Global-News.co.id
Kesehatan Utama

Waspadai Gangguan Tulang Belakang Akibat Gaya Hidup

Spesialis bedah saraf, Dr dr Muhammad Faris SpBS (K) Spine, FINSS

SURABAYA (global-news.co.id) – Kerap orang tidak menyadari kalau aktivitas yang dilakukan berpotensi menyebabkan gangguan yang disebut HNP (hernia nucleus pulpolus) atau saraf kejepit. Apa itu HNP?

Penyakit HNP adalah penyakit yang terjadi ketika bantalan ruas tulang belakang keluar/bergeser dan menekan saraf tulang belakang. Jika bantalan yang bergeser tidak sampai menjepit saraf, penderita mungkin hanya merasakan sakit punggung ringan atau tidak merasakan sama sekali. Sebaliknya jika saraf tulang belakangnya sampai terjepit, dapat menyebabkan sakit punggung yang menjalar hingga paha atau kaki. Agar bantalan itu tidak bergeser, tulang belakang harus dihindarkan dari beban yang berat. Kalau kondisi HNP ini dibiarkan akan berpengaruh pada kualitas hidup dan pada kondisi terburuk bisa menimbulkan kelumpuhan.

Spesialis bedah saraf, Dr dr  Muhammad Faris SpBS (K) Spine, FINSS, menyebutkan, pasien yang mengalami cedera pada tulang belakang ini sekarang bergeser pada mereka yang usianya belasan tahun. “Problem yang banyak terjadi adalah akibat life style, seperti posisi duduk yang salah, salah ngegym, dan mengangkat beban,” ujarnya saat ditemui di Indonesia Spine Clinic RS Adi Husada Undaan Wetan.

Bertambahnya usia juga bisa menyebabkan kelenturan bantalan tulang belakang jadi berkurang sehingga rentan cedera.

Situasi pandemi Covid-19 membuat banyak orang terpaksa beraktivitas secara virtual. Mereka menghadap gadgetnya dan duduk selama berjam-jam. Padahal posisi duduk membuat 140% beban tubuh bertumpu pada punggung. Semakin lama duduk, risiko HNP semakin besar. “Kalau posisi duduknya salah, melengkung, punggung jadi semakin berat bebannya. Ini bisa menyebabkan bantalan tulang belakang cedera,” terang alumni Fakultas Kedokteran Unair ini.

HNP juga bisa terjadi akibat mengangkat benda berat. Mengangkat beban yang berat ada tekniknya tersendiri, kalau tidak tahu akan menimbulkan masalah.

Faris menyebut nge-gym pun berpotensi menyebabkan HPN kalau dilakukan tanpa teknik yang benar. “Banyak anak-anak muda berlatih ke gym, tapi tidak menggunakan personal trainer. Mereka itu pokoknya fitness dengan fokus yang penting badan jadi besar tanpa mau mempreparasi otot di daerah tulang belakangnya. Karena itu banyak terjadi kasus HNP di kalangan orang muda,” ujarnya.

Apa gejala HNP? Begitu Anda mengangkat barang, ada sensasi nyeri yang menjalar dari punggung, tangan dan kaki. Faris mengingatkan untuk senantiasa menjaga tulang belakang, karena pada dasarnya penyakit ini bisa dicegah. Di antaranya dengan mengetahui bagaimana posisi duduk yang baik yaitu menggunakan pantat sebagai tumpuan dan bukan punggung.

Selain itu, hindari mengangkat berat dengan membungkuk. Angkat dengan posisi jongkok, setelah jongkok mengangkat . “Mengapa posisi jongkok ini dianjurkan, karena dengan posisi jongkok, kalau beban itu berat maka jangan diteruskan, kita harus minta tolong orang. Kalau kita mengangkat sambil membungkuk, maka beban itu dipaksa diangkat dan risikonya adalah cedera pada tulang belakang,” terangnya.

Muhammad Faris saat memberikan penjelasan

Ditambahkan posisi duduk lama akan meningkatkan risiko HNP. Berdasarkan penelitian yang dilakukan tahun 70-an, dalam posisi duduk, beban pada bantalan punggung sebesar 140%. Kalau berdiri, beban pada bantalan sebesar 100%, saat tidur beban bantalan sebesar 26%, membungkuk naik jadi 190%. Sementara kalau duduk sambil mengangkat beban, beban pada bantalan naik 225%. Beban membuat otot yang memegang tulang belakang itu lemah. Saat lemah gampang terjadi HNP.

“Kalau ada yang bilang, ‘saya duduk saja kok dok, nggak banyak ngangkat-ngangkat’. Justru itu menyebabkan bantalan tulang punggung jadi statis tekanannya dan meningkat persentisnya. Kalau ini terus terjadi bantalannya jadi menipis. Ditambah kalau duduk lama dan jarang latihan, otot yang memegang  tulang belakang jadi lemah. Di saat lemah gampang terjadi HNP,”  ujar Faris.

Agar terhindar dari risiko HNP, Faris menyarankan setelah 2 jam duduk, berdirilah dan jalan-jalan sejenak lalu lakukan peregangan (stretching). Penting juga berkonsultasi dengan fisioterapi untuk mencari tahu bagaimana penguatan otot-otot punggung.

Di kliniknya, Faris tak hanya mendiagnosa dan melakukan terapi, tapi juga memberikan pembelajaran. “Kami mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan tulang belakang, sehingga tidak sampai muncul permasalahan yang dapat mengganggu kualitas hidup dan kegiatan sehari-hari,” ujar dokter yang lewat akun Instagramnya kerap membagikan tips mencegah cedera pada tulang belakang hingga membuat banyak orang mengenal keahliannya.

Dari edukasi yang diberikan, secara online atau langsung di tempat praktiknya, tak sedikit pasien yang awalnya akan menjalani operasi di luar negeri berubah pikiran. Salah satunya crazy rich asal Surabaya, Steven Setiono.

Penanganan HNP ini bisa dilakukan dengan endoskopi yang sifatnya lebih cepat. Dengan prosedur minimally invasive ini, 6 jam setelahnya pasien sudah bisa jalan-jalan.  Usia bukan halangan untuk menjalani operasi penanganan HNP.

Dalam perjalanan karirnya sebagai spesialis bedah saraf tulang belakang, Faris pernah pula mengoperasi pasiennya yang berusia 100 tahun lebih. “Terbukti kualitas hidupnya jadi lebih baik. Dia nggak kesakitan lagi,” katanya.

Faris juga meminta masyarakat untuk aware sejak dini. “Ketika melihat telapak kakinya flat, itu risiko masalahnya ada di lutut dan terus ke tulang belakang.  Saat mendapati ada nyeri yang menjalar, kaki mengecil satu sisi, telapak kanan dan kiri berbeda. Itu tanda ada masalah punggung, kemungkinan HNP,” pungkasnya. (ret)

baca juga :

GLOBAL NEWS Edisi 262 (17-23 September 2020)

Redaksi Global News

Gudang Senjata Ukraina Hancur, Akibat Tembakan Rudal Hipersonik Rusia

Redaksi Global News

Gubernur dan Wali Kota Surabaya Terima Penghargaan Kapolda Jatim