SURABAYA (global-news.co.id) –
Pemkot Surabaya kembali menggelar Awarding Kampung Pendidikan-Kampunge Arek Suroboyo (KP KAS) Tatanan Normal Baru 2021 di Lobi Lantai 2 Balai Kota Surabaya, Kamis (9/12). Kegiatan itu digelar untuk menciptakan kampung ramah anak dan keluarga, khususnya pada masa pandemi Covid-19.
Dalam acara itu, Walikota Surabaya Eri Cahyadi memberikan penghargaan kepada 10 kampung dengan enam kategori perlombaan, yaitu Kampung Belajar, Kampung Asuh, Kampung Sehat, Kampung Aman, Kampung Kreatif-Inovatif, dan Best of The Best.
Walikota Eri menyampaikan terima kasih kepada seluruh kampung yang sudah ikut serta dalam Awarding KP KAS Tatanan Normal Baru 2021. Dia berharap, para pemenang bisa menjadi mentor untuk kampung-kampung yang lainnya.
“Matur nuwun (terima kasih) juga kepada seluruh dewan juri dan terima kasih kepada Unesa (Universitas Negeri Surabaya) yang telah melakukan pendampingan kepada kampung-kampung, melalui program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM),” kata Walikota Eri.
Dia juga mengajak seluruh perguruan tinggi yang ada di Kota Surabaya memberikan pendampingan kepada kampung-kampung di Kota Pahlawan. Menurutnya, melalui program MBKM ini, para mahasiswa bisa langsung mengimplementasikan kemampuannya di lingkungan masyarakat.
“Kalau semua perguruan tinggi ikut memberikan pendampingan kepada masyarakat lewat program Merdeka Belajar Kampus Merdeka, Insyaallah kampung-kampung ini akan jauh lebih baik dari sebelumnya,” ujar dia.
Mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeko) Kota Surabaya itu mengaku khawatir dengan perkembangan Kota Surabaya. Dia tak ingin, budaya kampung di Kota Surabaya tergerus oleh perubahan zaman.
“Melalui Kampung Pendidikan dan pendampingan dari para mahasiswa serta tenaga pengajar, akan ada formula bagaimana kampung ini bisa bergerak mengikuti perubahan zaman. Serta mampu menjadi kampung yang ramah anak dan keluarga,” ungkap dia.
Sementara itu, Direktur Vokasi Unesa, Martadi, menjelaskan, sinergi program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) yang diterapkan menghasilkan kemajuan yang signifikan untuk kampung-kampung yang telah mendapat pendampingan di Kota Surabaya.
“Jadi proses ini adalah KKN (Kuliah Kerja Nyata) untuk para mahasiswa dan langsung ditempatkan di kampung-kampung pendidikan. Total kami menerjunkan 68 mahasiswa selama enam bulan untuk melakukan pendampingan secara intensif,” kata Martadi.
Pada proses pendampingannya, Martadi menerangkan, para mahasiswa memulai dengan melakukan identifikasi potensi di kampung tersebut. Selanjutnya, mereka merancang program yang menjadi indikator kampung pendidikan dan menyusun dokumen hasil dari implementasi program, hingga melakukan evaluasi akhir .
“Dasar identifikasinya adalah dari para Camat dan Lurah, kampung mana saja yang perlu didorong untuk ikut Kampung Pendidikan. Lalu mereka dikumpulkan untuk dilakukan sosialisasi dan dipertemukan dengan para pengurus kampung untuk merancang program,” ujar dia.
Martadi berharap, melalui pendampingan ini, anak-anak di Kota Surabaya bisa kembali memiliki ruang mengaktualisasikan diri. Sebab, selama pandemi Covid-19, anak-anak Kota Surabaya masih melaksanakan proses belajar dari rumah (BDR). “Karena kalau BDR tidak tersalurkan, maka energi anak-anak kita akan sia-sia dan bisa menimbulkan persoalan baru,” kata dia. (pur)