Global-News.co.id
Kesehatan Utama

Kasus DBD di Jatim, Tertinggi Situbondo dan Nganjuk Terbanyak Kematian

SURABAYA (global-news.co.id) – Perubahan cuaca dari musim kemarau ke penghujan yang terjadi saat ini memungkinkan perkembangbiakan vektor nyamuk demam berdarah, aedes aegypti meningkat.

Per 8 November 2021, angka kasus demam berdarah dengue (DBD) di Jawa Timur selama 2021 mencapai 4.002 kasus. Meski relatif turun dibanding periode yang sama tahun 2020 yang mencapai 7.964 kasus, masyarakat diingatkan kembali untuk waspada agar tidak terjangkit DBD.

Dari jumlah kasus DBD sebanyak 4.002 itu, tertinggi terjadi di Kabupaten Situbondo yang mencapai 464 orang, menyusul Kabupaten Jember (261 orang), dan Kabupaten Sidoarjo (253 orang). Sementara angka kematian akibat DBD sebanyak 46 orang, terbanyak terjadi di Kabupaten Nganjuk yakni 7 orang.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Dr dr Erwin Astha Triyono, SpPD, menyebutkan, prinsipnya sifat nyamuk Aedes ini sederhana yaitu mencari  tempat air yang bersih untuk berkembang biak. “Di parit tidak ada, justru yang bersih yang harus diwaspadai,” katanya saat dikonfirmasi Selasa (8/11).

Karena itu untuk mencegah DBD adalah dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui 3M Plus, yaitu mendorong masyarakat untuk menutup area-area yang ada airnya, mengubur atau menyingkirkan sampah kaleng serta menguras tempat penampungan air. Plus memberantas larva dan menghindari gigitan nyamuk dengan memasang kelambu, menanam pohon pengusir nyamuk.

“Yang paling penting adalah mencegah jentik-jentiknya agar tidak tumbuh,” ujarnya. “Dan jangan lupa program pemberian abate,” tambahnya.

Dalam upaya mencegah DBD, saat ini digiatkan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik yaitu meningkatkan peran serta dan pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan setiap keluarga untuk pemeriksaan, pemantauan, pemberantasan jentik nyamuk. Selain mencegah, pembudayaan PSN 3M Plus ini juga dimaksudkan mengendalikan penyakit tular vektor, khususnya DBD.

DBD merupakan penyakit di wilayah tropis dan sub-tropis yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti. Gejalanya antara lain ditandai demam 2-7 hari disertai manifestasi perdarahan, penurunan jumlah trombosit hingga mencapai <100.000/mm3.

Nyamuk demam berdarah memiliki siklus berbeda dari nyamuk biasa. Nyamuk aedes ini biasa aktif dari pagi pukul 09.00 sampai sekitar pukul 15.00 untuk menghisap darah manusia yang dapat menyebarkan virus demam berdarah. Sedangkan pada malam hari, nyamuk ini tidur. Karena itu berhati-hatilah terhadap gigitan nyamuk pada siang hari dan cegah nyamuk ini menggigit anak yang sedang tidur siang.

Nyamuk aedes ini mendapatkan virus dengue sewaktu menggigit atau menghisap darah orang yang sakit DBD atau yang di dalam darahnya terdapat virus dengue, tapi tidak menunjukkan gejala sakit. Virus dengue yang terhisap akan berkembang biak dan menyebar ke seluruh tubuh nyamuk, termasuk kelenjar liurnya.

Bila nyamuk tersebut menggigit/menghisap darah orang lain, virus akan dipindahkan bersama air liur nyamuk.  Virus dengue akan menyerang sel pembeku darah kecil (kapiler), akibatnya terjadi pendarahan dan kekurangan cairan bahkan bisa mengakibatkan syok. (ret)

baca juga :

Bukber di Kampus 2 STIE Perbanas Surabaya

gas

4.733 Pasien COVID-19 di Surabaya Sembuh

Redaksi Global News

PPIH Embarkasi Surabaya, Berangkatkan JCH Gelombang Kedua