Global-News.co.id
Ekonomi Bisnis Pendidikan Utama

PEM Akamigas, Ubah Kotoran Sapi dan Limbah Tahu Jadi Biogas

Civitas Akademi Politeknik Energi dan Mineral (PEM) Akamigas, sulap kotoran sapi dan limbah tahu menjadi biogas

BLORA (global-news.co.id) – Bau busuk dan tak sedap khas kotoran sapi dan limbah tahu. Ya, kotoran sapi biasanya dibuang begitu saja atau untuk tambahan pupuk kandang. Pun demikian, dengan limbah cair sisa produksi tahu. Dengan segala keterbatasan, limbah cair ini biasanya hanya dibuang di parit. Sehingga menimbulkan aroma tak sedap.

Di tangan Civitas Akademika Politeknik Energi dan Mineral (PEM) Akamigas, kedua benda ini disulap menjadi biogas. Sehingga bisa dinikmati masyarakat untuk memasak maupun penerangan.

Seperti halnya yang telah diwujudkan dalam Program Pengabdian Masyarakat (PPM) di Desa Brabowan, Kecamatan Sambong dan Desa Kapuan Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, yang dimulai awal Oktober 2021 lalu.

Menurut Dosen PEM Akamigas, Puspataru, masyarakat di Desa Brabowan masih tergolong miskin. Setelah tim pengabdian masyarakat memperoleh informasi, selanjutnya berkoordinasi dengan Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) Blora.

Dari koordinasi tersebut, kata Puspataru, tim disarankan melaksanakan pengabdian masyarakat di Desa Brabowan. Di desa tersebut, ternyata masih banyak warga yang memasak menggunakan kayu bakar.

“Pengabdian Masyarakat PEM Akamigas kali ini adalah pembuatan peralatan biogas dengan memanfaatkan kotoran sapi,” kata dia.

Kotoran sapi ini, lanjut dia, biasanya hanya dibuang atau digunakan sebagai pupuk kandang. Sebenarnya ini masih memiliki fungsi yang belum digali secara maksimal. “Seperti pembuatan biogas ini, yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar pengganti gas LPG dan penerangan,” ungkapnya.

Tim yang diketuai oleh Hafid Suharyadi, akhirnya terjun ke Desa Brabowan untuk memasang dua reaktor biogas di dua titik pemasangan. Sesuai yang disarankan oleh Kepala Desa Brabowan, Indarsih. Yakni rumah keluarga Warti dan keluarga Warji.

“Proses pemasangan reaktornya ini tidak terlalu lama, kurang lebih satu minggu. Sedangkan untuk proses pembuatan biogasnya, dari kotoran sapi mulai dimasukkan ke alat ini hingga bisa digunakan untuk masak dan penerangan memerlukan waktu kurang lebih 5 hari,” ujar Pusparatu.

Setelah proses pemasangan peralatan, kini diserahkan langsung oleh Tim Pengabdian Masyarakat PEM Akamigas kepada Kepala Desa Brabowan (30/10).

“Semoga dari pengabdian masyarakat oleh PEM Akamigas kepada masyarakat Brabowan bisa menjadikan berkah dan manfaat,” ujar Indarsih.

Salah satu warga memanfaatkan biogas 

Warti dan Warji, warga Dukuh Kali Areng, Desa Brabowan ini adalah penerima langsung bantuan pengabdian masyarakat ini juga mengungkapkan kebahagiannya. Ternyata dari kotoran sapinya juga bisa digunakan untuk memasak dan penerangan.

“Alhamdulillah, kula sampun saget masak teng kompor biogas niki saking tlethong sapi kula piyambak (Alhamdulillah, saya sudah bisa masak di kompor biogas ini dari kotoran sapi saya sendiri),” ungkap Warti.

Reaktor biogas juga dipasang oleh PEM Akamigas di Desa Kapuan, Kecamatan Cepu. Untuk mengolah limbah cair tahu menjadi gas.

Sebelum dipasang reaktor biogas, limbah cair tahu dari industri rumah tangga itu, dibuang begitu saja di parit. Sehingga menimbulkan aroma tak sedap. Akibatnya, selain dari timbulnya aroma yang tidak sedap akibat dari proses pemecahan protein yang mengandung sulfur, limbah tahu ini juga bisa menimbulkan bibit penyakit.

Menurut Ketua Tim Pengabdian Masyarakat PEM Akamigas, Toegas S. Soegiarto, limbah cair tahu merupakan bagian terbesar yang kaya akan protein sekitar 40-60%, karbohidrat 25-50%, lemak 10%, dan senyawa organiknya yang masih tinggi. “Ini merupakan hasil dari proses pencucian, perendaman, dan pembuangan cairan dari cairan padatan tahun dan cairan dari proses produksi,” ujar Toegas.

Toegas menjelaskan, limbah cair tahu ini pemanfaatannya masih belum optimal. Bahkan hanya dibuang begitu saja pada perairan. Padahal limbah cair tahu dapat dijadikan bahan baku untuk menghasilkan energi terbarukan dalam bentukan biogas yang diproses pada alat digester.

“Teknologi ini merupakan salah satu solusi mengatasi kesulitan masyarakat akibat kenaikan harga BBM, karena bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar masak hingga penerangan rumah tangga. Terutama untuk industri kecil poduksi tahu ini,” ujar Toegas.

Sekarang ini, peralatan sudah dipasang di industri tahu milik Suwarno warga Desa Kapuan. Sebagai pemilik industri tahu skala rumah tangga. Setelah dilakukan uji coba dan berhasil. Kini peralatan tersebut diserahterimakan kepada keluarga Suwarno untuk pemanfaatannya lebih lanjut (30/10).

“Selain untuk mengurangi pencemaran, limbah tahu,  ternyata memiliki fungsi ganda. Bisa juga untuk menghasilkan bahan bakar rumah tangga,” ujar Kepala Desa Kapuan, Haryono. (rno)

baca juga :

Gubernur Khofifah Tinjau Penanganan Tanggul Ambles di Plumpang Tuban

Redaksi Global News

Peringkat ITS Naik dalam QS World University Ranking by Subject 2021

Titis Global News

Kisah Wartawan Radio Australia Asal Indonesia, Tetap Mempertahankan Ciri Khas Indonesia

Redaksi Global News