Global-News.co.id
Kesehatan Metro Raya Utama

Kota Surabaya Masuk Level 1, Pakar Epidemiologi Nilai Memang Pantas

SURABAYA (global-news.co.id) – Kota Surabaya masuk level 1. Hal itu tak lepas dari upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bersama semua elemen masyarakat dalam menangani pandemi Covid-19 di Kota Pahlawan ini. Berbagai upaya itu akhirnya menuai hasil. Kini, kondisi pandemi Covid-19 di Surabaya semakin berkurang.

Bahkan berdasarkan asesmen situasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Kota Surabaya dinyatakan masuk level 1. Namun, dalam Inmendagri Nomor 42 tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Level 4, Level 3, dan Level 2 Corona Virus Disease 2019 di wilayah Jawa dan Bali, Kota Surabaya masih harus menerapkan PPKM Level 3.

Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) Dr Windhu Purnomo mengatakan berdasarkan hasil asesmen Kemenkes, Surabaya memang pantas masuk ke level 1, karena kalau dilihat dari kapasitas respon dan transmisi komunitasnya sudah memenuhi semuanya dan di bawah standar atau level 1 semuanya.

“Kalau dari hasil asesmen Kemenkes, memang pantas Surabaya level 1. Asesmen ini yang terbaik yang kita punya sekarang, karena sesuai dengan acuan WHO. Berbeda dengan dulu ketika masih pakai warna-warni, itu lebih tidak fair. Kalau yang sekarang ini sudah bagus,” kata Windhu.

Ia juga merinci capaian Surabaya dilihat dari transmisi komunitas dan kapasitas respon. Khusus untuk transmisi komunitas ada tiga indikator, yaitu kasus konfirmasi sudah bagus dengan nilai 8,81 per 100 ribu penduduk, angka ini sudah di bawah standar Kemenkes 20 per 100 ribu penduduk. Kemudian untuk rawat inapnya 3,43 per 100 ribu penduduk, angka ini sudah di bawah standar Kemenkes 5 per 100 ribu penduduk. Lalu untuk angka kematian, Surabaya sudah 0,65 dan standarnya Kemenkes tidak boleh lebih dari 1. “Berarti oke semua kalau dilihat dari sini,” kata dia.

Khusus untuk kapasitas respon juga ada tiga indikator, yaitu untuk positivity ratenya sudah 0,41 persen dan jauh di bawah 5 persen sesuai standar Kemenkes. Untuk tracing sekarang di Surabaya sudah 1:20,71 dan standarnya Kemenkes 1:14. Kemudian untuk BOR-nya sekarang 14,45 persen dan sudah jauh dari standar Kemenkes 40 persen. “Jadi, sudah bagus semuanya dan sudah cocok,” tegasnya.

Dalam rapat virtual bersama Satgas Covid-19 Surabaya, ia juga memastikan  Surabaya pantas level 1 karena capaian vaksinasinya. Berdasarkan data terbaru dari Dinkes Surabaya, vaksinasi dosis pertama di Kota Surabaya sudah mencapai 101,32 persen dan khusus lansia sudah mencapai 90,10 persen. Padahal, dari level 2 ke level 1 itu standar vaksinasi dosis pertamanya 70 persen dan untuk lansianya 60 persen.

Selama ini, lanjutnya, jumlah pasien di RS ini menjadi salah satu indikator penentuan asesmen level oleh Kemenkes. Namun, pasien yang dimaksud di RS tidak memandang daerah asal pasien. Padahal, pasien yang dirawat di Kota Surabaya kebanyakan merupakan kiriman dari luar daerah. Apalagi, beberapa RS di Surabaya menjadi rujukan utama di wilayah Indonesia Timur.

Oleh karena itu, Windhu berpesan kepada Kemenkes RI agar memperbarui peraturan mengenai batas pasien RS itu. Seharusnya, asesmen dilakukan berdasarkan jumlah pasien yang berasal dari daerah yang bersangkutan. “Kalau seperti ini terus banyak daerah itu tidak bisa mencapai level yang lebih rendah karena ada ketidaktepatan,” tegasnya.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita memberikan data terbaru mengenai keterisian rumah sakit di Kota Surabaya. Setelah pihak Dinkes Surabaya menyurvei langsung ke tiap rumah sakit, ternyata mayoritas pasien di RS Surabaya adalah non-KTP Surabaya dengan perbandingan 63,82 persen warga luar Surabaya dan 36,18 persen warga KTP Surabaya.

“Selisihnya itu sekitar 300-an. Pada saat kami buat hasil hitungan kami, kalau hanya KTP Surabaya ada 124. Kalau kita hitung per 100.000 per minggu ada 4,25. Jadi yang disampaikan Dr Windhu benar sekali,” ungkapnya.

Pembina Persakmi Estiningtyas Nugraheni meminta masyarakat tidak euforia dengan kondisi seperti ini. Sebab, banyak warga yang tidak tinggal di Kota Surabaya tapi bekerja dan beraktivitas di Kota Pahlawan. “Kita harus konsisten dan komitmen. Jangan sampai kita abai dan lengah mengingat penyakit ini menular dari orang ke orang, seiring dengan banyaknya kegiatan dan pertemuan masyarakat,” kata Esti dalam forum virtual bersama Satgas Covid-19 Surabaya.

Ia juga mengapreasi Pemkot Surabaya dalam menangani pandemi Covid-19. Menurutnya, kerjasama semua elemen masyarakat membuat pengendalian Covid-19 dari hulu ke hilir dapat berjalan dengan baik. (pur)

baca juga :

Suasana Hati Skuad Persebaya Tidak Lagi Mengkhawatirkan

Redaksi Global News

Tukul Arwana Dikabarkan Meninggal, Asisten Sebut Hoaks

Redaksi Global News

Dorong Sportainment, BNI Dukung Media Clash 3.0

Redaksi Global News