Global-News.co.id
Mataraman Utama

Imbas Covid, Ratusan IKM di Mojokerto Banting Setir Produksi APD dan Kuliner

GN/Bambang Sujarwanto
Perajin sepatu bola di Mojokerto.

MOJOKERTO (global-news.co.id)–Akibat wabah Covid-19, ratusan Industri Kecil Menengah (IKM) di Mojokerto semula memproduksi sandal, sepatu, dompet, dan tas beralih profesi menjadi pedagang kuliner dan APD.

Dengan ini, mereka tetap bisa mendapatkan penghasilan, meski usaha lama berhenti. Pasalnya, sejak wabah Covid-19, penjualan usaha perajin tersebut kembang kempis, membuat pendapatan mereka anjlok.

Sebelum pandemi, setiap bulannya perajin sepatu, sandal, dompet dan tas paling sepi mereka masih bisa mendapat keuntungan bersih dari usahanya minimal Rp 1,5 juta. Namun, sejak adanya wabah, pendapatan  sebulan maksimal Rp 300 ribu. Dengan pendapatan seminim itu membuat para perajin ada yang menghentikan usahannya. Karena mereka tidak memiliki modal. Juga ada perajin yang beralih profesi menjadi perajin APD membuat masker, face shield, dan hand Sanitizer. Selain itu juga ada perajin yang berjualan kuliner secara online.

Seperti dikatakan, Akhmad, mantan perajin sandal asal Kec. Puri, Kab. Mojokerto, mengkau merumahkan 10 pekerjanya, sejak delapan bulan. Karena, omset penjualan sandalnya anjlok sampai 90%. “Biasanya sebulan saya bisa menjual 1000 stel sandal. Sejak adanya Covid-19 saya maksimal bisa menjual 100 stel saja. Kalau  terus menerus seperti itu,jelas saya merugi terus. Dari pada saya merugi terus, akhirnya saya hentikan usaha ini,dan mem PHK pekerja saya.Untungnya mereka mennyadari kesulitan saya,dan mereka tidak mempermasalahkan proses PHK itu. Kini mereka bekerja serabutan. Ada yang jadi ojek, perajin batu bata, dan sales makanan,” katanya.

Ia sendiri, lanjut bapak 6 anak ini, sekarang harus ikut kerja kakaknya di Gresik membuka usaha rumah makan.”Saya sekarang jadi pengawas pekerja di rumah makan  kakak saya. Jika nanti kondisinya ekonomi normal, dan tak ada serangan Corona, saya akan kembali usaha sandal dan sepatu lagi. Saya bekerja di rumah makan ini  hanya untuk menyambung hidup demi keluarga saya. Meskipun saya setiap bulan dapat gaji Rp 3 juta, namun rasanya kurang enak, karena saya harus jauh dengan keluarga. Setiap dua pekan sekali saya pulang ke Mojokerto selebihnya saya bekerja di Gresik,” katanya.

Sementara, Hani perajin sepatu asal Kec. Sooko, sejak adanya Corona, dia menghentikan memproduksi sepatu, dan beralih membuat masker. Adanya alih profesi itu membuat pengusaha wanita ini tidak sampai memPHK 20 karyawannya. Meskipun dia tidak memproduksi sepatu lagi, namun para pekerjanya beralih membuat masker. “Alhamdulilah usaha baru saya ini bisa mendapatkan keuntungan untuk menyambung hidup sampai ekonomi normal kembali. Pendapatan membuat masker jauh dibawah jika dirinya memproduklsi sepatu. Meskipun, sekarang saya tidak membuat sepatu, namun saya masih bisa menyuplai relasi saya yang ada di luar Mojokerto dari sisa stok sepatu yang diproduksi setahun lalu,”katanya.

Dalam sebulan sebagai perajin sepatu, lanjut Hani dia bisa mendapatkan keuntungan bersih antara Rp 10 juta sampai 7 – 10 juta. Namun membuat masker, keuntungan bersih dalam sebulan antara Rp 2 juta sampai Rp 3 juta. Ya alhamdulilah setiap bulan saya masih dapat hasil meskipun kecil,”katanya.

Sementara, Suparman mantan perajin tas Kec. Trowulan kini menjadi perajin Hand Sanitizer. “Saya harus beralih memproduksi barang yang sekarang laku dijual. Ya saya membuat Hand Sanitizer yang sedang laris manis dipasaran. Saya seminggu mampu menjual Hand Sanitizer 60 liter,sehingga satu bulan bisa dapat keuntungan maksimal Rp 1,5 juta. Kalau membuat tas, keuntungan saya sebulan bisa antara Rp 5 -7 juta. Jikakondisi kembali normal, tentunya saya akan kembali membuat tas lagi,”katanya.

Adi perajin kaos kaki asal pungging kini beralih menjadi perajin kuliner. Ia mengatakan terpaksa beralih profesi, karena serangan Corona-19 membuat omset penjualan kaos kakinya turun sampai 80%. Kalau dia tetap membuat kaos kaki, tentu membuat kerugiannya semakin besar.

Disisi lain, kebutuhan rumah tangga tidak bisa ditunda. “ Akhirnya, istri dan saya beralih menjual masakan dan roti yang saya tawarkan lewat online. Alhamdulilah, usaha baru saya laku. Setiap bulan saya mendapat keuntungan bersih maksimal Rp 1,5 juta. Dari usaha ini saya juga dapat untung dari bumbu dapur, dan lauk untuk makan anak – anak,”katanya.

Menurut bapak tiga anak ini meskipun nanti kondisi ekonomi sudah normal, dia akan kembali membuat kaos kaki lagi serta mengembangkan usaha kulinernya juga.

Plt Kadisperindag Kab. Mojokerto, Iwan Abdilah mengatakan, jumlah IKM di Kab.Mojokerto ada 12 263 IKM. Jumlah itu terbagai untuk Industri Kecil ada 12.090 perajin, dan 173 Industri Menengah.

Khusus IK ada penurunan usaha sekitar 312 IK dibidang alas kaki, tas, dan dompet. Dibidang usaha ini, omset penjualannya menurun sampai 80%. Sehingga, untuk menghindari kerugian besar para perajin beralih profesi menjadi IK membuat APD seperti masker, face shield, dan hand Sanitizer.bas

 

 

baca juga :

Dinkes Surabaya: Capaian Sub PIN Polio Putaran Dua Capai 105 Persen

Redaksi Global News

Hingga Akhir 2022, Transaksi e-Peken di Surabaya Tembus Rp 35,47 Miliar

Redaksi Global News

DPRD Surabaya Usulkan WS Jadi Walikota Definitif

Redaksi Global News