pada kalangan ibu muda, yang sebenarnya termasuk kelompok ekonomi menengah ke atas dan telah mengenyam pendidikan minimal 12 tahun.

Meskipun terbilang kecil dan sudah jauh dari ambang batas yang ditargetkan pada kota, yakni 19,5 persen, Pemkot Mojokerto akan terus berusaha menurunkan persentase yang ada.

Lebih spesifik, Walikota Ning Ita bahkan menargetkan prevalensi stunting di Kota Mojokerto mencapai 5 persen di tahun 2023. Hal itu pernah diungkapkan saat acara Obat Baper (Obrolan Jumat Bersama Walikota, Penyuluh KB, dan Kader) beberapa waktu lalu (3/12).

Menyambut hal itu, dr. Farida mengaku, pihaknya setuju dan siap. “InsyaAllah siap. Tapi tentu harus ada dukungan berbagai OPD dan elemen masyarakat. Karena ini tugas besar,  mengingat penanggulangan stunting menjadi salah satu ikhtiar untuk memanfaatkan bonus demografi demi mencetak generasi emas 2045,” katanya. (bas, ins)

baca juga :

Pembubaran HTI Dinilai Terlambat

Redaksi Global News

Bupati Baddrut Tamam Terima Bantuan CSR dan Korban Longsor dari BRI Pamekasan

gas

2026, Pertamina Targetkan Pengembangan Kilang Balongan Tuntas

Redaksi Global News