Global-News.co.id
Kesehatan Utama

Kemenkes Bakal Pakai TikTok untuk Informasikan Vaksinasi Covid-19

Jumlah hoaks tentang Covid-19 yang beredar di masyarakat melalui media sosial

SURABAYA (global-news.co.id) – Kementerian Kesehatan akan menggunakan aplikasi TikTok untuk menggencarkan informasi dan edukasi soal program vaksinasi virus corona (Covid-19).  TikTok dipercaya mampu menyasar kalangan muda dalam penyampaian informasi sekaligus melawan kabar bohong (hoaks) terkait vaksinasi Covid-19.

“Kita mungkin akan bikin dengan TikTok, pokoknya yang milenial coba kita ikuti. Karena yang seperti itu yang mudah, yang lebih gampang ditangkap oleh masyarakat,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes, drg  Widyawati MKM, melalui kanal YouTube Kemenkes, Rabu (7/4/2021).

Dengan menyasar kelompok milenial, diharapkan mereka bisa memberikan pencerahan atau meluruskan informasi salah atau hoaks yang diterima orangtuanya. Widyawati menyayangkan, dari yang secara tidak langsung ikut menyebarkan berita hoaks, 25%-nya merasa dirinya tidak pernah menerima hoaks. “Mereka ini yakin semua info yang diterima dari internet adalah benar,” katanya

Disebutkan, dalam setahun terakhir informasi hoaks dan misinformasi terkait vaksinasi Covid-19 muncul setiap hari di lini masa media sosial hingga pemberitaan sejumlah media Indonesia. “Kemenkes sendiri telah berupaya menyampaikan klarifikasi berita yang benar hingga penguatan literasi isu kesehatan kepada masyarakat melalui situs dan media sosial resmi milik Kemenkes,” tambahnya.

Sementara Communication for Develompment Specialist Unicef, Rizky Ika Syafitri, menjelaskan kasus hoaks ini tidak hanya terjadi di Indonesia tapi di banyak negara. “Bahkan WHO menempatkan hoals ini sebagai ancaman global untuk public health,” katanya.

Wiwid –panggilan Widyawati—menyadari informasi “sesat” mudah sekali menyebar dalam hitungan jam di era digital. Ia berharap masyarakat dapat membantu proses eradikasi penyebaran informasi hoaks tersebut.

“Kita tahu kalau banyaknya hoaks itu mungkin disebabkan rendahnya literasi masyarakat Indonesia. Jempolnya ringan banget. Dia lebih cepat mengetik daripada berpikir, dan ada efek-efek polarisasi yang lain,” ujarnya.

Lebih lanjut, Wiwid mengatakan hoaks yang menyebar belakangan ini terkait Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) vaksinasi Covid-19. Menurutnya, hoaks tersebut membuat target vaksinasi sulit terpenuhi.

Karena termakan hoaks, para warga akhirnya takut untuk menerima suntikan vaksin Covid-19. Oleh sebab itu, dia akan lebih sering memberikan keterangan pers yang berisi penjelasan secara ilmiah, sehingga masyarakat dapat menangkis kabar-kabar hoaks tersebut.

“Hoaks belakangan ini banyak banget tentang KIPI. Sebelumnya kan tentang keamanan dan efektivitas vaksin, lalu soal halal haram,” katanya.

Wiwid mewanti-wanti masyarakat untuk tak mudah percaya apa yang dilihat di media sosial. Apabila masyarakat ragu terhadap suatu pemberitaan, jangan langsung menyebarkannya ke grup WhatsApp. “Kita suka bilang 3S, yakni saring sebelum sharing,” ujarnya.ret

baca juga :

Musda AKD Jatim, Dibuka Gubernur dan Dihadiri Menkumham

Redaksi Global News

Kunjungan Wisman hingga November Tembus 14,92 Juta

Redaksi Global News

Liga 1, Persebaya Ambisi Revans Atas PSIS

Redaksi Global News