Global-News.co.id
Ekonomi Bisnis Gresik-Sidoarjo-Mojokerto Utama

Investasi Warga Ketapanrame Untung, Fakir Miskin dan Anak Yatim Pun Tersenyum

Balai Desa Ketapanrame, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur tampak indah dan gagah

KETAPANRAME menjelma menjadi desa yang rame (ramai). Bukan sekadar ramai oleh hiruk pikuk dan lalu lalang orang atau kendaraan. Namun perputaran perekonomian desa ini jauh melejit. Kemajuannya luar biasa, dan itu berbeda jauh dibandingkan dengan sekitar 5-6 tahun yang lalu.

Oleh: Edi T Jatmiko

PEMERINTAH Desa (Pemdes) Ketapanrame, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, seolah ingin unjuk gigi, bahwa letak desa yang ada di lereng gunung bukan kendala dalam upaya menyejahterakan warga. Mereka tak pernah lelah berinovasi guna melahirkan ide-ide kreatif. Tak pernah takut mencoba dan terus mencoba.

Desa Ketapanrame terletak pada ketinggian sekitar 800 hingga 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl). Posisinya ada di antara lereng Gunung Welirang dan Gunung Penanggungan dengan potensi sumber daya alam (SDA) maupun sumber daya manusia (SDM) yang seolah tanpa cela.

Kepemimpinan sang kepala desa (Kades), H Zainul Arifin, SE, antara lain juga berandil besar dalam manajemen pengelolaan desa. Sosok yang low profile, cakap dan bijaksana mengurus desa. Itu salah satu kunci kesuksesannya dalam menyejahterakan dan memamurkan warga desa.

“Ya Alhamdulillah, warga  Ketapanrame adalah orang-orang yang hebat. Mereka rajin bekerja, nggak peduli itu di sawah, ladang, kebun, berdagang, kerja swasta atau sebagai pegawai negeri,” ujar Kades Zainul Arifin, yang kepemimpinannya memasuki periode ketiga itu.

Menurut Kades, dari sekitar 6.000 jiwa lebih jumlah penduduk yang tersebar di tiga dusun yakni Dusun Sukorame, Ketapanrame dan Dusun Slepi, warganya sangat dinamis. Jika sekitar 5-6 tahun lalu masih dominan bercocok tanam, kini mereka lebih banyak berdagang dan bergerak di sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah). Dinamika dan pergeseran pekerjaan itu begitu terasa.

“Karena kita tahu, bahwa kesejahteraan dan kemakmuran hanya bisa dicapai dengan kerja keras dan kerja cerdas,” lanjut Kades. Ya, begitulah masyarakat Ketapanrame dalam mencapai kesejahteraan dan kemakmuran. Cerdas di sini dimaknai kreatif dan inovatif hingga berbuah prestasi prestisius. Dan kerja keras adalah giat melakukan aktivitas di segala medan.

Ketapanrame merupakan desa yang sarat prestasi. Itu semua tak lepas dari kemampuan, kemauan, dan keguyuban mereka. Warganya dinamis. Mereka tak sulit diajak maju, meskipun dalam rapat-rapat atau pertemuan kadang muncul friksi dan beda pendapat. “Itu wajar saja ada yang berpikiran beda atau berseberangan,” tambah Kades Zainul.

Kondisi alam dan keadaan tanah di Ketapanrame sangat subur, karena desa berluas sekitar 345.460 hektar itu berada di kawasan pegunungan dengan tingkat kemiringan desa 35°. “Apa pun bisa ditanam, terutama buah-buahan, sayur-sayuran dan tanaman keras lainnya,”  lanjutnya.

Tidak hanya olahan lahan pertanian yang membuahkan hasil, namun kreativitas yang mereka lakukan dengan berbagai inovasi dan kreasi yang muaranya berujung prestasi. Desa yang memiliki beberapa objek wisata alam maupun buatan itu meraih prestasi mengagumkan. Mulai level kabupaten hingga tingkat nasional. “Kami bangga atas capaian itu. Semuanya tidak bisa diraih tanpa kerja sama dan gotong royong. Sifat gotong royong itulah yang terus kami pertahankan, dan kami tanamkan di masyarakat,” imbuh Kades.

Pemikiran warga kerap memunculkan ide-ide kreatif, inovatif dan cerdas. Program desa seringkali lahir dan muncul dari warga, yang di dalamnya termasuk perangkat desa, sehingga prestasi pun bisa diraih. Contohnya, juara I BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) tingkat Jawa Timur Tahun 2020, juara I tingkat nasional Desa Sejahtera Astra (DSA) Tahun 2020 dan capaian-capaian lain sebelumnya, antara lain meraih terbaik IV tingkat nasional lomba gotong royong tahun 2019.

Keberhasilan menyabet prestasi juara I lomba Desa Sejahtera Astra diraih dengan menyisihkan lebih dari 750 desa dari 34 provinsi se-Indonesia. “Kami juga kaget, Desa Ketapanrame mampu menjadi juara I. Padahal sistem penilaiannya juga nggak kami ketahui, karena dilakukan dengan cara daring (dalam jaringan),” kata Sekretaris Desa (Sekdes), Rokhmad Syafi’i, menambahkan.

Astra memiliki program kontribusi sosial berkelanjutan yakni Kampung Berseri Astra (KBA) dan Desa Sejahtera Astra (DSA). Ada 133 Kampung Berseri Astra, 930 Desa Sejahtera Astra dan 397 penerima SATU Indonesia Awards –70 penerima tingkat nasional dan 327 penerima tingkat provinsi– yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kampung Berseri Astra merupakan program kontribusi sosial berkelanjutan Astra yang diimplementasikan kepada masyarakat dengan konsep pengembangan yang mengintegrasikan 4 pilar program kontribusi sosial Astra yaitu kesehatan, pendidikan, lingkungan & kewirausahaan.

Melalui program Kampung Berseri Astra ini masyarakat dan perusahaan dapat berkolaborasi untuk bersama mewujudkan wilayah yang bersih, sehat, cerdas dan produktif sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat di wilayah Kampung Berseri Astra.

Sedangkan program Desa Sejahtera Astra yang juga menjadi bagian dari Kontribusi Sosial Berkelanjutan (CSR) Astra merupakan terobosan inovasi yang membantu UMKM untuk naik kelas. Tidak hanya dalam bentuk dukungan finansial, Astra juga memberikan dukungan pendampingan UMKM demi meningkatkan kualitas para penggelut UMKM di desa – desa.

DSA lebih difokuskan pada pengembangan ekonomi desa, dengan memberikan nilai tambah melalui pelatihan, pendampingan, bantuan prasarana, permodalan dan penggalian offtaker pada produk unggulan kawasan perdesaan.

Taman Ghanjaran beserta wahananya ternyata menjadi salah satu daya tarik wisata di kawasan Trawas, Kabupaten Mojokerto

Salah satu unit usaha BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) Ketapanrame yang paling menonjol adalah Unit Pariwisata, yang bermitra dengan kelompok usaha bersama (KUB). Unit ini mampu bertahan di saat pandemi virus Covid-19 menghantam negeri ini. Meski tertatih-tatih, toh lini usaha yang  dikembangkan ini masih bisa bertahan dan menghidupi warganya. Masa pandemi tak menyurutkan nyali masyarakat untuk terus beraksi.

Dalam sebuah kesempatan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Abdul Halim Iskandar, Mei 2021 lalu, meminta desa-desa wisata menerapkan protokol kesehatan (prokes) yang sudah ditentukan.

“Kemudian fasilitas cuci tangan dan lain-lain disiapkan. Karena kalau tidak dibuka, ya kasihan juga, dan BUMDes butuh juga,” ujar Mendes PDTT, saat melakukan kunjungan kerja ke Desa Ketapanrame, beberapa waktu lalu. Mendes PDTT ke Desa Ketapanrame dalam rangka meninjau BUMDes setempat serta monitoring pendataan SDGs Desa.

Unit-unit usaha yang dikelola BUMDes Ketapanrame sangat beragam, mulai dari unit jasa pengelolaan air minum, pengelolaan kebersihan lingkungan, pengelolaan wisata, pengelolaan kios dan kandang ternak serta unit simpan pinjam dan kemitraan.

Melihat hasil yang dikelola BUMDes serta perputaran uang di Desa Ketapanrame, Abdul Halim Iskandar atau yang akrab disapa Gus Menteri ini sangat mengapresiasi kerja keras yang dilakukan pemerintah desa untuk memakmurkan warga desa. “Pokoknya duit tidak boleh keluar ya, sudah benar itu. Harus berputar di desa. Semakin desanya makmur, semakin kecil perantauannya,” kata dia.

Gus Menteri juga mengatakan, setelah melalui proses di Kemenkumham selesai, kedudukan BUMDes setara dengan Perseroan Terbatas (PT), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), hanya levelnya saja yang di desa. “Unit usaha air minum itu (Desa Ketapanrame) nanti akan legal dengan adanya badan hukum BUMDes, nanti bisa setara dengan PDAM,” kata Gus Menteri.

Bantu Warga Bekerja dan Sedekah 30 Persen

Sementara itu Sekdes Rokhmad Syafi’i, menyatakan, unit usaha pariwisata ini malah ikut membantu warga yang tak bekerja. Langsung maupun tidak langsung mereka yang kebetulan tidak memiliki usaha atau pekerjaan, ditampung untuk membantu pekerjaan di sana. Mulai menjaga stan wahana, stan kuliner, bertugas di loket-loket, petugas kebersihan hingga menjadi tukang parkir.

Objek wisata yang sedang viral dalam naungan BUMDes Ketapanrame itu adalah Taman Ghanjaran, yang diresmikan Wabup Mojokerto H Pungkasiadi, SH, pada 6 Desember 2018 silam. Diberi nama demikian karena objek wisata itu dari tanah ganjaran atau bengkok yang biasanya menjadi hak kelola perangkat desa. “Karena sekarang dikembalikan ke desa maka tanah-tanah itu dikelola oleh pemerintah desa bersama BPD (Badan Perwakilan Desa) yang mengamanahkan kepada BUMDes,” kata dia.

Rokhmad lantas bercerita soal Taman Ghanjaran yang melibatkan semua warga Ketapanrame. “Di sini (Ketapanrame, red) ada 1.300 KK (kepala keluarga) dan sekitar 6.000 jiwa penduduk. Semua KK kami kumpulkan untuk berembuk, bagaimana enaknya Taman Ghanjaran ini. Mau diapakan, dan dikembangkan seperti apa dan lainnya,” ujarnya.

Akhirnya disepakati urunan atau bahasa kerennya ada dana investasi setiap KK untuk membuat wahana wisata di Taman Ghanjaran. Tetapi tidak semua bisa ikut. Karena tiap KK punya problem berbeda. Hanya sekitar 400 KK yang mau atau kurang dari separo. Masing-masing KK berinvestasi maksimal Rp 10 juta dan terkumpullah dana sekitar Rp 4 miliar.

Investasi warga itu dilakukan per Juni 2020, saat pandemi virus Covid-19 masih ‘berkuasa’. Menurut Sekdes, hanya dengan tekad bulat dan keyakinan tinggi, mereka pun menjalankan usaha itu. Ternyata kini hasilnya mulai bisa dirasakan. Investor dalam hal ini warga mendapatkan 10 persen di setiap keuntungan wahana. “Ya alhamdulilah, mereka kini bisa merasakan. Minimal ada pemasukan lain, selain pekerjaan utama atau sehari-hari yang mereka miliki,” lanjut Sekdes.

Salah satu investor warga yang ikut urunan Rp 10 juta, M. Yasin, tak menampik manfaat investasi wahana. Dia bisa merasakan hasilnya. “Bagi kami sekeluarga, itu lumayan ada pemasukan tambahan. Memang awal investasi sempat ragu, tetapi akhirnya kami nekat ikut. Alhamdulillah, mudah-mudahan lancar dan bisa terus berlanjut,” kata Yasin.

Taman Ghanjaran beserta wahananya ternyata menjadi salah satu daya tarik wisata di kawasan Trawas. Tren pemasukan pun cenderung naik. Setidaknya Rp 25 juta perhari. Bahkan pada Bulan Agustus lalu mendapatkan pemasukan sebesar Rp 1,3 miliar. Tren pendapatannya terus cenderung naik.

Kata Rokhmad, sekitar 10 persen atau Rp 130 juta dari Rp 1,3 miliar, masuk ke kas BUMDes. Dari awal tahun hingga November 2020, SHU BUMDes sudah mencapai angka Rp 1,7 miliar. Tahun 2019 SHU-nya Rp 1,2 miliar, yang berarti ada peningkatan signifikan. “Trennya cenderung terus naik,” lanjutnya.

Keuntungan yang diraih Taman Ghanjaran yang merupakan salah satu sayap usaha Unit Pariwisata BUMDes, tidak serta merta membuat mereka pongah. Lupa diri atau jumawa. Justru capaian itu membuat mereka sadar bahwa ada kewajiban yang harus dipenuhi yakni bersedekah untuk fakir miskin dan anak yatim, setidaknya bagi orang yang membutuhkan atau kekurangan di desa setempat.

Teknis bersedekah ini, kata Sekdes Rokhmad, telah disepakati yakni diambilkan sekitar 30 persen dari keuntungan investor yang ikut urunan lebih dari Rp 10 juta. Jadi, keuntungan investasi yang kedua dan seterusnya dipotong 30 persen. Dan itu hanya 40 KK yang ikut lebih dari satu investasi di Taman Ghanjaran.

Sekdes Rokhmad adalah salah satu dari 40 KK yang ikut investasi lebih dari Rp 10 juta. “Ya itung-itung bersedekah untuk warga miskin dan anak yatim piatu. Kami juga sudah membagikan langsung tunai kepada mereka yang berhak. Istilahnya nggendhong ngindhit. Kami bisa meraih keuntungan tetapi juga ikut membantu kaum papa. Biar mereka juga ikut tersenyum merasakan,” kata dia.

Kegagahan dalam menggapai keuntungan itu diimbangi sedekah yang ikhlas, sehingga kehidupan masyarakat di sana setidaknya bisa sejahtera dan makmur. Muaranya adalah peredaran keuangan dan perekonomian desa setempat makin dinamis, tanpa mengesampingkan apalagi meninggalkan golongan warga yang kekurangan. Mereka tetap bisa eksis dan tersenyum merasakan kebahagiaan.

Kolam di balik tugu Taman Ghanjaran mempercantik suasana

Sebenarnya dari desa ini banyak gagasan yang siap dituangkan menjadi program. Tinggal bagaimana pendanaannya. “Kami (desa) ini seperti perusahaan, tetapi tetap ada sisi sosial kemanusiaan,” lanjut Sekdes. Istilah perusahaan adalah dalam menjalankan roda organisasi pemerintahan desa ada perencanaan melalui Musrenbangdes (Musyawarah Perencanaan & Pembangunan Perdesaan) hingga pelaksanaan dan hasil yang dicapai.

Desa Ketapanrame pun berhasil meraup berbagai prestasi juara antara lain berkat keunggulan dan kepemilikan BUMDes atau Badan Usaha Milik Desa dengan Herwanto, SPt, sebagai direkturnya. Keberadaan BUMDes lahir sebelum pemberlakuan Undang-Undang Desa. “Kami justru lebih dulu ada,” kata Herwanto.

BUMDes Ketapanrame yang kala itu berdiri Tahun 2001 dan secara legal formal diakui pemerintah adalah embrio dari BUMDes yang ada dan berkembang saat ini. Kala itu baru satu unit usaha yakni pengelolaan air minum, yang sebelumnya bernama BPAM (Badan Pengelola Air Minum) masih dalam naungan Hippam.

Ada empat unit usaha garapan yang dinaungi BUMDes Ketapanrame yakni Unit BPAM  ‘Tirto Tentrem’, kemudian Unit Kebersihan Lingkungan, Unit Simpan Pinjam dan Unit Pariwisata. “Yang cukup eksis adalah pengelolaan air minum dan pariwisata,” imbuhnya.

Menurut Ketua Unit BPAM Tirto Tentrem, M. Yasin, apa yang dilakukannya adalah berusaha semaksimal mungkin mengembangkan unit usaha yang diketuainya. Apalagi Ketapanrame memiliki banyak sumber mata air dan hanya empat yang dimanfaatkan sebagai bahan baku air minum.

Keempat sumber mata air itu adalah Dlundung dan Bejo yang ada di Dusun Ketapanrame, kemudian sumber air Tandakan dan Sekoro di Dusun Slepi. Ada lagi Sumber Gempong di Dusun Sukorame yang disiapkan serta dikonsep sebagai objek wisata bawah air seperti sumber air Ponggok, Klaten (Jateng). Di Sumber Gempong nanti juga ada pusat kuliner,” tutur Yasin.

Pengelolaan air minum selama ini untuk memenuhi kebutuhan warga desa, vila dan hotel di Trawas dan sekitarnya. Serta dijual hingga ke luar kota. Apalagi TDS (Total Dissolved Solid) yakni jumlah padatan logam terlarut dalam air relatif rendah. “Dan di antara sumber air itu, yang paling rendah TDS-nya di sumber Bejo,” lanjut Yasin.

Sementara itu unit usaha kebersihan lingkungan semata-mata ada guna meningkatkan kualitas hidup warga Ketapanrame. Menurut Sekdes Rokhmad Syafi’i, unit itu ada dengan penerapan sistem 3R yakni Reuse, Reduce dan Recycle. Masalah sampah di masyarakat ini akhirnya bisa tertangani dan tertampung sejak Tahun 2008, yang pengambilan sampahnya seminggu dua kali.

Sedangkan unit usaha simpan pinjam ada seperti umumnya BUMDes di desa-desa lain. Namun BUMDes Ketapanrame memanfaatkan bantuan keuangan (BK) program Pemprov Jatim yakni Jalin Matra (Jalan Lain menuju Masyarakat Sejahtera) yang nilainya Rp 50 juta.

Salah satu sudut di kawasan Sumber Gempong yang kini lebih difokuskan untuk dipoles

Terkait Sumber Gempong, tim Universitas Surabaya (Ubaya), beberapa saat lalu, ikut membantu membangkitkan potensi wisata dan ekonomi warga melalui pengembangan produk unggulan, festival budaya dan layanan jasa pariwisata.

Ketua Pelaksana Matching Fund Ubaya, Veny Megawati ST, MM, SCM, mengatakan, pelatihan dan pengembangan produk unggulan yang diberikan Ubaya merupakan bagian dari pelaksanaan program Matching Fund 2021. Program ini adalah bentuk kolaborasi antara Ubaya sebagai insan Dikti dan DUDI (Dunia Usaha dan Dunia Industri).

Dikatakan, kegiatan Matching Fund 2021 dilaksanakan sejak Agustus hingga Desember 2021. Kegiatan ini juga mendapat bantuan pendanaan dari Program Penelitian Kebijakan Merdeka Belajar–Kampus Merdeka (MBKM) dan Pengabdian kepada Masyarakat Berbasis Hasil Penelitian dan Purwarupa PTS yang diselenggarakan oleh Ditjen Diktiristek Tahun Anggaran 2021.

Veny menuturkan Ubaya telah memberikan pelatihan mengelola produk unggulan, kesenian, sampai melatih anak-anak muda dalam mengembangkan layanan di desa wisata. Anggota yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan terdiri dari mahasiswa, dosen, kepala desa, BUMDes dan masyarakat Desa Ketapanrame.

Kegiatan tersebut, kata Veny, berfokus pada pengembangan potensi desa wisata, khususnya Wisata Sawah Sumber Gempong. Dia mengungkapkan jika hal itu adalah cara memperluas destinasi wisata di Desa Ketapanrame dan menunjukkan kepada masyarakat adanya potensi wisata di Sumber Gempong yang dapat dinikmati wisatawan.

Pihaknya membuat spot foto, pengadaan kostum, pengembangan budaya tari, pembuatan seragam hingga wisata di Desa Ketapanrame berkonsep edu-tourism. “Kami juga membuat wisata berbasis pendidikan bernama Pojok Dolanan yang isinya adalah permainan tradisional anak-anak. Selanjutnya, kami melakukan pengembangan budaya dan wisata,” kata Veny.

Ubaya juga memberikan pelatihan dan pembinaan kepada Warung Teteden yang masih berlokasi di Wisata Sawah Sumber Gempong. Pelatihan yang diberikan mulai dari seleksi menu, pengembangan menu, dan alat saji warung yang memiliki ciri khas unik dengan desain dari kopi.

Kegiatan lainnya adalah pelatihan pembuatan konten video agar desa mempunyai media promosi yang menarik dan bagus. Pelatihan itu juga  bagi UMKM sekitar Desa Ketapanrame. Pihaknya melihat potensi Desa Ketapanrame yang sangat potensial yaitu produk dari kopi. Hal itu membuat Ubaya langsung memberikan branding untuk produk unggulan kopi tersebut dengan nama Kopi Banggoel.

Produk turunan Kopi Banggoel mulai dari kopi biji, kopi bubuk dan kopi yang dikemas dalam bentuk drip bag. Diberikan pula pelatihan barista, kemudian pelatihan pembuatan es krim. Juga membantu mengembangkan home stay dan memberikan pelatihan kepada ibu-ibu membuat produk dekorasi rumah, yang hasilnya ditampilkan saat peresmian Wisata Sumber Gempong dan Festival Desa Berdaya, beberapa waktu lalu. (*)

baca juga :

Lamongan Batasi Jumlah Pengunjung Libur Nataru

Redaksi Global News

Pendaftaran Komisaris dan Direktur Utama PT SKU Diperpanjang

Redaksi Global News

Legenda Tinju Dunia Pemuji Keramahan Orang Indonesia Itu Telah Pergi Selamanya